Part19

79.8K 6K 408
                                    

Geby meringis ketika ayahnya menarik tangan kanannya dengan kuat, membawanya menuju kamar sang kakak. Gadis itu terus meronta, mencoba menahan tubuhnya agar tak tertarik tapi Lita dan Ibunya mendorong badan gadis itu hingga mau tak mau, Geby tertarik mengikuti ayahnya.

"Lepasin, Yah!"

"Diam!" Pria paruh baya itu membating tubuh anaknya di atas ranjang, tawa puas terdengar dari Lita dan juga sang ibu. Mereka tampak bahagia dengan penderitaan Geby, membuat Geby mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Sang ayah mengobrak-abrik lemari baju milik Kevin, mencari sesuatu yang tak kunjung ia dapatkan.

"Sial!" Pria itu mengumpat, kemudian segera naik ke ranjang mendekati anaknya yang sangat ketakutan.

"Di mana sertifikat rumah ini?!"

Geby menggeleng, demi Tuhan ia tidak tahu-menahu tentang sertifikat rumah ini. Kevin bukanlah orang yang bodoh, ia tak menyimpan surat sepenting itu sembarangan, karena ia begitu hapal dengan sikap keparat ayahnya.

"Jawab di mana?" Lelaki itu mncekik leher anaknya.

"Cepat jawab! Atau kamu mau ayah jual heh?!" Geby menggeleng, wajah gadis itu memerah menahan sakit, pasokan udaranya mulai habis, ia tak bisa bernafas.

"Udah, Yah. Kalo nggak ada sertifikatnya bawa aja, tu Geby ke klub sekarang!" Lita mengompor-ngompori sang ayah, yang tengah menyiksa anaknya sendiri.

"Iya, Mas. Udah ayo kita bawa, mumpung nggak ada pacarnya yang sok jagoan." Wanita paruh baya yang berdiri di sisi pintu itu tersenyum licik, ketika sang suami mengangguk sambil menyeringai.

Geby menendang ayahnya kuat dan membuat sang ayah langsung terjatuh dari ranjang.

Pria itu bangkit, menatap anaknya dengan tatapan buas.

"Lita kamu pakakan dia baju yang paling sexi, kita jual dia!" Tawa tiga orang laknat itu menggelegar membuat hati Geby teriris.

"Akh!" Lita dan ibunya menjerit kesakitan ketika merasakan benda tajam menusuk bahu mereka.

Kini tawa tiga pemuda mendominasi rumah itu, dengan tidak berperasaannya satu diantara terus memainkan anak panah hingga sebagian anak panah itu menancap pada tubuh mereka berdua.

"Daniel!" Geby tersenyum dalam tangisnya ketika melihat sang sepupu laknatnya telah datang.

"Hey, Geby, tenang aja babang Alex siang membantu!" Seorang pemuda dengan balutan jaket jeans tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.

"Nggak usah banyak bacot lo!" Daniel segera berlari menuju Geby yang masih berada di atas ranjang, mendorong tubuh Lita dan Ibunya yang kesakitan hingga tersungkur dengan kuat menghantam lantai.

Ayah Geby menegang, bukan karena Daniel tapi karena seorang pemuda yang tengah membidikan panah padanya.

Dia Febri, anak dari seorang mafia membuat pemuda itu tanpa ragu menghilangkan nyawa seseorang.

Bugh!

Daniel memberikan tinjuan pada Hendra--ayah Geby. Pemuda itu melirik Geby sekilas, Deniel semakin marah ketika melihat bekas tangan pada leher sepupunya.

"Anjing! Lo apain adek gue?!" Daniel balik menghajar Hendra dengan beruntal.

Bugh!

Hendra melawan, hingga membuat sudut bibir pemuda itu mengeluarkan darah karena terkena pukulan cukup kuat. Ini bukan masalah, pemuda itu tersenyum miring.

Dengan cepat Daniel itu memberikan pukulan dan juga tendangan bertubi-tubi tanpa memberikan Hendra kesempatan untuk membalas.

"Daniel, udah!" Geby menarik lengan Daniel yang terus memukuli wajah Hendra.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Where stories live. Discover now