41 |

59 1 0
                                    

Sebelum part ini dimulai, saya hanya ingin memberitahu untuk memutar lagu di mulmed agar feel nya nyampe(?)—tapi mendingan download lagunya aja, soalnya yg d mulmed itu cuman 3 menitan doang. Klo yang kudownload durasinya 6 menit. Pas sama chapter ini—menurutku. {lagu yg dimaksud ending ost tsuki ga kirei.)

***

Lima menit sebelumnya....

Dalam tidur Asuna, ia bermimpi sedang berada di tempat gelap. Ia seperti berada di dalam air, tapi sesungguhnya itu bukanlah air. Entah apa itu. Asuna tidak dapat menemukan kalimat deskripsi yang jelas tentang dimana ia berada.

Asuna seperti tenggelam, tapi ia masih bisa bernapas.

"I-Ini... di mana?" tanya Asuna dengan nada pelan.

"Kau mau menyerah?"

Suara seseorang mendadak terdengar. Nadanya penuh intimidasi. Membuat Asuna terdiam. Berpikir. Suara siapa itu?

"Kau mau menyerah?" tanya suara itu lagi.

Iya.

"A-Aku tidak tahu," jawab Asuna setelah beberapa menit terlewati. Asuna ingin menyerah, tapi saat suara itu bertanya tentang hal tersebut, entah kenapa Asuna menjadi bimbang. Dia justru menjawab keterbalikan dari keinginan hatinya.

Setelah semua yang ia lalui, bersama Kirito, Sugu, Hinata, Kaneki... dan ibunya... pantaskah ia menyerah?

"Kuganti pertanyaanku, apa kau ingin mati?" Suara itu kembali terdengar.

Tidak.

"Iya, aku mau." Otak dan hatinya tidak bisa diajak kompromi. Ada apa dengan dirinya sebenarnya?

"Kenapa?"

"A-Aku muak dengan diriku sendiri. Aku tidak berguna. Kehidupanku hanya membebankan orang lain saja. Aku... tak layak hidup, setelah apa yang kulakukan di dunia. Aku sudah merusak hubungan seseorang, bertindak egois dan bodoh..." Jeda, dadanya sesak. Ia ingin menangis, tapi air mata tak kunjung meleleh. "O-Orang jahat dan tidak berguna sepertiku, tak pantas untuk hidup."

"Jadi kau mau mati?"

"Sayangnya, iya."

"Kau tak akan menyesal?"

"Penyesalan tentu saja ada," balas Asuna. "Tapi ini adalah keputusan yang tepat bagiku."

"Baiklah, aku akan mengabulkan permintaanmu itu."

"Tunggu," Asuna mencoba meraih udara, seolah tengah mencegat seseorang. "Sebelum itu, aku ingin meminta sesuatu padamu."

"Apa itu? Katakan saja padaku."

"Beri aku kekuatan untuk kali ini saja. Agar aku bisa bicara. Ada yang ingin kusampaikan pada seseorang," pinta Asuna dengan suara bergetar.

"Baiklah. Waktumu hanya lima menit. Setelah itu, nyawamu akan dicabut."

***

Jantung Gin tak bisa berhenti berdegup kencang. Suasana hatinya sedang kacau akibat kesehatan Asuna yang mendadak menurun drastis. Seharusnya Asuna baik-baik saja. Dia hanya kecapekan!

Asuna... kumohon...

Namun semesta seperti ingin menjatuhkannya. Karena kenyataan lebih menyakitkan.

"Ada apa, Dokter?" Mayu bertanya cemas.

Gin menoleh padanya dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Gin meneguk ludahnya sebelum berkata lirih, "Dia koma."

"Kenapa bisa!? Kukira dia hanya kecapekan?"

"Aku tidak tahu juga, Mayu. Aku akan keluar untuk memberitahu yang lainnya." Gin menutup matanya. Ia lalu membalikkan tubuhnya, berniat keluar. Namun, suara terkejut milik Mayu menghetikan pergerakannya.

An Instrument In DecemberWhere stories live. Discover now