Part16

86K 7.2K 511
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi dengan nyaring, setelah guru keluar dari kelas, Geby dengan terburu-buru meninggalkan kelas membuat para sahabatnya menatap bingung.

"By, mau ke mana lo?!" Maya meneriaki Geby yang tak digubris sama sekali oleh Geby, membuat gadis itu mendengus sebal.

Setelah kejadian tadi pagi, Geby sama sekali tak mengeluarkan suara selain mengucapakan makasih dan maaf pada Maya.

"Napa dah, tu anak?" Clara mencangklung tasnya, tangannya meraih buku-buku yang telah ia susun di atas meja.

"Gue juga nggak tau." Sindi menyandarkan tubuhnya pada meja yang telah ditinggalkan sang pengguna.

"Ya udah sih, biarin aja. Dia dijemput sama sahabatnya yang dari Bandung itu kok." Clara yang tadi sempat membaca pesan Zein pun mengungkapkannya pada para sahabat.

"Ya udah, yuk! Bantuin gue bawa buku ini ke perpustakaan." Sindi dan Maya mengambil bagian buku yang akan mereka antarkan.

Geby berjalan dengan tergesa-gesa, ia takut Revan melihatnya.

Bruk!

Sial, ia yang berniat menghindari Revan malah menabrak Revan membuat jantungnya berdegup cukup kencang.

"Lo pulang sama gue!" Revan mengengam tangan Geby tapi dengan cepat gadis itu melepaskannya.

"Gue pulang sama Zein," jawab Geby membuat Revan menatapnya datar, niat hati ingin meminta maaf tapi malah seperti ini.

Emosinya malah meluap, sebisa mungkin ia menahan amarah itu agar tidak membeludak.

"Lo pulang sama gue kalo lo nggak mau menyesal!" Geby menatap Revan datar, ia lebih memilih meninggalkan pemuda itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Senyum picik terbit dari bibir pemuda itu, ia langsung melangkahkan kakinya menuju parkiran. Senyumnya semakin lebar kala melihat para sahabatnya yang sudah stand by di parkiran.

"Ini gilak tau nggak?!" Farel menggeleng tak percaya kala melihat isi berkas yang tadi Revan berikan.

"Om Rafa mah, emang the best." Kenzo heboh sendiri, ia sangat suka ketika melihat isi berkas itu.

Zidan tersenyum miring, ini akan menyenangkan. Walau sebenarnya ia yakin, kalo Revan tidak akan memaksa Geby untuk menandatangani berkas itu jika Geby tak membuatnya marah.

"5 milyar." Farel masih geleng-geleng kepala, kenapa om-nya bisa selicik ini. Kalo begini ia yakin, Geby tak akan bisa meminta putus pada Revan setelah menandatangani berkas itu.

Revan tersenyum pongah, memiliki sifat yang sangat mirip dengan ayahnya ternyata suatu keuntungan yang besar. Keinginannya akan lebih cepat terwujud karena ayahnya sangat tau apa yang pemuda itu rasakan.

"Ayo! Gue nggak mau kehilangan jejak." Revan memasuki mobilnya dan diikuti oleh Farel dan Zidan, sementara Kenzo pemuda itu menaiki motornya, tugasnya adalah untuk mencegat mobil Zein nantinya.

Geby panik ketika melihat mobil Revan yang menguntitnya, ia menyuruh Zein agar menambah kecepatan mobilnya, tapi sepertinya pemuda itu tak terlalu menganggap serius kepanikan Geby. Ia malah meragukan kemampuan Revan membuat Geby menyumpah serapahinya.

"Lah, lo kok, malah milih jalan yang sepi sih, Zein?" Geby semakin panik kala mobil Zein yang melewati jalan yang sangat sepi, ia kesal sendiri dengan Zein.

"Lo tenang aja, gue bakal hadapin tuh, yang namanya Revan," ujarnya dengan tersenyum pongah membuat Geby menghela napas panjang.

Revan tersenyum miring, kala melihat keadaan. Jalan yang cukup sepi sangat mendukung rencananya, sebentar lagi kau akan menjadi milikku sayang, pikirnya senang.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang