Part5

106K 6.9K 317
                                    

Revan mengulas senyum melihat Geby yang terbaring di atas brankar, tangannya kini mengelus pelan pipi gadis cantik itu.

"Kalo diem gini kan enak, mau dicium pun nggak bakal nampar lagi."

Cup!

Pemuda itu mengecup pipi Geby sekilas, senyumnya semakin lebar kala Geby tak menamparnya. Bagaimana bisa nampar, tahu bahwa ia dicium saja tidak.

"Sorry, pasti sakit ya?" gumamnya sambil mengusap kepala Geby. "Itu salah lo sendiri, ngapain nggak mau natap gua," lanjutnya.

Cup!

Sekali lagi pemuda itu mengecup pipi Geby, dan senyum kemenangan pun terbit di wajahnya ketika Geby hanya diam saja.

Revan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kemudian memainkan game online pada ponselnya.

Satu jam kemudian Geby masih belum sadar juga membuat Revan mendengus sebal.

"Lama banget sih, sadarnya," gerutunya, ia memasukan ponselnya pada saku celana kemudian menatap Geby.

"Bangun napa sih, orang udah pada pulang nih," ketusnya.

Revan menghembuskan nafas lelah kemudian memutar bola matanya malas hingga matanya tak sengaja menatap minyak aroma terapi di atas nakas.

Pemuda tampan itu dengan segera mengambil minyak itu kemudian mengoleskan pada pelipis dan hidung Geby.

"Engh." Sebuah lenguhan pun keluar dari bibir Geby membuat Revan tersenyum.

"Akhirnya lo sadar juga," ujar Revan sambil membantu Geby untuk duduk.

Gadis itu segera menepis tangan Revan ketika sudah berhasil duduk, ia memegangi kepalanya yang terus berdenyut kemudian menatap Revan dengan penuh kebencian.

"Lo ngapain di sini?" tanyanya dengan ketus.

"Nunggu lo sadar, apa lagi."

"Gua haus," ujar Geby sambil memegangi kerongkongannya yang sangat ingin dialiri oleh air yang akan menyegarkan kerongkongannya.

"Ya udah gua beliin dulu."

"Hm," sahut Geby.

Cup!

Revan mengecup pipi Geby sekilas kemudian langsung berlari keluar untuk menghindari tamparan dari Geby, sementara Geby kini mengdengus sebal dengan mengucapkan banyak sumpah serapah yang ia tujukan untuk Revan.

"By!" panggil seseorang dari ambang pintu membuat Geby menoleh, di dapatinya Maya yang berdiri di sana.

"Ayo, kabur mumpung Revan kagak ada," ujarnya membuat Geby langsung bangkit.

"Ayo! Tapi tas gua gimana?" tanyanya ketika ingat bahwa tasnya masih berada di dalam kelas.

"Udah diambil sama Clara, ayo lah cepat, keburu Revan datang."

Mereka pun berjalan dengan cepat menuju parkiran, setelah sampai mereka langsung memasuki mobil Maya dengan cepat.

Huft ....

Mereka berdua menghela napas lega ketika berhasil kabur dari Revan.

"Udah 'kan?" tanya Sindy yang berada di kursi kemudi.

"Udah."

Dengan cepat Sindy mulai menancap gasnya meninggalkan sekolah dengan harapan selamat dari Revan.

"Lo kok bisa berurusan sama Revan sih, By?" tanya Clara yang berada pada samping kursi kemudi, kini posisinya telah menghadap Geby sepenuhnya.

Geby tampak menghela napas sebelum menceritakan semuanya.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Donde viven las historias. Descúbrelo ahora