Part3

113K 7.7K 666
                                    

Vote and comment terlebih dahulu

Kevin melirik arloji di pergelangan tangan kirinya, pukul 05.30 ia kembali mengarahkan pandangannya pada pintu kamar Geby.

Tok, tok, tok!

Ia kembali mengetuk pintu kamar Geby, sudah setengah jam ia membangunkan adiknya, tapi sepertinya adiknya itu bukan manusia, melainkan kerbau. Jangankan bangun, melenguh saja tidak.

"Dek, bangun dong! Ini hari pertama kamu sekolah loh, masak mau telat!" teriak Kevin dengan tangan yang terus memukul pintu.

Kevin menghela napas lelah, ia menghentikan aksi ketuk pintunya.

"Ck, bodoh banget sih, gua. Kan ada kunci cadangan." Ia menggerutu, dengan segera Kevin memasuki ruang kerjanya yang berada di lantai satu.

"Nah, dapet." Kevin terseyum cerah saat mendapatkan apa yang ia cari.

Pemuda itu langsung mengambil kunci itu kemudian segera menaiki tangga menuju kamar adiknya yang berada di lantai dua. Ia berjanji akan menarik telinga Geby kuat nanti jika gadis itu mau bangun juga.

Klek ....

Pintu berhasil terbuka dan menampilkan Geby yang tengah tertidur pulas, Kevin berkacak pinggang sebentar kemudian langsung menarik earphone yang berada pada telinga Geby membuat Geby terusik dari tidurnya.

"Engh," lenguhnya, ia mulai membuka matanya secara perlahan sambil menguap.

"Bang Kevin?" ujarnya dengan suara serak.

"Cepat bangun, ini hari pertama kamu sekolah!" suruh Kevin dengan memasang wajah datar, ia melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar Geby.

Geby mengubah posisinya menjadi duduk dengan mulut yang masih saja menguap.

"Lain kali kalo tidur jangan pakai earphone!" ujar Kevin yang kini berdiri di ambang pintu.

"Hehehe, maaf, Bang."

Kevin menutup pintu kamar adiknya dengan pelan, ia turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan sementara Geby kini memasuki kamar mandi untuk melakukan rutinitas paginya.

***

Di sisi lain bunyi alarm memenuhi kamar Revan yang masih tertidur pulas, awalnya ia tidak merasa terganggu sama sekali tapi semakin lama suara itu menghancurkan alam mimpinya.

Kring ... kring ... kring ...!

Revan menutupi telinganya dengan menggunakan bantal, tapi itu sama sekali tak membuat telinganya berhenti mendengarkan suara dari benda yang paling dibencinya itu.

"Ah, shit." Pemuda itu langsung mengambil jam beker yang terus saja berbunyi di atas nakas.

"Maaf, bunda," gumannya kemudian dengan cepat ia melemparkan jam beker itu dengan kuat.

Prang!

Dalam sekejap jam itu sudah hancur karna menghantam dinding dengan kuat. Senyum pun terbit di bibir Revan, akhirnya ia bisa kembali tidur dengan nyenyak.

30 menit kemudian

"Revan! Bangun!" teriak seseorang dari luar kamar pemuda bernama Revan itu.

"Revan! Bangun, kamu harus sekolah! Ini udah jam enam loh! Ayo bangung!"

Tok ... tok ... tok ....

"Iya, Bunda. Iya!" teriak Revan, ingin rasanya ia membentak bundanya yang terus saja mengganggu tidurnya itu.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Where stories live. Discover now