Part15

90.4K 6.3K 212
                                    

Kring ...! Kring ...! Kring ...!

Bunyi alarm menggema di kamar Geby, membuat Geby yang sedari tadi masih berada di alam mimpi kini langsung terbangun.

Dengan nyawa yang masih berceceran, ia mematikan alarm-nya dengan mulut yang tak berhenti menguap.

Ayolah, Geby harus sekolah hari ini!

Setelah nyawanya sudah terkumpul dengan sempurna, gadis itu langsung bangkit dan mengerjakan rutinitas paginya.

Geby tidak lagi tinggal di rumah tantenya, karena kemarin Revan mengantarkannya di rumah Kevin bukan rumah tantenya.

Tak butuh waktu lama untuk Geby menyelesaikan ritual paginya, hanya butuh waktu 15 menit ia telah selesai.

Gadis itu keluar rumah dengan bersenandung kecil, tak lupa dengan earphone yang menempel di telinganya.

Matanya memincing kala melihat seseorang yang tak asing baginya, seorang pemuda yang tengah bersandar di kap mobil dengan bersedekap dada.

"Zein!" Suara Geby melengking, gadis itu langsung berlari dan memeluk tubuh pemuda bernama Zein itu.

"Kangen ya?" goda Zein sambil membalas pelukan sahabatnya itu, mereka baru berpisah selama beberapa hari tapi itu mampu membuat tumpukan rindu yang menggunung.

"Katanya kemaren seminggu lagi, lah ini 'kan baru beberapa hari? Lo bohongin gue ya?" Geby melepaskan pelukannya dan menatap Zein kesal.

Ck, dia dibohongi.

"Biar suprise dong." Zein mengedipkan sebelah matanya, membuat Geby berlagak ingin muntah.

"Jijik tau nggak."

Zein terkekeh, kemudian merangkul bahu Geby mesra. "Ayo, gua antar ke sekolah!"

Geby tersenyum penuh arti, tanganya memegang tangan Zein.

"Gua laper ni, belom makan," kodenya, berharap Zein akan peka dan sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak padanya.

"Ayo, gua beliin makanan. Uang gua banyak ni," sombongnya sambil memamerkan dompetnya yang tebal, membuat Geby memutar bola matanya jengah.

"Gua bangkrutin mampus lo," ujar Geby sambil memasuki mobil Zein.

"Bangkrutin aja kalo bisa," tantang Zein.

Beruntung jam masih menunjukkan pukul 06.15, jadi masih tersisa waktu lumayan banyak hanya untuk menghabiskan uang Zein.

Zein hanya terkekeh geli, sedari dulu sahabatnya ini tidak pernah mau mengeluarkan uang untuk mengisi perutnya.

Keberuntungan selalu berpihak pada Geby, ia mendapatkan teman-teman yang memiliki banyak uang dan tidak pelit.

Zein yang suka berbagi, Nadia yang suka makan, dan Naya yang berfoya-foya.

"Naya sama Nadia nggak kesini?" Geby menatap Zein yang tengah fokus menyetir.

"Nggak, lo kapan ke Bandung lagi?"

Geby menggeleng pelan, ia ingin kembali ke Bandung tapi di sana lebih berbahaya dari pada di Jakarta, jika di sini masih ada Kevin, Revan, sahabatnya dan kedua sepupunya yang melindunginya maka berbeda jika di Bandung. Hanya ada Zein dan kedua sahabatnya yang melindunginya.

"Nggak."

Zein menghentikan mobilnya di tempat penjual somai di pinggir jalan membuat Geby memanyunkan bibirnya.

"Gua mau seblak!"

Ayolah! Dia sudah lama tidak memakan seblak, dan apa Zein tidak mengerti?

"Seblaknya nanti aja, pas pulang sekolah."

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Where stories live. Discover now