Dua Puluh Satu

17.4K 2.1K 305
                                    

Tepat pukul empat sore, Antonio menghentikan laju mobilnya di depan kediaman keluarga Bharmantyo. Tak lama kemudian, Vanessa datang menghampiri dengan dress bermotif floral dengan tas berwarna senada pemberian dari Anton tahun lalu. Vanessa tersenyum kearah tunangannya yang menurunkan kaca mobil, segera ia masuk dan duduk persis di samping Antonio.

Hari ini mereka berencana pergi ke butik untuk fitting baju pengantin yang akan mereka kenakan tiga bulan dari sekarang. Padahal hanya fitting, namun jantung Vanessa berdetak begitu kencang. Berbeda dengan Antonio yang terlihat begitu tenang sembari menyetir dan kepalanya mengangguk mengikuti alunan lagu yang di putarnya.

"Aku gak nyangka kamu beneran mau nikah sama aku," ucap Vanessa membuka percakapan di antara mereka.

Antonio langsung menoleh, "kenapa harus ragu?" tanya nya balik.

"Kamu tau kan, gimana masa laluku. Apa kamu gak malu kalau nantinya punya istri mantan narapidana yang hampir membunuh saudara kembarnya sendiri?"

"Kan sudah aku bilang... Mau gimana pun masa lalu kamu, itu udah jadi masa lalu. People change, dan kamu ngelakuin itu juga karena terpaksa."

Vanessa menundukkan kepalanya, memainkan ujung dress-nya seraya menghela napas. "Apa orang-orang bisa maafin aku? Apa kamu yakin, keluarga besarmu bisa menerima aku?"

Pertanyaan itu selalu terlintas di benak Vanessa. Bagaimana tidak, sebentar lagi ia akan menikah dengan salah satu cucu konglomerat di negri ini, Antonio Gustavo. Vanessa tidak yakin keluarga besar Gustavo bisa menerimanya. Vanessa hanya mengenal keluarga Jason, bukan seluruh keluarga besar Gustavo. Memikirkan hal tersebut membuat Vanessa mual. Bagaimana jika nasibnya setelah menikah nanti akan sama seperti sinetron yang sering di tonton para PRT di rumahnya. Apa mungkin Vanessa sanggup jika hal itu benar-benar terjadi?

Tiba-tiba tangan Anton langsung menggenggam tangan Vanessa, membuat Vanessa sontak menoleh dengan tatapannya yang senduh. "Gak usah pikiran yang aneh-aneh. Keluarga besar ku pasti bisa menerima kamu, sama seperti mereka menerima Vanilla." Antonio berusaha meyakinkan calon istri nya itu.

"Dan orang-orang pasti akan memaafkanmu, terutama Vanilla."

Vanessa mendengus, "sampai sekarang aku gak tau dia dimana. Apa dia baik-baik saja, atau sedang sakit..."

"Jason pergi mencari Vanilla sejak beberapa bulan yang lalu." Mendengar kalimat itu, Vanessa kembali melemparkan tatapannya pada Antonio. "Selama ini Vanilla tinggal di Paris, tapi ketika Jason datang, ternyata Vanilla sudah pindah setelah dia lulus dari pendidikannya."

Mata Vanessa langsung berkaca-kaca. Ternyata selama ini Vanilla bersembunyi di sana, negara yang selalu di impikan Vanilla. Sejak kecil Vanilla ingin sekali tinggal di Paris dan melanjutkan pendidikannya di bidang busana. Vanilla ingin menjadi seorang desainer terkenal.

Anton menghentikan mobilnya persis di sebuah butik ternama yang sudah di pilih. Sebelum turun, Anton menatap Vanessa yang mencoba menahan tangisannya.

"Jangan sedih, Vanilla pasti kembali."

Vanessa hanya bisa mengangguk, karena tidak mau menumpahkan air matanya di hadapan Anton.

Anton mendekap wajah Vanessa, "kamu cantik," ucap Anton sukses membuat pipi Vanessa merah merona. Air matanya pun tumpah, namun ia malah tertawa. Melihat Vanessa tertawa, Anton ikutan tersenyum. "Ayo turun. Aku gak sabar liat calon istri ku mengenakan baju pengantin."

Vanessa kembali menganggukan kepala dan mengikuti Antonio yang sudah terlebih dahulu keluar dari dalam mobil. Mereka pun berjalan memasuki gedung tersebut dengan jari yang saling bertautan, seolah enggan melepaskan antara satu sama lain.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now