4. Julian si JAHAT

9.8K 484 9
                                    




Maaf buat typonya—Aku amatir😅











....

Byan menutup rapat mulutnya, pandangan julian menajam kearahnya.

Jelas. itu membuatnya susah mengendalikan reaksi tubuhnya, Bahkan untuk menelan air liurnya sekalipun.

July begitu mengerikan batinnya.

"hmm.. Ok, July, sepertinya aku harus keluar sebentar untuk membeli makanan, kurasa byan belum menjamah sedikit makananpun sejak pagi—" shit. byan terus mengumpat.

Bagaimana bisa kakaknya malah menyulut batang korek yang sudah terkena percikan spirtus?

dan Keenan berlalu bak angin sore. Cepat, tak terelakkan. Dan Byan tak sempat menahannya.

Jadilah tinggal mereka berdua di ruangan itu.

Julian bersedekap tangan masih menatap punggung byan yang memunggunginya.

"Jadi byan.. Apa alasanmu sekarang?" tanyanya. Ia memasukkan tangannya ke dalam saku celana bahannya.

Berjalan perlahan kearah sofa di ruang kerjanya. Begitu spesial kan byan? kontrolnya pun di ruang kerja dokternya.

Byan tak bergeming. Ia menarik napasnya dalam. Dan menghembuskannya tak sabaran. Ia membalikkan badannya.

Ekspresinya berubah seketika. Mencoba 'ramah'.

"ewh, Hy july. Hehe.. Gak nyangka bisa bertemu secepat ini." Julian memutar bola matanya malas. ia menduduki sofa dengan tenang.

"come and sit next to me, by.." titahnya terdengar mutlaq.

"oh july.. u know that, errr.. maybe i should"

"byan, i won't listen to your bullshit anymore." ok, bullshit.

"ayo by, gak akan aku apa-apain. " kini byan yang memutar bola matanya malas.

"oke, cuma duduk loh ya.. DUDUK." yah, beginilah jika dokter dan pasien unik ini bertemu. tak ada kesan akur antara keduanya. authorpun bingung harus menceritakan sejarah mereka darimana. terlalu rumit, jadi untold aja-

mata julian langsung menelisik byan dari jarak mereka yang tak begitu jauh ini, dan byan merasa risih diperhatikan begitu teperinci seperti ini.

"BERHENTI MENTAPKU SEPERTI ITU JULY." katanya membalas tatapan julian untuk dirinya, meskipun dalam hatinya ia menahan rasa takut mati-matian.

walaupun byan terkesan semena-mena dengan julian yang notabenenya adalah dokternya sendiri, tetap saja byan merasa takut. bagaimanapun julian adalah pria dewasa seumuran kakak tertuanya  dan pasti julian memegang gelar tinggi untuk jabatnnya.

"apa kau merasa sakit, by? nada bicaranya berubah, julian kini siap dengan sebuah papan byan kenali, itu rekam medis miliknya. juga kacamata yang kini bertengger apik di hidung bangirnya.

byan masih menatapnya dalam diam.

"hari—ni, by?" julian bertanya lagi. membalas tatapan yang byan layangkan untuknya, byan menengguk ludahnya kasar.

"ti-tidak.. aku b-baik hari ini, ya.. sangat baik." julian memicingkan sebelah alisnya, byan buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. persetan dengan suaranya yang tiba-tiba menggagap di depan julian. selalu seperti ini.

tapi julian tak pernah salah. ia pun baru sadar akan perutnya yang perih dan juga kepalanya yang berdenyut sakit.

"em.. tidak ada yang sakit, ya?" tanyanya lagi mengangguk-anggukkan kepala seolah mengerti dan mulai menulis sesuatu di atas papannya.

'glup'

suara julian meletakkan papan itu sangat karena ruangan yang begitu sunyi meliputi mereka.julian menggeser tempat duduknya, meringsek mendekati byan, dan tentu saja membuat byan menegang ditempatnya.

"jadi apa ini tak sakit?"

"aww! that's hurt.. yak, july singkirkan tanganmu!" julian tersenyum mengejek kearah byan.

ia hanya mencoba coba tadi.. menyentuh kening byan yang katanya tak sakit dan SEDIKIT menekannya. tidaklah buruk, ia memukul telak byan di atas kebodohannya—dalam berbohong.

"by, katamu tak sakit," byan mengatupkan mulutnya rapat-rapat. sudah ia bilang july memang akan selalu benar.

"jadi.. apa perut mu juga tak sakit, heum?" sebelum julian menyentuhnya byan ingin lebih dulu menghindar, ia ingin beranjak dari tempatnya.

tapi lagi lagi kalah, julian dengan sigap mencekal pergelangan tangannya dan membuatnya kembali duduk.

"ups, ada apa by? jadi.. benar—"

"ti-tidak perut ku baik baik saja..percayalah july.. " jawabnya terdengar seperti sebuah permohonan. julian menggelengkan kepalanya, melihat punggung byan yang bergetar di hadapannya.

''ha--aah.. " byan terkejut dan tak sempat melawan saat julian menariknya  berbalik, mereka kembali berhadapan.

"ini tak sakit ya, by?" double shit. julian dengan santai nya menekan tepat di uluhatiny membuatnya berteriak kesaitan.

"arghh.. sa—kiitt julyy." ia tak kuasa menahan sakitnya sampai tak sadar menitihkan air mata. dan bukannya iba lalu melepaskannya, julian malah menekan bagian lain dari perutnya sampai mencetak sebuah pekikkan sakit lagi.

"oke, aku menyerah ini begitu sakit july.. kumohon lepaskan. " pinta byan setengah meringis. yang hanya dibalas gumaman oleh julian.

"KUMOHON JULY..." julian menurunkan tangannya.. ia menghela napasnya lalu kembali mengambil papan dan menuliskan sesuatu di atasnya.

byan meringkuk di tempatnya, gila. begitu jahat nan teganya julian kepadanya. perutnya masih terasa ngilu karena perlakuan julian tadi.

julian melirik ke arah byan dengan peluh di dahinya.

"masih ingin menolakku dan pengobatan ini, by?" tanyanya yang langsung direspon gelenngan keras oleh byan. such a fast respon.

"bagus." ia mengusap kepala byan lembut sebelum merogoh sakunya mencari benda pipih canggih untuk menelpon seseorang.

"halo? tolong bawakan..."








tbc.

sudah? nantiin terus lanjutanya yaa:))

BYANICE ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن