32. Tired.

3.9K 215 17
                                    



bntr, gua bingung mau ngasi judul apa. Bodo lah ya.. yang penting kalian nyaman baca. Enjoy.

Gua lg pengen apdet! Gausa protes apdet kecepetan👿







-

Ponsel itu terus berdering diabaikan pemiliknya. Bel pulang telah berdering beberapa menit yang lalu, dan byan masih terduduk diatas kloset ini dengan banyak pemikiran yang memenuhi otaknya.

Ia terus menghela napasnya dengan serampangan.

'Byan gak takut. Byan gak lemah. Byan gak semenjijikan itu buat berlindung dibelakang kuasa keluarganya. Gak, kalo mereka gak maksa.'

Saat ia rasa sudah bisa mengendalikan emosinya. Byan bangkit perlahan, menepuk nepuk beberapa bagian seragamnya yang sedikit terlipat kusut karena kelamaan terduduk disini.

Byan membuka pintu bilik itu dengan perlahan. Ia menghentikan kangkahnya didepan kaca wastafel.

Matanya memerah, untung ia tak menangis. Menangis hanya semakin mempersulit nafasnya. Nanti semakin lama pula ia menjadi sulit.

Ia menghela napasnya perlahan, sebelum beralih menarik ikat rambutnya, membiarkan surai pirang itu terbebas dari ikatannya.

Ia membasuh cepat wajahnya. Membersihkan sisa sisa emosinya yang sudah seharusnya tidak ditunjukkan.

Byan menarik sudut bibirnya membentuk senyuman.

"Oke, everything gonna be alright. U'll be just fine."

Ia mulai mengecek ponsel yang tersimpan dalam kantung seragam olahraganya.

5 miss called from Iel♥︎

7 miss called from Robert OD✔︎

Ia berdecak apatis, jika robert pasti sudah datang menjempunya, gabriel? Mungkin akan ia hubungi balik nanti.

-



"Nonby! Oh God! saya sudah mencari nona sampai keliling sekolah, syukur nonby baik-baik aja."
Byan tersenyum kecil, robert yang khawatir begini lucu jika dilihat-lihat, berbeda jauh dengannya yang sering menyuruhnya ini itu.

"Calm down, robert. Byan habis dari toilet." Dia tidak berbohong. Dengan smirk kecil.

Robert tersenyum lega, membukakan pintu mobil bagian belakang untuk nonanya, "tas nona ada didalam," sudah byan duga. Saat kembali ke kelas tadi ia tak menemukan tasnya dimana-mana, ia kira itu ulah para hatersnya. Ada sedikit rasa lega dihatinya jika mereka belum berbuat apa-apa.

"Sebaiknya kita segera pulang. Ah, Apa nona ingin mampir ke suatu tempat dulu? Tuan besar mengijinkan." Sekolah sudah cukup sepi, tak sesuasana biasanya saat ia pulang.

Ia ingin kemana? Tumben papah mengijinkan..

"Emm.. makam momma?" Robert mengangguk mengiakan,

"Rose grave." Ujarnya ke si supir.

Byan bersenandung kecil. Ia berusaha memperbaiki keadaan moodnya sendiri. Mungkin bercerita dengan momma dapat membantu.




BYANICE ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum