26. EKSEKUSI.

4K 227 19
                                    




Judulnya sudah menegangkan.


-





Becek sudah jalur yang dilewati byan untuk masuk kedalam kediaman keluarganya.

Hatinya mencelos saat mendapati ruang tengah yang begitu ramai, bahkan kak keenan yang kemarin-kemarin selalu pulang pagi saja ada disana— beserta calon istrinya. Genta, gabriel, ah— ada julian beserta tante miley ternyata, dan yang terakhir— papah. And ya, minus kak sean, untung kakak gila kebersihan serta kesehatan itu tak ada disana. Bisa mendadak mati kutu suri ia.

Aaa— byan tak berani. Tangga menuju kamarnya ada disamping sofa-sofa mereka, bagaimana bisa ia naik tanpa ada yang menyadari dirinya yang basah.

Bahu byan melemas, rasanya ia ingin berbalik saja, kabur dan kembali kejalanan, dari pada harus bertatap muka dengan mereka.

Oh, come on. Byan berjongkok Tubuhnya merosot dengan masih mengintip dari sela-sela pintu pembatas ruang tamu dan tuang tengah. Air telah menggenang dimana-mana. Dan ia kedinginan. 😭

"ASTAGA BYANICE!" Byan kaget, seseorang berteriak dibelakangnya. begitu juga para orang dewasa yang menunggu kehadirannya diruang tengah sana. atensi mereka terfokus ke arah pintu pembatas ini.

Muka sean memerah, kaget-khawatir-sekaligus marah menemukan adiknya dengan kondisi yang mengenaskan saat ia pulang dari jadwanya sore ini.

Berjongkok didepan pintu ruang tengah dengan genangan air dimana-mana?! Yang benar saja. Dari mana byan sampai pulang dengan kondisi seperti ini.

Raut wajah byan mengeruh, ia takut melihat sean yang seperti ini. Wajah yang memerah setra ekspresi yang bercampur aduh,

Momma byan takut😣

Byan tak bisa berkutik, ia menutup seluruh wajahnya dengan tangan lembabnya. Kembali meringkuk jongkok didepan pintu.

Wajah sean berubah dingin. Ia berhasil kembali menguasai emosinya. Tak baik mendidik seorang anak dimasa pubertas seperti byan dengan kekerasan. Apa lagi sebatu byan. Ia harus bisa mengendalikan emosinya.

"Byan. Berdiri."

"Sean? Ada apa?" Alice yang pertama mendekat kearah pintu itu. Matanya membelalak kaget melihat seongok byan disana.

Pantas sean kalap seperti ini. Byan dalam masalah besar.

Alice melirik ke ruang tengah dimana seluruh pasang mata sedang menatap penuh tanya kearahnya. Baru satu kakak yang menemukan byan dengan keadaan seperti itu byan sudah setakut ini, apa lagi jika semua orang mengetahuinya.

Alice memang selalu bisa menjadi penengah disini. Anggap saja karena tidak ada sosok wanita dewasa selain dirinya ditengah-tengah keluarga ini.

"Sean, atur emosi kamu. Biar kakak panggilin robert buat nyiapin handuk dan keperluan byan yang lain." Matanya kini beralih menatap byan yang masih terpojok.

"Byan, kakak gak nyangka kamu bakal pulang dengan keadaan yang kayak gini. Bukan berarti kakak ga marah ya," ia berlalu setelah mengatakannya. Ia percaya sean mampu menghandlenya.

"Byan berdiri." Byan semakin memojokkan tubuhnya ke pintu.

Bahunya bergetar hebat karena menahan tangis. Ia menggeleng beberapa kali saat sean terus mengatakan agar ia berdiri.

Sean menghela napasnya pasrah, sebelum meletakkan tas kerjanya untuk beralih mengambil byan.

Ia memposisikan tangannya diketiak byan sebelum mengangkatnya tinggi-tinggi. Byan yang belum siap melawan hanya pasrah saat tubuhnya melayang berkat sang kakak.

BYANICE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang