22. Dijenguk(?)

4.1K 234 12
                                    


Haloow -0-
Areen seneng banget, soalnya yang kemaren votenya hampir 50! Makasi temen temen!

-

"Ada apa ini robert? Dan apa yang perlu dimengerti?" Byan meringis mendengar suara bariton itu muncul disaat yang benar-benar tak tepat. Ia membisikkan i hate you berulang kali untuk robert.

"Byan hanya ingin ke sekolah, kak keen, tapi maids dan robert menghalangi jalan byan."

Robert menggeleng beberapa kali ; masih merangkap tubuh byan.

Alis keenan terangkat sebelah melirik bergantian, robert-byan-maids.

"Byan dem—aww." Byan sengaja menginjak ujung pantofel robert. Majahnya ia tengokkan kebelakan meninta belas kasihan robert.

"Aku ada ulangan hari ini robert." Lirihnya.

Tapi robert adalah Robert.

"Byan demam, tuan." Tubuh byan serasa jelly seketika. Percuma— robert itu tak akan bisa dinegosiasi.

"Kak—"

"Back to your room, byan." Robert sedikit melonggarkan rengkuhannya. Byan tak akan bisa lari dari kakak pertamanya.

"Please.. byan ada ulangan hari ini. Hatchim!" Byan mengusap berulang kali hidungnya guna menghilangkan rasa gatal yang tiba-tiba menderanya.

"Balik."

"Kak keen!" Byan masih beraikukuh meskipun sebuah death glare sudah dilayangkan khusus untuknya.

"Kak bilang balik ya balik!" Terlepas sudah Byan dari jeratan tangan robert. Ia menatap bengis robert sebelum kembali menatap kakak tertuanya.

"Kali ini aja.."

"Gak. Kembali ke kamar kamu byanice, jangan berani-berani kamu keluar dengan keadaan seperti ini, hubungi julian, robert." Byan menghentakkan kakinya kesal melihat robert dengan cekatannya langsung menyanggupi perintah kakaknya itu.

"Kembali byan." Byan ingin melengos melewati tubuh tegap kakaknya dengan secepat mungkin. Tapi kepalanya benar-benar tak bisa dikompromi. Dengan jalan sempoyongan ia berjalan mendekati pintu utama.

"Byanice." Keenan memeluk tubuh ringkih itu dengan satu tindakan. Byan sukses mengeluarkan air matanya.

"Kakak! Byan ada ulangan;(" tubuhnya bergerak tak tentu arah untuk melepaskan diri.

"Oh—sht. Kamu gila byan?! Tubuhmu begitu panas." Tubuh byan berjengit kaget saat keenan menaikkan satu oktaf suaranya. Air mata itu semakin meluncur bebas dari sarangnya.

"By-byan gak akan mati cuma karena demam kakak!" Badannya bergetar tak kuasa menahan tangis.

Keenan semakin mendekapnya erat. Ia tak tega melihat adik bungsunya. "Kamu gak akan mati, dan gak akan ada yang biarin kamu mati semudah itu." Ia membisikkannya begitu lirih. Mengecup berulangkali pucuk kepala byan dan mengelus punggungnya sayang. Byan memang lebih sentimental saat sakit.

"Ayo kembali ke kamar." Byan menggeleng pelan. Tenaganya habis cuk.

"Biar kakak hubungi pihak sekolah dan guru yang bersangkutan bahwa kamu berhlangan hadir hari ini."

"Byan?"

"Byan capek, ka." Keenan menghela napasnya. Ia meraih tubuh byan kedalam gendongannya. Byan bahkan sudah tak menolak saat ia membawanya kembali ke kamarnya.

-

"Kalau sakit, jangan paksain berkegiatan, princess." Tebak sendiri siapa yang mengatakannya.

Beruntung byan tak kembali mendapat cairan infus, padahal keenan menyarankannya, suhu tubuh byan begitu tinggi, tapi karena julian teringat sesuatu, ia hanya meresepkan beberapa obat untuk dikonsumsi byan kedepannya.

BYANICE ✓Where stories live. Discover now