37. Let's fight this together (part.2)

3.8K 240 30
                                    

Halo, hehe.


Mata byan akhirnya bisa terbuka lebar malam ini, setelah tidur dibawah pengaruh obatnya disiang menjelang sore tadi. ia bersiap menerima panggilan masuk dari papahnya. Mereka akan kembali berdiskusi, ringan atau beratnya tergantung topik yang sedang ingin mereka bahas bersama. Tapi pasti, lagi-lagi semua itu akan bertitik berat pada byan.

Sean yang baru selesai dengan pekerjaannya langsung kembali bergabung setelah mengantarkan wanitanya dan membersihkan dirinya.

Genta yang memang sedang study at home masih setia diruangan byan dengan laptop ngampusnya. Bilangnya sih ingin ikut menunggui byan, nyatanya malah mempersempit ruangan;(

Keenan sudah jauh lebih santai dengan pakaian rumahnya setelah sempat pulang bersam alice untuk bersih-bersih juga.

Byan tersenyum, melihat mereka sedang bersantai didepannya. beberapa hari mereka terpisah oleh kesibukan masing-masing. Dan Sekarang kembali berkumpul, walau belum sempurna karena tidak ada papah, tapi ia tetap senang karena akan kembali menggelar ajang diskusi.

Masih belum mencium bau-bau terancam yang telah menguar dari balik map berisi perjanjian yang ternyata dibawa juga oleh sean. Gud.


"Papah kapan telefon.." cicit byan, ia sudah duduk tegak diatas ranjang pesakitannya selama lebih dari setengah jam. Asisten papahnya membatalkan pesan yang dikirim ke genta, tuan andrew nyatanya langsung tertidur karena lelah seharian bekerja. Dan jadwal ulangnya adalah jam setengah delapan malam waktu di indonesia.

Dan ini sudah jam delapan belum ada tanda-tanda akan ada panggilan video yang masuk.

"Sabar, by. Mungkin papah lagi bersih-bersih dulu." Sean yang menjawab, Byan mengangguk lemas, mengusap matanya yang terasa perih akibat pencahayaan dikamar itu. Atau, sebenarnya ia mengantuk, ya?

Tapi ia sudah menunda konsumsi obatnya kok, ia bernegosiasi dengan kak sean, beralasan jika ia meninum obat itu disore menjelang malam tadi ia akan tertidur sebelum sempat menyapa papahnya di video call mereka. Jadi obat itu masih tersedia rapih diatas meja nakasnya.

"Byan ngantuk?" Byan menggeleng, padahal jika dilihat matanya kembali merah dan berair.

Alice mengusap-usap pucuk kepalanya, sebelah tangannya terulur untuk menyentuh kening byan.

"Badannya hangat lagi, sean. Apa karena belum minum obat?"

"Kak, byan mau duduk disofa, ya?" Byan bukan ingin mengalihkan pembicaraan, ia memang benar-benar ingin duduk disana bersama para kakaknya. Sepertinya hangat. ia juga tak tertarik dengan topik yang dipertanyakan Alice.

"Mau duduk disini, by?" tanya genta yang langsung diangguki semangat oleh byan.

"Gapapa kan, sean?" Sean masih terlihat berfikir tentang obat.

"Gapapa, gen." Keenan yang mewakilkan, walau matanya sama sekali tak berpindah dari laptop yang ada dipangkuannya. Tanggung, pikirnya. Ia akan cuti lama dimulai dari besok.

"Yess. Bantu byan kak gen!!" Alice menahan tangan byan saat akan meloncat dari tanjang.

"Jangan buru-buru dong, perhatiin tangan kamu, mau emang infusnya goyang lagi?" Byan menggeleng cepat.

"Yaudah, hati-hati gen, kakak mau cari plester demam dulu." Genta mengangguk semangat.

"Ayo, tuan putri," ia menuntun byan ke arah sofa, tepat ditengah-tengah genta dan keenan, dengan sean dipojok sebelah kiri sebelah genta dan alice akan duduk dipojok kanan sebelah keenan.

BYANICE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang