❤ DM - 28 ❤

2.4K 129 4
                                    

Bismillah... 🤗
❤ Happy Reading Guys 😍🤗

Berhubung tidak ada mobil, hingga aku lah yang harus mengantarkan mereka ke apartement baru milik Om Irfan.

Dalam perjalanan menuju apartement, Nayya bersama dengan Vindy dan Ikhsan duduk di kursi penumpang bagian tengah. Sementara Om Irfan duduk di sampingku.

Wajah Om Irfan nampak sangat khawatir akan keselamatan Nayya.

30 menit berlalu dan kami pun tiba di apartement yang dituju.

✏✏✏

Duduk berkumpul di ruang keluarga dengan wajah cemas dalam keheningan. Tak ada camilan atau pun secangkir teh, yang menemani kami semua, sebab ini adalah apartement baru dan Nayya pun juga sedang dalam masa penyembuhan.

"Nayya, Papah dan Ikhsan harus segera kembali ke Indonesia. Tapi jujur saja, Papah tidak yakin untuk meninggalkan kamu dan Vindy di sini." Jelas Om Irfan risau.

"Pah... Nayya dan Vindy akan baik-baik saja. Papah tidak perlu mencemaskan kami, sebab kami tidak memiliki musuh disini. Mungkin polisi keliru mengenai kebakaran itu. Mana mungkin ada yang dengan sengaja membakar rumah itu Pah," balas Nayya mencoba menyakinkan Om Irfan.

"Ih... iya tulang. Bisa jadi begitu," sambung Vindy.

"Nak," ucap Om Irfan mengusap pundakku.

Nayya nampak menatap tajam ke arahku dan aku melihat ke arah Om Irfan lalu tersenyum.

"Saya titip dua bidadari saya selama 3 hari. Boleh tidak?" Tutur Om Irfan padaku.

"Tiga hari?" Tanyaku heran.

"Iya, setelah tiba di Indonesia, saya akan mencari bodyguard  untuk dua bidadari saya ini." Jelas Om Irfan.

"Bodyguard." Ucap Nayyad dan Vindy bersamaan.

"Itu semua Papah lakukan demi keamanan dan keselamatan kalian berdua," Om Irfan mengalihkan pandangannya.

"Tapi Pah," keluh Nayya.

"Bagaimana nak... kamu bersedia menjaga dua bidadari saya selama 3 hari kedepan? Kamu tenang saja, saya memerintah kamu tidak cuma-cuma. Saya akan membayar kamu untuk imbalannya," jelas Om Irfan.

"Maaf Om, saya bersedia melaksanakan tugas dari Om. Tapi, saya tidak bisa menerima imbalan dari Om." Tegasku.

"Terus... cari saja terus simpati dari Papah," gumam Nayya sinis samar dapat di dengar semua.

"Maksud kamu apa Nayya?" Hardik Om Irfan.

"Apa Pah? Nayya tidak mengatakan apa-apa," elak Nayya.

"Baiklah, Papah dan Ikhsan akan kembali saat ini juga. Kamu dan Vindy baik-baik di sini." Ujar Om Irfan.

"Oh iya nak, saya minta tolong jangan biarkan preman tadi mendekati Nayya. Apalagi menyetuh Nayya seenaknya! Nayya itu sangat istimewa, kesucian dan kehormatan Nayya hanyalah untuk calon suaminya saja. Enak saja menyentuh Nayya yang sudah jelas bukan mahromnya, mentang-mentang Nayya sedang tidur. Dia pandai sekali memanfaatkan keadaan," gerutu Om Irfan dengan emosi yang meledak-ledak.

Dear Makmum | I Love You [COMPLETED]Where stories live. Discover now