Dua Puluh Empat

18.4K 2K 300
                                    

Dava menatap undangan yang tergeletak manis di atas meja kerjanya. Nama Vanessa dan Antonio tertulis indah dalam undangan tersebut. Masih hangat di ingatan Dava, kejadian beberapa tahun silam, saat ia hampir saja bertunangan dengan Vanessa, kakak kembar dari mantan pacarnya, Vanilla. Dava menghela napas. Walau sempat menyimpan kebencian pada wanita itu, tapi tidak seharusnya Dava terus-terus menyalahkan Vanessa. Lagi pula Dava tahu, kejadian tersebut tidak sepenuhnya keinginan Vanessa. Vanessa juga telah mendapat hukuman, jadi Dava rasa Dava harus menghapus nama Vanessa dari daftar hitamnya.

"Mantan tunangan kamu," ujar Soraya yang entah sejak kapan sudah berada di ruang kerja Dava sembari.

Soraya meletakkan beberapa berkas ke atas meja Dava, lalu setelah itu ia melangkah menuju sofa dan duduk dengan anggun sembari memainkan ponselnya.

Sebenarnya Dava kesal, tapi jika ia bersuara, maka akan menjadi panjang. Jadi Dava membiarkan wanita itu berkelakuan sesuka hatinya. Toh, Dava tidak pernah punya pemikiran untuk menikahi wanita angkuh seperti Soraya. Ia hanya mengikuti alurnya saja, hingga nanti ada saat dimana ia harus mengubah alur tersebut.

Pandangan Dava teralihkan ketika ponselnya yang berada di meja bergetar. Ia menoleh dan mendapati nama Raquella terpampang di layar ponselnya. Tanpa berlama-lama, ia langsung mengangkat telpon tersebut.

"Dav, serius Vanessa mau nikah?" sembur Raquella tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu.

Dava mendengus, "menurut Lo?" balas Dava sinis di balas dengusan oleh Raquella.

"Vanilla tahu gak?"

"Ra, kalau Lo---"

"Jangan munafik, Dav." Raquella langsung memotong kalimat Dava, "kapan sih gengsi Lo itu hilang? Heran deh gue. Lo tuh bukan anak SMA lagi. Sekarang saatnya Lo tentuin pilihan untuk masa depan Lo. Lo sudah mapan untuk berumah tangga."

Dava menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan ya, "gue masih fokus sama pekerjaan gue."

"Jangan jadikan pekerjaan sebagai pelarian Lo."

Mendengar Dava berbincang di telpon membuat Soraya langsung menajamkan telinganya. Mencoba menebak siapa yang menelpon Dava dan apa yang sedang mereka bicarakan. Soraya yakin, pasti masih ada hubungannya dengan mantan kekasih Dava.

"Lo datang?" tanya Dava mencoba mengalihkan pembicaraan.

Raquella terdengar seperti sedang berpikir, "kalau gue datang, Lo harus siapin jawabannya. Siapa yang bakal Lo pilih, masa lalu lo, atau wanita angkuh yang sekarang lagi natap Lo penasaran."

Dava langsung menoleh kearah Soraya, dan benar, Soraya sedang memperhatikannya dengan raut wajah penasaran. Otomatis Soraya langsung berdeham, berpura-pura fokus pada ponsel yang sedang ia mainkan.

"Ra... Dengarin gue ya--"

"Lo yang harus dengarin gue!" Raquella kembali memotong kalimat Dava. "Please Dav, jangan bego. Gue tahu mungkin Lo merasa di permainkan, tapi Lo harus lihat dari sisi Vanilla. Lo harus liat jadi kejadian di masa lalu. Sekarang saatnya Lo rubah semua kenangan pahit itu, Dav."

Vino, Elang, Reza, Jason, bahkan sekarang Raquella, selalu menuntut Dava untuk memilih. Dava tidak tahu, ia bahkan bingung dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi Dava tidak mau menyesal, tapi di sisi lain Dava ingin tetap terus bertahan.

Dava mengigit bibir bawahnya, ia tidak tahu harus menjawab seperti apa. Dava juga tidak ingin menyebut nama Vanilla di depan Soraya. Dava membiarkan Soraya penasaran dengan percakapannya bersama Raquella.

Raquella mendengus, "gue bakal datang ke pernikahan Vanessa. Gimana pun juga, mereka orang-orang terdekat gue, dan---"

"Dan Lo adalah mantan calon kakak ipar dia," potong Dava membuat Raquella langsung tertawa. "Gimana Leon?"

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin