Part11

88.7K 6.5K 578
                                    

Bugh! Bugh! Bugh!

Revan memberikan tiga pukulan pada perut Reza kemudian menghempaskan tubuh laki-laki itu di tanah dengan kasar.

"Jangan pernah dekati Geby lagi kalo lo nggak mau mampus!"

Reza bangkit kemudian tersenyum sinis dengan Revan.

"Dia bukan pacar lo, jadi terserah gua mau deketin dia apa nggak. Toh dia juga nggak bakal mau sama lo ... Cuih." Reza meludah tepat di depan Revan membuat emosi Revan kembali mencuat.

Bugh!

Satu lagi pemuda itu melayangkan bogeman pada ketua OSIS itu hingga suara perempuan membuatnya menoleh begitu juga dengan para sahabatnya yang sedari tadi hanya menjadi penonton setia.

"Revan!" Dua orang gadis menghampirinya, ralat sebenarnya hanya satu gadis karena gadis yang satu lagi tampak ditarik.

"Apa?" tanya Revan dingin pada Geby, ya orang itu adalah Geby. Pemuda itu bersandar pada motornya melihat Geby yang berdiri di depannya sementara Reza ia terduduk di tanah.

Geby melepaskan tangan Maya yang tadi ia tarik paksa membuat Maya mendengus sebal apalagi kini ia berdekatan dengan Zidan.

"Hay, mantan," sapa Zidan dengan mencolek dagu gadis itu membuat Maya langsung bergeser menjauh.

Zidan langsung menarik tangan gadis yang pernah mengisi hatinya dulu, satu-satunya perempuan yang ia anggap mantan.

"Lepasin gu-"

"Diam atau gua cium!"

Geby langsung membantu Reza berdiri membuat Revan mendengus sebal, ia kembali berdiri tegak kemudian mendorong Geby hingga tersungkur kemudian langsung memberikan kembali bogeman pada perut Reza.

"Anjing!" umpat Reza ia berusaha membalas tapi Revan dengan cepat menangkisnya.

"Kalian berkelahi lagi?!" Suara itu terdengar begitu menggelegar membuat Geby panik, itu suara bu Widya.

Revan langsung membantu Geby berdiri. "Pergi dari sini kalo lo nggak mau masuk ruang BK!"

Geby menganggukan kepalanya, ia tak ingin membuat kakaknya kecewa dengan cepat ia kembali menarik Maya hingga mereka sampai di halte bus.

"Jam segini udah nggak ada angkot atau bus yang lewat, By. Ini udah jam setengah lima." Geby menatap Maya, tatapannya menyiratkan rasa bersalah telah membuat mereka telat pulang.

"Maafin gua ya," ujarnya yang dibalas senyuman oleh Maya.

"Santai aja kali, By. Bentar lagi juga supir gua pasti jemput, soalnya gua belum sampe rumah jam segini."

Sebuah motor sport berhenti di depan mereka membuat Geby menyipitkan matanya, ia merasa familiar dengan motor itu.

'Damn it!'

Geby langsung mengalihkan pandanganya, ia memasang wajah datar ketika tahu bahwa orang yang menaiki motor itu adalah mantannya.

"Hay, pacar. Ops ... Mantan maksutnya," sapa Excel membuat Geby berdecih sementara Maya, dia hanya diam tidak tau harus berbuat apa.

"Segitu nggak bisa move on-nya lo dari gua sampai pindah sekolah. Harusnya lo nggak usah minta putus, lo tetap jadi nomor satu kok," ujar Excel yang sudah turun dari motornya dan kini membelai pipi Geby.

"Singkirin tangan lo dari pipi gua!" Geby menghempaskan tangan Excel dengan kuat membuat Excel terkekeh pelan.

"Lo makin cantik aja, apa lagi kalo lagi marah gini. Makin ...." Excel tersenyum melihat tubuh Geby dari atas sampai bawah.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Where stories live. Discover now