Tiga Puluh Delapan

11.6K 1.5K 61
                                    

"Tadi kenapa bisa ada Ziko disana?" Dava bertanya sembari memotong daging diatas piringnya.

Vanilla yang sedang mengunyah hanya menatap Dava hingga makanannya tertelan sempurna. "Gak sengaja ketemu," jawab Vanilla apa adanya.

Mendengar jawaban Vanilla yang biasa-biasa saja, Dava langsung mendongak dan menatap Vanilla dalam. Memang tanpa ekspresi, namun dalam hati Dava sudah keluar ribuan pertanyaan dan kata-kata mutiara yang tidak akan bisa Dava lontarkan. Mungkin karena merasa diperhatikan, Vanilla ikut mendongak hingga pandangannya bertemu dengan tatapan tanpa ekspresi Dava.

"Kenapa?" tanya Vanilla bingung. Yang ditanya hanya diam tak menjawab.

Melihat Dava yang menghela napas dengan raut wajah setengah kesal, Vanilla menghentikan aktifitas makannya dan menaruh tangan kirinya diatas tangan Dava. "Kan gak sengaja ketemu," ujar Vanilla mencoba meredakan rasa cemburu Dava. "Gue juga harus berterima kasih sama Ziko, kalau bukan karena dia dan keluarganya, mungkin gue benar-benar hilang dari dunia."

Benar. Keluarga Zikolah yang menyelamatkan Vanilla. Merawat Vanilla bertahun-tahun lamanya pada saat koma, dan menyayangi Vanilla seperti anak kandung mereka sendiri, padahal identitas yang diberikan pada Vanilla adalah indentitas dari sepupu Ziko yang sudah lama meninggal karena penyakit jantung. Bayangkan bagaimana bingungnya Vanilla. Tidak ingat siapa dirinya atau masa lalunya, percaya bahwa ia adalah Vennelica dan tiba-tiba sengaja mengejutkan kenyataan yang sesungguhnya terbongkar.

Alasan mengapa Vanilla pergi dan hidup sendiri bertahun-tahun lamanya, bukan karena Vanilla tidak bisa menerima kenyataan, tapi karena Vanilla merasa dipermainkan oleh takdir.

Seiring berjalannya waktu serta semakin bertambahnya usia, perlahan Vanilla mulai mencoba untuk ikhlas. Meski berat, namun Vanilla tetap berusaha. Perlahan Vanilla mulai membuka diri, berteman dengan Sandra, membangun relasi dengan banyak pihak yang bersedia mendukung karirnya, hingga fakta bahwa Sandra adalah tunangan Vino, orang yang Vanilla kenal ketika masuk kuliah yang ternyata adalah teman dimasa lalu yang Vanilla tidak ingat.

Jika pikir menggunakan logika, pasti tidak masuk akal, tapi itulah kenyataannya.

"Jangan khawatir, gue sama Ziko gak ada hubungan apa-apa." Vanilla kembali berusaha meyakinkan Dava.

Akhirnya Dava hanya mendengus pasrah. Jika sudah diyakinkan seperti itu, bagaimana bisa Dava kesal. Toh Dava juga tahu, selama ini hati dan perasaan Vanilla hanya untuk dirinya. Meski dalam keadaan hilang ingatan sekalipun, perasaan wanita di hadapannya ini masih sama. Jika Dava yang ada diposisi Vanilla, mungkin saja perasaannya sudah berubah.

"Gimana tadi konsultasinya?" tanya Dava memulai pembicaraan yang baru.

"Diagnosisnya sama seperti dulu. Alter ego, PTSD, dan gangguan panik," jawab Vanilla. Vanilla menghela napas, "gue gak tahu alasan kenapa gue bisa punya alter ego."

"Revan, kepribadian ganda Lo."

Vanilla menggeleng tanda kalimat Dava salah. "Bukan kepribadian ganda, dia sekedar alter ego gue."

"Apa bedanya?"

"Hmm..." Vanilla bergumam sebentar karena sedang menyusun kalimat di otak untuk menjelaskan penyakitnya. "Dia kepribadian yang muncul saat gue merasa stress dan terancam. Gue memang gak ingat alasan gue menciptakan dia, yang pasti, dia ada untuk menutupi kekurangan gue. Kalau gue pengidap kepribadian ganda, kepribadian gue yang lain akan sama spesifiknya dengan kepribadian asli gue. Punya nama, punya umur, punya hobi, punya gender, style yang berbeda, sifat dan sikap yang berbeda, keahlian yang berbeda, bahkan cara berbicara dan cara berjalan yang berbeda."

Jujur saja, untuk pertama kali dalam seumur hidup Dava, ia bertemu dengan seseorang yang memiliki masalah psikologis, dan orang itu adalah orang yang Dava sayangi.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now