About Love 1

1.5K 145 18
                                    

Taehyung menatap datar isi lokernya. Selalu saja, setiap pagi Taehyung akan menemukan sesuatu di dalam lokernya. Ia mengedarkan pandang menatap sekitar, tak ada seorang pun yang terlihat mencurigakan. Taehyung menghela napas dan menutup kembali lokernya.

"Siapa sih sebenarnya?" Taehyung mendengus sebal dan berjalan menuju kelasnya.

Langkah Taehyung sedikit tergesa. 5 menit lagi perkuliahan akan segera dimulai dan Taehyung tak ingin terlambat. Apalagi dosennya pagi ini terkenal galak dan disiplin. Taehyung masih waras untuk tidak mencari gara-gara dengannya.

"Taehyung!" Suara itu menghentikan langkah Taehyung. Ia berbalik dan menemukan seseorang yang berjalan cepat ke arahnya dengan sebuah paper bag di tangannya.

"Kamu siapa?" Tanya Taehyung saat merasa tidak mengenal seseorang yang menghampirinya.

"Ini! Seseorang menyuruhku memberikan ini padamu." Ucap pemuda itu seraya menyodorkan paper bag itu pada Taehyung.

"Apa ini? Dari siapa?" Tanyanya bingung. Ia pun mengambil paper bag itu.

"Terima saja. Aku hanya disuruh dan aku tidak kenal siapa dia. Sudah ya?" Orang itu berlalu begitu saja meninggalkan Taehyung yang masih terdiam di sana.

"Siapa yang memberikan semua ini sebenarnya?" Batin Taehyung. Ia kemudian menatap paper bag yang ada di tangannya dan beralih menatap jam tangannya.

"Sial! Aku terlambat!" Taehyung segera berlari menuju ruang. 1 menit lagi dosen akan datang, Taehyung harus segera sampai di kelas.
.
.
.

"Huh, syukurlah.. Untung saja dosennya belum datang." Napas Taehyung terengah-engah. Untung saja ia dapat sampai lebih cepat dibanding dosen killernya.

"Tumben telat?" Tanya seorang pemuda yang duduk di belakangnya.

"Ini. Ada seseorang yang memberikan ini padaku pas di jalan tadi. Karena itu aku hampir terlambat." Jelasnya.

"Apa itu?" Tanya pemuda itu penasaran. Taehyung membuka paper bagnya dan melihat isi di dalamnya.

"Nasi bekal. Ah, bahkan aku tidak tahu ini dari siapa." Taehyung menutup kembali paper bagnya dan menaruhnya di sisi meja.

"Mungkin dari orang yang menaruh hati padamu, Taehyung." Taehyung merotasikan matanya dan menatap sahabatnya itu datar.

"Jangan bicara sembarangan. Lagipula kamu tahu kan, Jungkook. Aku belum bisa membuka hatiku untuk yang lain." Ucapnya. Jungkook hanya mengangguk dan tidak melanjutkan lagi ucapannya.
.
.
.

Sepulang kuliah, Jungkook dan Taehyung berjalan bersama menuju suatu tempat. Sudah menjadi agenda rutinan bahwa Taehyung akan mengunjungi rumah sakit khusus kanker sekali dalam seminggu. Ia akan datang dan menghibur pasien di sana. Jungkook yang notabenenya adalah sahabat Taehyung selalu setia menemaninya.

"Ini adalah tahun kedua setelah Bogum hyung meninggalkanku untuk selamanya. Kamu tahu Jungkook? Sekeras apapun aku mencoba untuk melupakannya, tetap saja aku tidak bisa. Kenangan yang pernah dia berikan, kebahagiaan yang pernah dia berikan, rasa cinta dan sayangnya, aku sungguh tak bisa melupakannya." Taehyung tersenyum sendu. Jungkook perlahan mendekat dan mengelus punggung Taehyung lembut.

"Semua butuh proses, Taehyung. Tak mudah memang melupakan orang yang spesial di hidup kita. Tapi, kamu juga harus ingat, kamu tidak bisa selalu sendirian dan menutup hati untuk selamanya. Kamu harus ikhlas dan mencoba menemukan cinta yang baru." Taehyung hanya tersenyum dan mengangguk. Benar kata Jungkook, ia memang harus bisa belajar membuka hati untuk orang yang baru. Tapi, ia masih ragu. Ia ragu kalau nantinya ia tidak dapat mencintai orang itu seperti ia mencintai Bogum, ia juga takut kalau ia akan ditinggalkan lagi oleh orang yang ia cintai. Sungguh itu bagaikan mimpi buruk baginya.

"Sudah, jangan bersedih lagi. Bukankah kita ke sini untuk menghibur pasien? Ayo tersenyumlah." Jungkook menarik sudut bibir Taehyung dengan kedua ibu jarinya hingga menciptakan sebuah senyuman.

"Kalau begini kan jauh lebih baik." Ucap Jungkook diiringi senyuman.

Keduanya pun kemudian mulai melangkah memasuki rumah sakit. Di sekeliling mereka banyak pasien yang duduk ditemani sanak saudara serta orang tercintanya. Taehyung selalu menyapa dengan wajah cerianya, sungguh, Jungkook sangat suka melihatnya.

"Hai Joe, bagaimana kabarmu hari ini?" Taehyung berlutut di depan seorang gadis kecil yang duduk di atas kursi roda. Gadis itu tersenyum lebar saat bertemu Taehyung.

"Awalnya aku kurang baik-baik saja. Tapi setelah melihat Oppa cantik dan Oppa tampan, aku merasa lebih baikan." Ucapan gadis itu membuat Taehyung terkekeh riang.

"Hei, aku ini juga tampan." Sanggahnya.

"Emm.. Tidak. Oppa cantik dan manis." Gadis itu menggeleng dan tetap mempertahankan penilaiannya.

"Ah, dasar keras kepala. Baiklah, aku akan mengalah. Sekarang katakan, kamu ingin aku mengajakmu ke mana?" Gadis itu terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya tersenyum cerah.

"Oppa, ajak aku ke taman ya?" Pintanya. Taehyung segera berdiri dan berpindah posisi hingga bisa menyurung kursi rodanya.

"Kajja, kita ke sana." Taehyung menyurung kursi roda itu menuju taman. Jungkook turut mengikut di belakang Taehyung ditemani seorang wanita yang mungkin adalah ibu dari gadis kecil itu.

"Apakah dia kekasihmu? Kamu sangat beruntung." Ucap wanita itu.

"Jika saja itu dapat terjadi, aku akan menjadi orang paling beruntung di dunia ini." Jawab Jungkook diiringi senyum sendu.

Wanita itu menghentikan langkahnya dan mengelus pundak Jungkook.

"Tetaplah berada di sampingnya. Tunjukkan kasih sayang serta kesungguhanmu padanya. Aku yakin suatu hari nanti dia akan sadar bahwa kamu begitu mencintainya." Jungkook hanya mengulas senyum dan mengangguk. Tak ada yang salah dari ucapan wanita itu dan Jungkook sedang berusaha melakukannya saat ini.

"Bersabarlah, sebuah kesabaran akan selalu berbuah manis." Ucap wanita itu seraya menepuk kembali pundak Jungkook.

"Iya, terima kasih. Aku akan bersabar dan selalu menantinya." Keduanya pun kemudian kembali berjalan menyusul Taehyung yang cukup jauh berada di depannya.
.
.
.

"Jungkook, terima kasih atas waktunya hari ini." Taehyung dan Jungkook sudah kembali. Kini mereka sedang berada di depan kediaman Taehyung.

"Sama-sama, Taehyung. Aku senang melakukannya." Jungkook tersenyum seraya mengacak surai Taehyung.

"Cepatlah istirahat. Besok ada kuliah pagi, jangan sampai kamu terlambat karena kecapekan." Jungkook berucap diiringi senyuman.

"Siap Komandan. Sampai ketemu besok." Taehyung melambaikan tangan dengan senyum kotak yang menghiasi wajahnya, indah.

"Bye Taehyung." Jungkook melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Taehyung.

"Bye Jungkook."

"Maaf, bukan aku tidak tahu bagaimana perasaanmu padaku. Tapi aku masih belum mampu menghilangkan kenangan masa laluku. Bersabarlah, Jungkook. Tunggu sampai hatiku mau terbuka untukmu."

Bersambung...

Maaf ya harus kepotong. Suamiku ada di rumah dan gak enak kalau terlalu lama aku tinggal fokus pada tulisan. Ah, pasti mengecewakan karena updateanku yang lama. Tapi semoga kalian mau bersabar dan tetap menunggu cerita ini.

Oh iya, ini adalah requestan dari rastidimianti. Semoga sesuai dan suka ya?

Untuk periquest yang lain mohon bersabar...

HOME 2 [Short Story KV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang