38 |

32 1 0
                                    

     "Ya Tuhan, Asuna-chan! Kau tidak apa-apa?!"

   Sesampainya di Gedung Nomania, Keiko yang kebetulan melihat Kirito dan Asuna langsung menghampiri mereka dan menyerbu Asuna dengan pertanyaan cemas. Asuna mendongak dan tersenyum tipis sambil menjawab bahwa ia sangat baik-baik saja.

   Keiko tidak percaya akan jawaban itu, jadi dia hanya menghela napas saja sembari mengambil alih Asuna dari Kirito. Keiko sempat menatap Kirito, meminta penjelasan. Kirito hanya mengedikkan bahunya.

   "Jaga Asuna baik-baik," pesan Kirito pada Keiko.

   "Kau bisa menemaninya," ujar Keiko.

   "Benarkah?"

   Keiko bergumam. Lalu ia menuntun Asuna berjalan hingga menaiki tangga. Kirito mengikuti keduanya dalam langkahnya yang pelan.

   Ketika sampai, Keiko mendudukkan Asuna di kursi rias. Ia kemudian menatap lekat wajah Asuna yang pucat pasi. Jauh lebih parah dibanding minggu lalu.

   "Kau benar tidak apa-apa?" tanya Keiko memastikan.

    Tapi Asuna bersikukuh mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Membuat Keiko menyerah. Keiko menghela napas dan melangkah mengambil dress untuk Asuna yang telah ia siapkan daritadi.

    Kirito mengambil kesempatan itu untuk menghampiri Asuna dan berlutut di sebelah kursi Asuna. Asuna meliriknya dan mendengus.

    "Aku sungguh tidak apa-apa, Kirito-kun. Berhenti mencemaskanku!"

    Kirito meringis. "Maaf. A-Aku justru mencemaskan diriku. Aku cemas jika Gin mengetahui semuanya dan memenjarakanku di polisi seperti katanya. Kau tahu, aku tidak ingin dibunuh oleh ibuku."

    Mendengar hal itu, bukannya merasa kasihan, Asuna justru tertawa ringan. Kirito cemberut. "Tak apa! Gin tidak seperti itu, ia hanya, kau tahu, sedikit mengancam. Juga, ibumu tak akan membunuhmu, kok. Dia kan sangaaaaaat menyayangimu!"

      Kirito makin cemberut. "Jangan memberikan nada seperti itu, Asuna-chan! Kau membuatku terlihat seperti lelaki lemah yang bergantung pada ibunya. Menyebalkan tahu!"

      "Tapi memang seperti itu kenyataannya, Kirito-kun."

      "Asuna-chan!"

      Asuna tertawa lagi. "Maaf, maaf!"

     Lalu percakapan hangat keduanya harus terhenti akibat Keiko telah datang dengan sebuah maneqin yang dibalut oleh dress anggun. Untuk kesekian kalinya, Asuna terpana dengan dress yang dipilihkan oleh Keiko untuknya.

     "Ini... cantik sekali, Keiko-san!" puji Asuna dengan mata berbinar.

      Keiko terkekeh. "Seperti dirimu, Asuna-chan!"

      Kirito diam-diam membenarkan hal tersebut dalam hati.

***

    "Apa-apaan ini!?"

    Kaneki melongo ketika memasuki ruangan Asuna yang kini telah kosong. Ia melirik jam tangannya lalu merapatkan rahangnya.

     Siapa yang melakukan hal ini!?

    Hinata? Atau Kirito?

     "Aku tidak menyangka kau akan datang ke sini," suara itu mengagetkan Kaneki. Kaneki berbalik dan mendapati Sugu yang dibalut celana jins hitam dengan sweater kebesarannya yang bergambar unicorn. Ah, unicorn. Kaneki jadi mengingat gantungan ponsel. Astaga! Bukan waktunya mikirkan hal itu. Sugu kemudian tersenyum tipis. "Kaneki-kun!"

An Instrument In DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang