❤ DM - 1 ❤

19.5K 538 22
                                    

Bismillah... 🤗
❤ Happy Reading Guys 😍🤗

Menjadi seorang mahasiswi kedokteran di Jepang bukanlah keinginanku. Namun, aku harus menjalani semua itu selepas aku menyelesaikan sekolahku di Samarinda, Kalimantan Timur.

Namaku Inayya Naura Salwa Zafar. Orang-orang bilang aku adalah anak yang beruntung, cerdas, hebat, dan sebagainya. Aku menuia banyak pujian itu terutama dari rekan kerja Ayah, karena aku mendapat beasiswa kedokteran di Jepang dari sekolahku.

Sesungguhnya aku sangat malas untuk menjadi mahasiswi kedokteran, terlebih di Jepang. Jauh dari Ayah, dan Ikhsan adik semata wayangku yang kini duduk dibangku kelas 2 SMP.

Ibuku telah meninggal ditahun 2013 silam, karena kecelakaan tunggal yang dialamimya bersama dengan Ayah kala itu. Ayahku kini bekerja sebagai Direktur Utama diperusahaan miliknya.

Aku memiliki segalanya dan terlebih untuk masalah kuliah serta biayanya, aku bisa saja memilih sesuai dengan yang aku inginkan. Aku tidak perlu mengandalkan beasiswa dari sekolah itu, akan tetapi Ayahku menginginkan aku untuk mengambil beasiswa itu dengan alasan agar aku menjadi anak mandiri dan selalu bersyukur.

Ayahku adalah satu-satunya orang tua yang kumiliki saat ini. Kebahagiaan Ayah adalah nomor satu bagiku. Itulah sebabnya aku menerima beasiswa itu, meskipun saat dibangku SMA aku bercita-cita untuk melanjutkan pendidikanku di AS dengan jurusan Tata Busana.

"Nayyaaaa!!!!" Teriak Vindy sahabatku menghampiriku.

Mendengar suara cempreng Vindy, aku sangat terkejut dan tidak sengaja pena yang kupegang mencoret gambaranku sendiri. Aku menyipitkan kedua mataku dan melirik sinis Vindy.

"Alamak Nayy! Move-on kenapa Nay? Kau itu sekarang, sudah jadi mahasiswi kedokteran bukan tata busana. Fokus sama jurusan kau sekarang saja, kok malah sibuk gambar kau ini." Ujar Vindy duduk disampingku dengan makanan didalam mulutnya dan tak lupa logat bataknya.

Vindy Hutagalung seorang gadis batak yang sangat cerewet dan hobi mengunyah. Vindy adalah sahabatku yang juga mendapatkan beasiswa kedokteran dari sekolah, sama sepertiku. Berbeda denganku, Vindy sangat bahagia dan bersemangat dengan beasiswa ini.

"Berisik... habiskan dulu makanan dimulutmu lalu bicara!" Tukasku mendengus kesal.

"Eleh... bilang saja kau mau kan!" Seru Vindy menggodaku dengan makanannya.

"Tidak..." Sahutku sinis dan mencomot semua makanan yang ada ditangan Vindy.

"Huuuuu... dasar tukang kentut!" Tutur Vindy.

Seketika mataku membulat dengan sempurna dan kulihat kiri-kananku. Tawa Vindy lepas melihat ekspresi wajahku.

"Apalah kau ini Nay!! Ini Jepang, mana ada yang ngerti bahasa kita!" Gumam Vindy masih tertawa.

Aku terpaku dan tak lagi menghiraukan Vindy. Mataku terhenti dan terfokus pada seorang lelaki tampan diseberang kursi taman yang sedang aku duduki bersama Vindy.

"Oh iya Nay... tadi aku dapat kabar, katanya kita akan kedatangan Dosen baru dari Perancis. Aslinya sih, orang Jepang dan dia juga pandai banyak bahasa asing. " Ujar Vindy serius.

"Aku dengar-dengar Dosennya masih muda, tampan cam Bapak aku, dan galak cam Bapak kau." Tambah Vindy setengah meledek.

Aku benar-benar tak mendengarkan  dan tak memperhatikan cerita Vindy. Bahkan Vindy meledekku saja aku tak sadar.

Dear Makmum | I Love You [COMPLETED]Where stories live. Discover now