Part35

54.9K 5.2K 883
                                    

•Mauren Arseta and Talita Ayana•
~Hanya sampah~

.
.
.

"Nggak!" Revan kesal ketika Tasya ingin merebut kucing yang baru saja ia beli tadi malam sebagai pengganti kucing Geby yang Tasya minta.

"Ih, Asya mau yang itu." Tasya memberengut, kemudian menetap sang ayah untuk meminta bantuan.

Rafa yang melihat tidak habis pikir dengan kelakuan anak terakhirnya ini. Sikap anaknya yang ini adalah perpaduan dari sifatnya dan juga sang istri, hingga membuatnya pusing tujuh keliling.

"Jangan bendel, Asya!" Rafa menatap anaknya tajam membuat sorak kemenangan terpancar dari wajah Revan, sedangkan Tasya langsung menunduk tak berani menatap sang ayah.

Febi yang melihat anak perempuannya hampir menangis langsung menimbuk kepala Rafa menggunakan sepatu Revan yang baru saja ia bawa. "Rey!" peringat tajam.

"Aw ...." Rafa meringis, kemudian mengusap kepalanya dengan kasar. "Sayang!"

Febi langsung memalingkan wajah saat suaminya menatap tajam. Tidak, ia tak mau tatapan itu. Tatapan yang selalu membuatnya mati tak berkutik.

"Asya kucing yang kemaren aja, ya? Masak udah dikasih dibalikin lagi sih?" Febi mengusap lembut rambut Tasya membuat sang anak mengangguk patuh dan terseyum.

Rafa dan Revan memutar bola mata jengah secara bersamaan. Tasya sangat suka membantah jika dengan mereka berdua, tetapi jika dengan Febi, anak itu pasti menurut.

Revan segera mengambil sepatunya yang tergeletak di lantai begitu saja kemudian memakainya dengan cepat. Ia membuka mulutnya lebar ketika melihat sang ayah tengah memakan roti panggang yang disiapkan bundanya tadi.

Rafa yang melihat itu mendengus sebal kemudian memasukan roti itu ke dalam mulut Revan. Senyum yang Revan pancarkan membuatnya ikut mengulas senyum.

Meong ....

Kucing yang berada di samping Revan mendekat, mengusapkan kepalanya pada paha laki-laki yang kini tengah duduk di lantai itu membuat Revan yang sudah siap memakai sepatunya mengusap kepala kucing itu gemas.

"Harusnya kamu nggak usah beliin kucing." Rafa bersuara dengan sesekali mengecup pipi Febi yang tengah menyuapi Tasya.

"Why?" Revan bangkit dengan kucing berada di dalam gendongan.

"Nanti dia bakal lebih sayang sama kucingnya dari pada kamu."

"Mana ada kayak gitu," sahut Febi menatap Rafa tajam. Pasti laki-laki itu tengah menyindirnya.

"Emang nyatanya," jawab Rafa memutar bola matanya malas. Teringat saat Febi tengah hamil Revan, perempuan itu selalu memeluk kucing dan sangat jarang memeluknya lebih dulu, membuatnya begitu kesal saat itu, hingga ia harus mengungsikan kucing itu ke rumah orangtuanya.

"Ck, udah! Revan mau berangkat," relai Revan mencium punggung tangan Rafa dan Febi secara bergantian.

"Hati-hati, jangan nakal!" Febi mengecup dahi anaknya dengan lembut, membiarkan Rafa yang panas di tempat.

"Nakal aja gapapa, asal nggak bunuh orang," ujar Rafa dengan kesal kemudian langsung mengusap jejak bibir Febi di dahi Revan.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Where stories live. Discover now