❤ DM - 27 ❤

2.3K 130 1
                                    

Bismillah... 🤗
❤ Happy Reading Guys 😍🤗

"Ekm..." Yusril berdehem.

Aku terdiam dan melihat kearah tangan kiri Yusril. Aku terkejut melihat ada luka bakar di pergelangan tangannya.

"Untuk yang kesekian kalinya, kamu menjadi malaikat penolongku." Batinku.

"Vindy, saya permisi dulu." Ucap Yusril berpamitan.

"Eh... tunggu dulu Yusril," kata Vindy menghentikan langkah Yusril.

"Nay, cakap terima kasih dulu. Dia yang sudah selamatkan kau tadi," tambah Vindy.

"Hmm... iya, terima ka---"

"Tidak perlu," potong Yusril dan berlalu keluar dari ruanganku.

Vindy hanya diam menepuk dahinya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Seorang suster datang menghampiriku dan Vindy. Suster itu memindahkanku dari ruang IGD menuju ruang rawat, sebab aku belum diperbolehkan pulang.

✏✏✏

<Yusril Pov>

Aku sedang menuruni anak tangga menuju meja makan untuk melakukan sarapan bersama keluargaku.

"Kakak," sapa Yasmin mengejutkanku dari belakang dengan merangkul pergelangan tangan kiriku.

"Awh..." ucapku reflect, karena rangkulan Yasmin tak sengaja mengenai luka bakarku yang tersembunyi di balik jasku.

"Ada apa?" Tanya Yasmin heran menghentikan langkahnya.

"Ehmm... tidak apa, kakak hanya bercanda." Elakku dengan senyuman.

Aku dan Yasmin berjalan bersama hingga kami tiba di meja makan dan sarapan bersama.

"Pagi Pi, Mi..." sapaku bersamaan dengan Yasmin dan duduk di kursi kami masing-masing.

"Pagi," sahut kedua orang tuaku juga bersamaan.

"Sultan... Papi dan Mami berniat untuk mengkhitbah Cahaya anak rekan kerja Papi untuk kamu. Kamu bersedia kan nak?" Jelas Ayahku yang reflect membuatku tersedak.

"Kakak, ini minum dulu..." Yasmin menyuguhkan segelas air padaku.

"Kalau kamu tidak mau, Papi dan Mami juga tidak memaksa nak..." sambung Ibuku.

Aku menarik nafas dan tersenyum pada semua. "Pi, Mi... mungkin untuk saat ini, Sultan hanya ingin fokus pada pekerjaan dulu." Jelasku.

"Hmmm... baiklah, tapi jangan terlalu lama. Papi dan Mami sudah tua, dan kami sudah sangat ingin menggendong cucu." Sahut Ayahku setengah bercanda.

Kami semua menikmati sarapan dengan khitmad. Selepas itu, kami semua beranjak dari rumah untuk menjalankan aktifitas kami masing-masing.

Sebelum pergi ke kampus, aku memutuskan untuk membesuk Nayya di rumah sakit terlebih dahulu.

Aku mengemudikan mobilku dengan kecepatan sedang. Perkataan Ayahku pagi tadi melayang-layang di pikiranku.

Dear Makmum | I Love You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang