6. Hospitalized

9.2K 400 1
                                    



Genta datang tepat saat Byan sedang menyantap makan siangnya, dengan kondisi yang acak-acakan disusul Sean yang berlari karena mengejarnya di belakang. Keenan menggelengkan kepalanya melihat adik-adiknya datang dalam keadaan tak karuan, tangannya masih sibuk menyuapi Byan jadi tak bisa mengapa-apakan (?) keduanya.

Byan pun merasa terhibur karena kedatangan Genta, raut wajah Genta yang begitu ketara khawatir terlihat sepertinya layak untuk dijadikan bahan tertawaan ;) *poor genta.

Tapi tak apa, Genta tak akan peduli itu. ia terlanjur cemas mendengar Sean mengatakan bahwa byan dirawat setelah sekian lama penyakitnya tak kambuh.

"Hey, by. u okay? ;( " tanya genta dengan tangan gemas ingin menangkup pipi byan-- tapi lebih dulu dicegah oleh sean.

"Jangan sentuh byan dulu, kaa.. kaka baru aja dateng. Seenggaknya cuci tangan dulu kek.." ingat sean melepas pegangan tangannya pada tangan genta, genta mendengus dengan langkah besar ia berbalik mencari kamar mandi yang tersedia di sana,

Keenan menggeleng melihatnya, "Bertemu di mana? Kenapa sampe lari-lari kayak tadi?" Tanya keenan menyerbu sean yang baru saja duduk di sofa sebelahnya. Sean menghembuskan napasnya sebelum bersuara.

"Nii genta dah bersih, kamu kenapa, by.." genta mendekati byan setelah selesai menunjukkan tangannya kepada sean.

Kini sean yang menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa kakak keduanya itu bersikap layaknya seorang adik kepada adiknya sendiri.

keenan yang telah selesai dengan urusannya karena digantikan oleh genta yang merebut posisinya, ia bergabung dengan sean di sofa. sean berganti menatapnya,

"Kakak tau kan kak, bagaimana kak genta, dia selalu begitu, tak mau mendengar penjelasanku tentang byan di depan dan malah langsung berlari ke dalam seperti orang kesetanan." Keenan mengangguk, memang mengerti akan sikap genta yang selalu ceroboh dalam keadaan apa pun.

Genta yang mendengar namanya disebut pun mencebikkan bibirnya tak suka.

"Heh, sean. u know what? aku begitu menyayangi byan dan berakhir seperti itu, mulia bukan?" Belanya.

Sean merotasikan bola matanya, "Terserah kaka deh."

Sean melirik sekilas ke arah keenan dan menggerakkan mulutnya tanpa suara yang masih bisa dibaca oleh keenan.

"Bagaimana bisa ia bersikap seperti seorang adik kepada adiknya sendiri." lalu menggeleng diikuti keenan yang agak sedikit terkekeh setelah mendengarnya juga melihat semburat tak mengenakkan di wajah sean.

Genta mendecih dan memalingkan kepalanya kembali dengan kegiatan menyuapi nya.

Byan menggeleng saat genta akan kembali menyuapkan sendok berisi ke arahnya, Genta mengernyit.

"Kenapa? Ini masih banyak loh, by.." ia menunjukkan nampan yang digenggamnya ke arah byan, tapi byan kembali menggeleng.

"Belum juga setengah kamu abisin, lagi aaa.." byan kekeuh menggelengkan kepalanya, mulutnya pun terkatup rapat.

"lima suapan lagi?"Byan menggeleng.

"Tiga.." sahutnya malah genta yang berbalik menggelengkan kepalanya.

"Ah.. byan gak kuat, kalo lagi.. byan bakal muntah." ekspresi yang dikeluarkan byan begitu mengundang iba, tapi sungguh ia merasa perutnya menolak apa yang sejak tadi masuk ke dalam mulutnya, ingin ia memuntahkannya.

Genta mengernyit, tak terlewatkan kedua kakak nya yang lain, yang entah sejak kapan menyimak obrolan mereka.

"Ada yang sakit, by?" Tanya genta meletakkan nampan yang ia pegang cuma-cuma, byan menggeleng lemah.. rasa mual itu semakin bertambah.

"Cuma sedikit keganggu." bisiknya yang masih bisa terdengar oleh genta.

"sean, kayaknya... " sean yang mengerti akan posisinya dengan sigap berdiri dan menggantikan tempat genta di sisi byan.

Lengan kemejanya pun sudah dilipat sedemikian rupa menampilkan kesan profesional.

Genta yang akan duduk melirik ke arah keenan dan berbisik. "Lihat saja kak, ia cocok kan menjadi seorang kakak untukku?" keenan melotot mendengarnya.

Jadi, genta mengetahui apa yang sean bicarakan kepadanya? Atau hanya kebetulan? 🤦🏻‍♂️ Keenan buru-buru menggeleng cepat setelahnya, mungkin lain kali akan ia pikirkan mengapa mereka berpikiran sama.. tapi yang penting sekarang adalah keadaan byan yang belum sepenuhnya terbaca. Ya, byan.

"Aww sakit kak sean , ish jangan menekannya aw—" byan buru-buru menutup mulutnya sekuat tenaga, tanggannya yang masih terkurung membuatnya susah menggerakkannya, sesuatu memaksa keluar dari tenggorokkannya. Membuat matanya berkaca karena berusaha menahannya.

Sean mengernyit. Ia hanya memeriksa byan sesuai prosedur, malah yang didapat adalah byan yang akan memuntahkan semua isi perutnya. Buru-buru ia menyodorkan sebuah wadah yang memang disediakan di dalam nakas dekat ranjang byan.

Byan yang memang sudah tak kuat memuntahkannya spontan. Keenan dan genta yang mendengar suaranya mulai menyerit tak ingin melihat kejadian itu. Berbeda dengan sean yang semakin gencar memancing tubuh byan untuk mengeluarkannya. Tanpa jijik sedikit pun.

"Hoeekk.. hoeek.. " begitulah suara yang terdengar selama beberapa menit diruangan itu, sampai byan berhenti karena kelelahan. Dan sean yang sudah mengerti akan gejala yang dialami adiknya segera membantu byan kembali ke posisinya dan berlalu pergi dengan smartphone yang bersanding di telinganya.

Keenan menatap khawatir ke arah byan dan segera menghampirinya. Sedangkan genta masih setia di posisi menutup telinganya nya dan memejamkan mata. tak ada yang berniat untuk memperingatkannya agar tersadar 😅

Keenan sibuk menanyakan kabar byan yang hanya dijawab rintihan gadis itu.



-tbc


With luv,
Areen.

BYANICE ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt