Dua Puluh

19K 2.1K 230
                                    

"Sandra kan?"

Kalimat tersebut menginterupsi ucapan Sandra. Sandra pun langsung menoleh dan mendapati pria tinggi berkulit putih dengan hoodie hitam sedang menatap kearahnya. Sandra meneliti wajah cowok itu, namun Sandra tidak mengenalinya.

Sadar bahwa Sandra tidak kenal, cowok itu langsung memperkenalkan diri, "gue Jason, temannya Vino. Sorry karena kemarin gak sempat ketemu di acara kalian."

"Jason, Jason Gustavo?" tanya Sandra dengan mata melebar dan mulut yang terbuka tidak percaya.

Reynaldi Jasonelic Gustavo, anak dari pemilik rumah sakit tempat Sandra bekerja dulu, Kakak angkat dari mantan pacar Dava yang menghilang. Sontak Sandra langsung menundukkan kepalanya, "maaf, saya tidak tau jika anda--"

"Santai aja, gak usah seformal itu. Lagian kita seumuran kan? Lo juga udah gak kerja di rumah sakit keluarga gue, jadi gue bukan atasan Lo." Sandra mengangkat kembali kepalanya dan tersenyum canggung. Dalam hati ia mengagumi ketampanan pria di hadapannya ini.

Tinggi, putih, bahu lebar dan dada bidang, benar-benar membuat Sandra terpikat. Sandra langsung menghilangkan pikiran kotor tersebut ketika wajah Vino tiba-tiba melintas di pikirannya. Tak bisa di pungkiri, naluri Sandra melihat cowok tampan memang tidak bisa hilang begitu saja. Meskipun sudah bertunangan dengan Vino.

"Btw, ngapain jauh-jauh kesini? Bukannya Lo tinggal di Jerman?"

"Ah, itu... Gue lagi ada urusan disini, karena gue pernah kuliah di sini. Sekalian ada seseorang yang harus gue cari."

Kening Sandra berkerut, "adik.. angkat Lo?" tanya nya dengan nada hati-hati di balas anggukan kecil oleh Sandra. "Sorry to hear that."

Jason tersenyum, membuat hati Sandra menjerit bahkan pipinya memerah. Hanya satu kelemahan Sandra, melihat cowok ganteng tersenyum kepadanya. Sudah bisa di pastikan Sandra akan terlihat seperti ikan yang kehabisan napas.

"Yang tadi itu, temen Lo?" tanya Jason menatap kearah belakang Sandra.

Sandra menepuk jidatnya, ia sampai lupa kalau ia pergi bersama Vanilla dan sejak kehadiran Jason, Sandra sama sekali tidak mendengar suara Vanilla. "Kenalin ini teman sekamar dan partner kerja gue, Va..." Kalimatnya kembali menggantung ketika ia menoleh kebelakang dan tidak mendapati tubuh Vanilla di sana. Hanya kantong plastik sampah yang di tinggalkan Vanilla yang tetap berada di sana.

"Kayaknya tadi dia pergi waktu gue tegur Lo," sahut Jason.

"Mungkin dia lagi gak enak badan, soalnya dia memang lagi dalam masa pemulihan."

"Sakit?"

Sandra mengangguk, "pikirannya yang sakit," jawab Sandra. Jason langsung membulatkan mulutnya dan seketika teringat pada adik angkatnya yang sampai saat ini belum ia ketahui keberadaannya. Padahal tinggal selangkah lagi, Jason bisa bertemu adiknya itu.

"Jason, che ci fai qui? (Lo ngapain disini?)" tegur seseorang di belakang Jason membuat Jason dan Sandra menoleh.

"Ho incontrato il mio amico.(Gue ketemu teman gue)"

"Dai, gli altri to stanno aspettando, (ayo, yang lain udah nunggu)," ucap cowok itu.

Jason menganggukkan kepalanya dan kembali menoleh kearah Sandra yang sedari tadi hanya memperhatikan Jason yang sedang berbincang dengan temannya. "Kayaknya gue harus pergi, nice to meet you, Sandra." Sandra tidak menjawab dan hanya melempar senyum. Setelah itu Jason langsung pergi bersama temannya meninggalkan Sandra.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now