❤ DM - 12 ❤

3K 158 0
                                    

Bismillah... 🤗
❤ Happy Reading Guys 😍🤗

Yusril membawaku kekamar dan mengunci rapat pintu kamarnya. Jantungku bergedup kencang melihat senyum evil Yusril.

"Aku mohon jangan sentuh aku. Jangan apa-apakan aku, aku tidak siap." Tuturku memohon dengan isak tangisku.

Yusril tak berkata- kata dan terus mendekatiku. Aku hanya bisa menangis menatapnya dengan wajah melas.

✏✏✏

Byurrrr...
Seember air bakh hujan lokal diguyurkan Vindy tepat diatas wajahku hingga membuat wajahku dan tempat tidur basah kuyup.

Aku mengusap wajahku dan melirik sinis kearah Vindy.

"Astaghfirullahaladzim, naudzubillah. Jangan sampai terjadi," gumamku seraya membaca doa mimpi buruk didalam hati.

"Kau mimpi apa Nay? Sibuk kali ku tengok sampai-sampai kau lupa waktu. Dari tadi aku bangunkan tak bangun-bangun kau," gerutu Vindy.

"Hanya mimpi buruk," sahutku singkat.

Aku bangkit dari tempat tidur dengan keringat dingin yang bercampur dengan air guyuran dari Vindy. Dengan sedikit sempoyongan aku berjalan menuju kamar mandi.

"Nay, aku pergi duluan. Ada matkul pagi ini," teriak Vindy dari ujung pintu kamar.

"Ya!" Sahutku singkat.

"Aku harus mengganti uang Yusril untuk mengantisipasi hal yang terjadi didalam mimpiku tadi. Tapi bagaimana bisa, tidak mungkin aku minta uang ke Papah. Haduhh! Kenapa jadi serumit ini," gerutuku.

Aku bergegas menyelesaikan mandiku dan setelah itu aku pergi sarapan. Lalu aku beranjak dari rumah untuk pergi kekampus.

✏✏✏

Seperti biasa, aku menunggu bus dihalte dan seperti biasa juga aku bertemu dengan Gerald.

"Nay," sapa Gerald.

"Iya Ger, bagaimana kabarmu?" Tanyaku.

"Aku baik-baik saja Nay," kata Gerald duduk disampingku.

"Oh iya Nay, nanti sore kamu mau tidak ikut aku?" Ajak Gerald sumringah.

"Ikut kamu? Kemana?" Tanyaku penasaran.

"Salah satu anakku hari ini ultah dan seperti biasa aku selalu mengadakan pesta untuk anak-anak," jelas Gerald.

"Anak-anak?" Ucapku reflect.

Gerald tertawa melihat ekspresi wajahku. "Anak-anakku. Anak panti. Aku memelihara panti asuhan anak dan bagiku mereka adalah anak-anakku. Mereka duniaku dan tempatku untuk berbagi," jelas Gerald lagi.

"Ehm itu busnya," tambah Gerald.

Gerald spontan menggandeng tanganku dan membawaku menaiki bus itu. Didalam bus, aku dan Gerald duduk bersebelahan.

"Nay, boleh aku minta nomor telpon kamu?" Tanya Gerald.

"Ehm... boleh Ger," sahutku sambil tersenyum.

Dear Makmum | I Love You [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora