❤ DM - 23 ❤

2.4K 123 2
                                    

Bismillah... 🤗
❤ Happy Reading Guys 😍🤗

"Kau rindu dengan bang Ucok Nay?" Tanya Vindy dengan nada serius.

"Maaf bicaralah menggunakan bahasa yang dapat dimengerti manusia. Jangan menciptakan bahasa sendiri. Sudah aku mau tidur saja," jelasku setengah menggerutu sambil meletakkan novelku dan menarik selimut.

Vindy tertawa geli mendengar jawabanku, seoalah aku baru saja melawak untuknya.

Aku mengabaikan Vindy dan memaksa mataku untuk terpejam. Sementara Vindy sedang sibuk bersenandung, dengan suara cempreng dan sumbangnya.

✏✏✏

"Nay, aku mencintaimu..." ungkap Gerald menggenggam erat jemariku dalam pandangannya.

Angin sepoy-sepoy ditepi pantai menjadi pelengkap, menemani aku dan Gerald yang sedang memadu kasih.

"Aku juga mencintai kamu Ger," balasku ringan dengan iringan senyum yang melengkung menghiasi bibirku.

"Aku mau kita segera menikah, tapi aku ingin kamu mengikuti keyakinan dan menuruti semua kemauanku." Gerald berlutut dengan sebuah kotak kecil berwarna merah, yang berisikan seutas cincin permata.

"Akan aku lakukan segalanya demi dirimu. Aku sangat mencintaimu dan aku tak ingin ada penghalang dalam cinta kita, termasuk perbedaan keyakinan kita." Jawabku penuh percaya diri.

Gerald terlihat sangat girang, segera Gerald bangkit dan memasangkan seutas cincin itu dijari manisku.

Demi cintaku pada Gerald, aku rela beralih keyakinan asalkan aku tak kehilangan Gerald.

Gerald memberikanku pelukan hangat dan mengecup bibirku sebagai tanda cintanya.

"Terima kasih telah menerima cintaku," tutur Gerald.

"Sama-sama," sahutku singkat dengan senyuman.

"Yang terakhir, kamu harus bisa menerima Gloria pacarku dan sekaligus calon madumu." Ucap Gerald tegas.

Seorang perempuan cantik dan sexy berjalan menuju aku dan Gerald dari arah belakang Gerald.

Bak tersambar petir disiang bolong, jantungku seoalah berhenti berdetak. Aku tak mengerti apa maksud Gerald, yang aku tahu dia telah menduakanku.

"Gerarld, bukankah dulu kamu pernah bilang. Gloria hanya teman kecil, tidak lebih." Ucapku lemas.

"Itu dulu bukan sekarang," sahut Gerald.

Tanpa pikir panjang, aku melepaskan cincin yang baru saja disematkan Gerald dijariku. Aku melempar kasar cincin itu kearah Gerald dan beranjak.

Gerald menghentikanku dengan memegang tangan dari belakang.

"Ingat, kamu sedang mengandung anakku. Seharusnya kamu bersyukur aku mau menikah denganmu. Bahkan aku masih mau melamarmu dengan cara romantis seperti ini," jelas Gerald.

Aku hanya diam dengan air mata di pipiku, tanpa menoleh kearahnya.

"Kamu akan menyesal kalau memutusakan hubungan kita Nay!" Teriak Gerald.

"Tidak, keputusanku sudah bulat dan aku tidak pernah menyesali keputusanku!" Sahutku ragu.

"Nay... Nayya, Nayya!" Teriak Vindy.

Dear Makmum | I Love You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang