Part 29

69.7K 4.8K 909
                                    

~Milik gua ya, milik gua! Gua nggak mau berbagi apalagi terbagi~

Banyakin komen dong!

Happy reading
.
.
.

Bugh ....

Kepalan tangan mungil mendarat pada wajah gadis kecil yang tengah menggenggam tangan seorang anak laki-laki yang sedari tadi menjadi rebutan.

"Hua ...!" Gadis kecil itu menjerit kesakitan dengan air mata yang langsung mengalir deras.

Tasya--sang pelaku menggeram kesal, tanganya langsung menarik rambut sebahu milik Airin yang tengah menangis. "Apip itu cuma milik Asya!" Tasya menjerit marah, ia melepaskan tangannya dari rambut Airin kemudian melepaskan pautan tangan Afif yang terlihat kesal.

Bugh!

Kali ini bukan pukulan lagi melainkan tendangan pada perut Airin yang menangis semakin kencang, gadis kecil itu tersungkur di tanah dengan penampilan berantakan.

"Kamu apa-apaan sih?" Afif menghempaskan tangan Tasya begitu saja, kini ia bergerak membantu Airin untuk berdiri. "Airin gapapa?" tanyanya lembut, tangan mungilnya bergerak menghapus air mata gadis kecil itu. Bukan apa-apa, ia hanya kasihan pada Airin.

"HUA ... BANG LEPAN ...!" Tangis Tasya pecah, ia langsung berlari masuk ke dalam pagar dan memeluk kaki laki-laki yang usianya terpaut jauh darinya itu dengan menangis kencang.

Revan yang tengah memakan buah mangga yang baru saja dia ambil terkejut bukan main, begitu juga dengan Rafa dan Febi yang sedang asik membuat bumbu rujak.

Revan langsung meletakan buah mangga yang ia pegang kemudian mengelap tanganya pada serbet yang terletak di atas meja, setelah selesai ia langsung menggendong adiknya. "Asya kenapa?" Ia bertanya lembut, menghapus air mata adiknya yang terus mengalir dengan sayang.

Rafa menoleh ke arah pagar, dan melihat dua orang anak kecil dan juga pasangan suami istri yang terlihat marah sedang berjalan mendekat. Matanya yang tajam menyipit dan langsung terkejut ketika melihat luka lebam pada wajah Airin yang tampak sedang menangis di gendongan sang ayah.

'Damn it!'

Apa yang dilakukan anaknya? Diliriknya Tasya yang masih menangis dalam gendongan Revan. Pikiran negatif mulai menyerang otaknya. Apa iya anak gadisnya yang masih berusia lima tahun itu berkelahi?

"Ailin pegang-pegang tangan Apip," adu Tasya dengan menangis semakin kencang.

Febi memijat pelipisnya sendiri kemudian melemparkan tatapan tajam pada Rafa, semuanya karena Rafa. Sifat yang pria itu turunkan tidak ada bagus-bagusnya. Ternyata bukan hanya Revan yang possessive tapi juga anaknya yang masih kecil, apa lagi didukung dengan Rafa yang mengajari anaknya bela diri sedari kecil, dan itu membuat anak-anak mereka suka menghajar lawannya tanpa pikir panjang.

"Adek gua kok possessive sih?" guman Revan kemudian matanya menatap Afif yang tengah menatapnya juga. "Bocah sialan." Revan langsung menjauh dari sana, biarlah ini urusan kedua orangtuanya saja. Ia tak mau ikut campur, tapi lihat saja! Apa yang akan ia lakukan pada bocah bernama Afif itu, karena telah membuat adiknya menangis.

Rafa menggaruk tengkuknya yang tak gatal, menatap sang istri yang tengah menggiling bumbu rujak dengan kasar.

"Urus sendiri!" Febi bangkit hendak meninggalkan Rafa, tapi telat ketika Rafa lebih dulu menahan pinggangnya.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Where stories live. Discover now