Part17

84.4K 6.7K 380
                                    

Jangan lupa untuk klit tanda 🌟 dan juga comment!

Happy reading

Part ini nggak aku revisi karena lagi sibuk, jadi maklumi kalau ada typo

Revan menghentikan mobilnya di depan rumah Geby, menatap gadisnya sekilas. Helaan napas mengisi keheningan di dalam mobil, sedari tadi Geby hanya diam dengan menatap kosong ke luar jendela dengan Revan yang fokus menyetir.

"Nggak mau turun?" Revan keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk sang gadis, membuat Geby mendongak.

Gadis itu menghela napas pelan, menuruni mobil dengan sesekali meringis ketika merasakan sakit pada pahanya.

Revan menutup pintu mobil pelan, menatap wajah dan paha Geby yang di pegang sang empu dengan bergantian.

"Kenapa?"

Geby menggeleng pelan, membiarkan Revan merangkul pinggangnya, membawanya duduk pada bangku di bawah pohon mangga yang cukup besar.

Gadis itu diam, tak ingin membuat Revan kembali marah. Ia menyesal, sungguh! Apa lagi sahabatnya yang terkena imbas paling besar.

Revan menatap Geby yang tengah menunduk, tanganya mengusap lembut rambut sang gadis membuat Geby bergeming, menyingkirkan tangan Revan dari rambutnya dengan pelan.

Gadis itu takut Revan akan kembali menjambak rambutnya dengan kuat seperti tadi.

Revan mengangguk paham, ia tahu gadisnya takut. Tanganya kini beralih menyingkap rok seragam Geby sedikit membuat Geby langsung menepis kasar tangan kekar pemuda itu, menatap Revan horor membuat Revan terkekeh pelan.

"Aku tanya kenapa?" Revan kembali menaruh tangannya di atas paha Geby, menekannya kuat membuat Geby meringis kesakitan. Menggigit bibirnya, berusaha tak mengeluarkan suara. Revan sangat tak berperasaan, menekan luka yang di sebabkan olehnya dengan kuat.

"Sakit," rintih Geby tak tahan, membuat Revan berdehem sebentar kemudian melepaskan tangannya.

"Kena apa?" Revan menyelipkan rambut Geby di telinga, mengecup pelan pelipis gadis itu membuat jantung Geby berdetak tak karuan.

Shit, Revan membuat kesehatan jantungnya terancam.

"Kegores aspal," jawab Geby cepat, menjauhkan wajahnya dari Revan, menatap apa saja yang penting tidak bersibubruk dengan mata Revan.

Revan bangkit, membuat Geby mendongak dan menatap mata tajam laki-laki itu. Tidak ada permintaan maaf gitu?

"Mau kemana?" Geby menahan tangan pemuda itu, membuat Revan tersenyum tipis.

"Kenapa nggak bisa jauh-jauh dari aku?" Revan menaik turunkan alisnya membuat Geby langsung melengos, tapi gadis itu tak sadar bahwa tangannya masih menahan tangan Revan.

"Aku mau ngambil kotak obat, buat ngobatin paha kamu," ujar Revan lembut membuat Geby kembali menatap laki-laki di depannya itu.

"Nggak!"

"Kenapa?" Revan mendudukan tubuhnya kembali, menatap datar sang gadis membuat Geby takut.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Onde histórias criam vida. Descubra agora