❤ DM - 3 ❤

5.5K 279 4
                                    

Bismillah... 🤗
❤ Happy Reading Guys 😍🤗

"Manalah laki-laki yang kau bawa tadi Nay?" Tanya Vindy dengan handuk dikepalanya.

"Dia sudah pulang," sahutku singkat.

"Ehh... hujan-hujan macam ni! Yang benar saja."

Vindy membuka pintu penasaran dan melihat kearah luar. Sejak tadi hujan tak kunjung reda dan bahkan semakin deras, diiringi kilat dan suara petir.

"Apalah kau ini tipu-tipu aku. Tadi kau cakap dia balik. Lalu itu siapa?" Tukas Vindy.

Aku hanya terdiam melirik tajam Vindy. Lelaki itu berdiri menatap kearah rintik hujan seraya menyandarkan tubuhnya ditiang rumahku.

"Kau pergilah hampiri dia sana," ujar Vindy mengampiriku dan menyenggol sikutku.

"Preman pujaan kau itu," goda Vindy.

Aku melirik geram Vindy dan beranjak menghampiri lelaki tanpa nama itu.

"Siapa namamu?" Tanyaku penasaran membuka obrolan.

"Gerald Leonard," sahutnya.

"Aku Nayya," ucapku.

"Diluar dingin, nanti kamu sakit lebih baik masuk. Hari juga mulai gelap," tutur Gerald tanpa melihatku.

"Kamu tahu itu, lalu kenapa kamu tidak masuk juga?" Tanyaku polos.

Gerald membalikkan tubuhnya menghadapku seraya mengacak pinggangnya.

"Aku takut jatuh cinta, karena kebaikan dan kecantikan kamu." Tutur Gerald.

Aku dan Gerald saling menatap. Aku terhanyut dengan pernyataanya Gerald barusan.

"Kenapa kamu takut?" Tanyaku terus membalas tatapan Gerald.

"Emh... sudah lupakan," ujar Gerald mengalihkan pandangan dariku.

"Sampai jumpa besok," tambah Gerald berlalu meninggalkan rumahku.

Aku terpaku melihat kepergian Gerald. Rasanya aku seakan-akan telah tersihir oleh pandangan pertama Gerald.

Hujan telah reda. Aku memutuskan untuk masuk kedalam rumah. Bayang-bayang wajah Yusril menghantui pikiranku.

"Kenapa tiba-tiba aku memikirin pria jangkung Dosen gadungan itu? Lebih baik aku memikirkan Mas Zafran, atau Gerald," batinku heran.

"Eh... udah kelar kau mojoknya Nay dengan preman itu?" Ledek Vindy melihatku masuk.

"Siapa yang mojok Vin! Lagipula aku dan Gerald tidak ada hubungan apa-apa... kenal saja baru tadi," ketusku berlalu menuju kamar.

✏✏✏

"Nayyaaaaa!!!" Teriak Vindy seperti biasa dengan suara cemprengnya.

Satu atap dengan Vindy membuatku hemat untuk tidak perlu membeli jam beker. Setiap pagi dia melakukan hal itu untuk membangunkanku.

Aku mengucek-ngucek mataku dan bangkit menuju terminal untuk memeriksa handphoneku yang tercharger.

"Apa kau buat itu Nayy? Baru bangun sudah ngecek Hp. Mana ada juga orang yang chat kau itu selain Bapak kau!" Ujar Vindy mengejek.

Dear Makmum | I Love You [COMPLETED]Where stories live. Discover now