Part36

54.9K 5.2K 1K
                                    



~Selain air dan minyak, aku dan kamu juga tidak bisa bersatu~

Good bye, Farel

.
.
.

Geby tersenyum, menatap sendu foto seorang pemuda yang pernah mengisi hatinya dulu. Ya, hanya dulu, karena sekarang Revanlah yang telah sepenuhnya mengisi hati yang saat itu masih memar akibat penghianatan Excel.

"Gua sayang sama lo, banget tapi bukan lagi sebagai sepasang kekasih."

"Good bye, Farel!" Geby menghapus air matanya kemudian memasukan seluruh foto Farel ke dalam kotak dan menaruhnya di atas lemari.

Deru mobil Kevin terdengar semakin mendekat hingga membuat Geby langsung membaringkan tubuh dan menutupnya dengan selimut tebal, sebelum matanya terpejam, ia sempat melirik jam dinding yang masih menunjukan pukul sebelas malam.

***

Kevin perlahan membuka pintu kamar adiknya dengan tersenyum lembut. Kancing kemeja yang tadi masih terpasang kini terlepas dua di bagian paling atas.

Ranjang Geby berderit pelan ketika Kevin duduk tepat di sisinya. Kepala laki-laki itu perlahan mendekati kepala Geby hingga satu kecupan mendarat di dahi gadis itu.

"Tidur yang nyenyak!" bisiknya kemudian kembali bangkit dan keluar dari kamar Geby.

Kevin menuruni tangga dengan perlahan, tas yang tadi ia bawa kini terhempas begitu saja di atas sofa. Perutnya sangat lapar dan harus segera di isi.

Hanya ada nasi goreng ketika ia membuka lemari makanan. Helaan napas panjang terdengar dari mulutnya. Ia lupa memberikan uang belanja pada Bi Mimah.

Nasi goreng yang telah di panaskan kini perlahan demi perlahan memasuki mulut Kevin. Dahi laki-laki itu berkerut, kenapa masakan pembantunya terasa berbeda? Apa yang memasak Geby?

Rasanya tidak mungkin, Kevin mengingat dengan jelas bahwa Rafi sore Revan berkata akan membelikan Geby makan malam.

Kevin langsung meneguk habis air yang telah ia siapkan tadi. Rasa kantuk yang luar biasa hebatnya tiba-tiba menyerang dirinya. Mata tak mampu lagi terbuka, ia hanya mampu berucap lirih sebelum seluruh kesadarannya hilang tergantikan alam mimpi.

"Geby ...."

Pintu kamar mandi terbuka lebar dan keluarlah seorang laki-laki paruh baya yang tak lain Hendra. Tak lama datang pula istrinya yang tengah tertawa senang.

"Aku akan membalas tetesan darah anakku yang keluar dengan darah keperawanan adikmu!"

Plak!

Ana menampar wajah Kevin dengan kuat, rasa tak terima membuatnya ingin kembali berusaha untuk menghancurkan hidup Geby. Harusnya ia senang jika saja ia bisa memporoti harta kedua orang tua Revan tapi ....

***

"Saya tidak akan melaporkan anak Anda ke polisi, jika Anda memberikan separuh harta Anda dan juga, anak Anda harus menjadi suami anak saya nanti!" Ana menatap Rafa dengan hati tersenyum picik.

Rafa terseyum miring kemudian meneguk minuman kalengnya dengan santai. Febi telah ia suruh pergi terlebih dahulu. Mata tajamnya mulai menatap Ana dengan serius.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Where stories live. Discover now