16. No need title to describe.

6K 256 5
                                    



Tn. Andrew sama sekali tak merespon permintaan byan yang lebih menjurus pada rengekan itu, tapi ia juga tak menolaknya. ia mencari taksi yang berlalu lalang dijalan samping mereka.

suhu tubuh byan mengingkat, ia jelas tahu itu. tanpa mau menambah kekhawatiran anak bungsunya jadi ia hanya mencoba tenang dengan keadaannya, membawa byan pulang bukan sesuatu yang buruk untuk diiyakan. toh, ia pun mengetahui jika anak bungsunya ini malah semakin memburuk dalam segi mental disana, dan ia harus bergegas.


byan yang tak sadar seperti ini tak bisa ia biarkan terlalu lama, jadi ia menghubungi julian saat sudah didalam taksi untuk memintanya kerumah beserta segala peralatan yang mungkin dibutuhan  byan.

awalnya para anak-anaknya yang lain menentang keputusan tn. andrew yang malah membawa byan pulang —walaupun dengan cara yang sopan— tapi lagi-lagi julian mengiakannya, ia percaya pasti tn. andrew telah memikirkan ini dengan baik.

jadilah tempat berkumpul mereka pindah kekediaman Anaies.


-


byan tak ingin ditemui.

dibatas limit kesadarannya itu ia masih saja bisa membantah apa-apa yang tidak disukainya.

tapi ini bahaya,

julian juga tak habis pikir byan jadi sekeras kepala ini.


tn. andrew sedang membujuk byan dalam pelukannya, dan hanya "byan mau papah aja!" yang sedari tadi memnjadi jawaban atas setiap pertanyaan yang diajukan tn. andrew. tapi seorang ayah tak akan menyerah begitu saja pada putri kecilnya.


"by, just let julian in, okay?" kali ini tak ada jawaban yang jelas, byan hanya mengeratkan pelukannya, napasnya tercekat ditenggorokan,  tapi ia tak mau meminta bantuan. heeeiishh


"byanice..(read : bianais -,-)."byan masih tak mau angkat suara.

pintu kamar byan kembali diketuk dar luar, "masuk saja july!" byan menggeleng dalam pelukan tn. andrew.  "mau papah aja.." lirihnya.

tuan andrew menghela napasnya gusar, " maaf, tapi papah gak bisa biarin kamu sakit begini, by.."

julian berjalan dengan sedikit terpogoh-pogoh saat akhirnya dibolehkan masuk, ia mulai mengeluakan beberapa peralatan tempurnya dan mendekat kearah ranjang, dimana yang bisa ia saksikan dengan jelas, byan bersembunyi didada tn. Andrew.

tn. Andrew yang mengerti hanya merentangkan tangannya—menunjukkan—bahwa bukan ia yang memeluk byan sampai seerat itu.

"suhu tubuhnya yang terakhir, sekitar 10 menit yang lalu..  39.4."julian mendesis mendengarnya bersamaan dengan telapak tangannya yang berhasil meraba kening byan. panas sekali.

"sepertinya mengalami kenaikan, apa byan tak bisa berbalik??" tn. Andrew mencoba membalik posisi byan jadi memunggunginya,

"papah!" pekikan sumbang itu terdengar, tapi tn. Andrew berusaha untuk tidak memperdulikannya, kini berganti ia yang memeluk byan begitu erat, agar tak bisa kembali berbalik kearahnya.

ia mempersilakan julian melakukan tugasnya.


jelas byan tak bia melawan, tenaganya habis bahkan hanya untuk sebuah tarikan napas.

dan jangan meremehkan tenaga tn. Andrew yang masih sangat kuat diusianya yang sudah kepala empat menjelang akhir ini.


ia bahkan masih kuat menggendog byan, bukan?


"Ia sempat tak sadar," ujar tn. Andrew mengamati perkerjaan julian, dahi julian mengerut,

"Apa ada tiang infus disini, tuan?" Tn. Andrew berdecak mendengar panggilan julian untuknya, tapi ini jelas bukan saat yang tepat untuk mengomeli mantan muridnya  itu.

BYANICE ✓Where stories live. Discover now