❤ DM - 11 ❤

3.3K 174 4
                                    

Bismillah... 🤗
❤ Happy Reading Guys 😍🤗

"Permisi, saya dari yayasan anak penderita kanker." Ujar seorang pastor memberikan sebuah buku pada kami.

"Iya, lalu?" Tanyaku pura-pura tak mengerti.

"Aku yang menyuruhnya datang Nay, aku yakin pacar kamu akan memberi donasi besar. Lihatlah kedua pacarku," tutur Niken.

Mataku terbelalak dengan sempurna melihat pemandangan ini. Kedua pacar Niken mengeluarkan banyak uang tunai dan disumbangkannya pada pastor itu.

"Maaf, kami tidak membawa uang tunai." Tuturku terkekeh.

"Kami juga menerima cek," jawab pastor itu.

"Aduh... keterlaluan Niken, jangankan cek. Tunai saja pas-pasan sisa bayaran untuk Yusril nanti," batinku.

Yusril tersenyum kearah pastor itu dan mengeluarkan buku cek dari saku jasnya. Yusril menuliskan nominal yang tidak sedikit dalam cek itu dan memberikannya pada pastor.

"Wauuuu," tutur Niken kagum.

"Menyesal aku membawamu Yusril. Kamu hanya menambah bebanku," batinku mengeluh.

"Baiklah, terima kasih donasinya. Permisi," kata pastor berlalu.

"Sudah kuduga, pacarmu pasti akan memberikan donasi besar." Ujar Niken dengan senyum evil.

Aku hanya terkekeh dan Yusril tersenyum ringan. Makan malam dimulai dan mereka sangat menikmatinya. Berbeda denganku, aku tak bisa menikmati makan malam ini. Aku merasa sangat terbebani.

✏✏✏

"Kamu itu kenapa memberikan donasi begitu banyak menggunakan cekmu? Bagaimana aku bisa menggantinya sekarang. Membayar aktingmu saja ini pas-pasan," gerutuku sambil berjalan menuju mobil Yusril.

Yusril hanya diam dibelakangku lalu mempercepat langkahnya menuju kursi pengemudi.

"Eh salah," gumamku tak sengaja membuka pintu depan.

Aku beranjak menuju pintu belakang dan masuk lalu duduk menatap lurus kedepan. Aku memeriksa isi dompetku untuk membayar Yusril.

"Hey... nanti bayarannya aku transfer saja ya," kataku.

"Tidak perlu. Saya melakukan semuanya dengan ikhlas hanya untuk membantu kamu. Saya tidak menginginkan uangmu," sahut Yusril mengeluarkan suaranya.

"Aku tidak mau begitu. Aku tidak mau berhutang budi denganmu," tuturku memanyunkan bibirku.

"Jangan mengukur segalanya dengan uang. Berikan saja uangmu untuk yang membutuhkan atau tabung saja untuk kebutuhanmu sehari-hari. Setidaknya dengan begitu, beban orang tuamu berkurang." Jelas Yusril.

Aku tak dapat menjawabnya lagi. Bagiku berdebat dengannya hanya membuang waktu saja.

"Ya sudah kalau tidak mau dibayar, lumayan uangnya." Batinku.

"Loh, inikan tempat tadi. Kenapa kita berhenti disini?" Tanyaku heran.

"Tadi saya menemukan kamu disini dan artinya, saya harus mengembalikan kamu disini bukan." Tutur Yusril dari kursi pengemudi.

"Inikan sudah malam, kalau ada orang jahat bagaimana? Aku kan perempuan," protesku.

"Saya sudah panggilkan taksi untuk kamu dan saya akan mengikuti taksi itu hingga tiba dirumah kamu," jelas Yusril.

Dear Makmum | I Love You [COMPLETED]Where stories live. Discover now