31. Kejahatan sosial media.

3.4K 228 33
                                    


Gada yg kangen areen y? Ok.





♥︎

Byan termenung kasurnya. Ia sudah siap dengan seragam SHSnya tinggal melangkah ke ruang makan, sarapan, setelah itu ia bisa pergi sekolah.

Tapi ia merasa janggal, seperti sesuatu yang telah ia perbuat namun ia melupakannya begitu saja, apa ya..

"Nonby.. nonby ditunggu diruang makan." robert mengetuk pintu kamarnya. Byan mengerjabkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya, ia melamun ternyata.

"Ok, Roby.. on my way!" Ia buru-buru menggendong tasnya dipundak dan beranjak dari sana.


"Good morning everybody, byaince here please don't worry, asek." Byan mengatakannya dengan nada memantunnya membuat beberapa kakaknya tertawa bahkan Alice tersedak saat ingin menelan sarapannya. Keenan dengan sigap membantu istrinya.

"Diajarin siapa kamu kayak gitu, by." Byan menyengir, kemarin ia sempat membuka beberapa akun media sosialnya dan menemukan trending seru ditwitter, memantunkan segala macam kalimat, dan sekarang ia mengamalkannya.

Ada yang ingin bertanya mengapa ia tiba-tiba mau membuka media sosialnya lagi? Itu karena orang kepercayaan keluarganya dalam bidang informasi membagikan beberapa foto terkait pernikahan kakaknya ke media. Bahkan beberapa foto candid byan masuk dalam beranda instagramnya, padahal ia sama sekali tak merasa difoto. Dari mulai dirinya sedang memeluk papahnya saat acara akan dimulai, sampai ia yang bercengkrama dengan gabriel dan ice creamnya pun ada! Memang kurang ajar tim photograpinya. Banyak sekali potret dirinya yang menurutnya terlihat konyol disana.

Juga satu foto yang sampai menjadi headline koran pemberitaan pagi tadi. Jadi ramai akun media sosialnya. Banyak yang mengira ia aktif bermedia sosial karena beberapa caption yang dibuat seperti dirinyalah yang menyampaikannya. Padahalkan itu ulah para tim informan keluarganya. Byan sih tak ambil pusing. Toh ia juga sedikit senang ada yang membuat ramai notifikasi HPnya.

"Twitter." Balasnya cuek mulai mendorong semangkuk oatnya dan menggantinya dengan sehelai roti. Sean menggeleng melihatnya.

"Jangan terlalu sering buka media sosial seperti itu, by." Dahi byan menyerit. Perasaan baru kali ini ia menyebut salah satu nama media sosial itu. 

Kenaan mengerti kejanggalan dalam kalimatnya. Byan pasti berfikir bagaimana ia bisa mengetahuinya.

"Kakak tau, banyak hal negatif disana. Banyak oknum yang gak bertanggung jawab." Sebenarnya byan masih tak mengerti, tapi ia mengiakan saja nanti lama lagi jika ia berniat menganggapinya lebih jauh. Lagian ia harus berangkat pagi untuk hari ini.

Byan melirik pergerakan robert menaruh beberapa barang ditasnya, ia sedikit was-was, ia menaruh didalam tas inhaler terakhir yang ternyata dibiarkan menetap oleh dayana dokter dikamarnya.

"Byan jangan lupa minum vitaminnya." Sean baru membuka suaranya, diikuti anggukan Alice dan genta yang of course lebih semangat dari semuanya, ia rasa kakak keduanya itu memang memiliki dendam terpendam tersendiri untuknya.

Rasa roti yang tadinya nikmat sampai ke otaknya mendadak buyar. Ia terfikir sekelibat rasa vitamin yang menjijikan itu. Ia bergidig setelahnya.

"Kenapa?/kenapa?" Sean dan keenan bertanya bersamaan. Byan hanya tersenyum kikuk.

"Byan gak suka vitaminnya—" kalimatnya menggantung melihat beberapa pasang mata langsung tertuju padanya, ia menelan salivanya susah.

Sean yang menghela napasnya duluan. "Kalau begitu, jangan berangkat sekolah sekarang." Byan menggeleng cepat.

BYANICE ✓Where stories live. Discover now