Part38|kan sukanya sama kamu|

57.5K 4.8K 969
                                    

© Shintia Monica 2020

Pintar menghina tapi bodoh berkaca
Terkadang manusia terlalu kuno dalam bermain logika∆

Pa kabar?

Aku mau kalian Spam komen! Aku next kalo udah 1,5 k vote, bisa ngga? Nggak bisa deh kayaknya

Udah ah, banyak kali macamku
Happy reading pembacanya Bang Lepan yang selalu ninggalin jejak, juga yang suka sinder. Gapapalah sinder yang penting masih setia untuk baca

.
.
.


"Bang Kevin udah berangkat kuliah, Bik?" tanya Geby ketika sadar bahwa batang hidung abangnya tak tampak sedari tadi. Bahkan, sedari tadi malam saat ia diantarkan Revan pulang, ia juga tak melihat abangnya.

Bi Mimah yang tengah menaruh semur ayam di atas meja menoleh pada sang majikan. Dahinya berkerut menandakan suatu kebingungan.

"Loh, Non, nggak tahu?" Wanita paruh baya itu balas bertanya membuat Geby ikut mengerutkan dahi. Tahu apa?

Geby menggeleng, memberikan jawaban lewat gerakan tubuh. Ia menyendok nasi beserta lauk pauknya kemudian memasukan ke dalam mulutnya.

"Den Kevin kan pergi ke Bali untuk satu minggu," ungkap Bi Mimah membuat Geby langsung tersedak. Perempuan paruh baya itu segera menuangkan air ke dalam gelas dan memberikannya pada Geby. Sepertinya nonanya ini sangat terkejut.

Geby menatap kosong piring yang berada di depannya setelah meminum airnya. Air mata Geby perlahan meluruh, apa Kevin marah pada Geby hingga harus pergi tanpa memberi kabar. Bi Mimah yang melihat itu hanya bisa diam, tak tau harus berbuat apa.

Geby bangkit tanpa sepatah kata. Langkah kakinya membawa menuju kamar Kevin. Pintu yang semula tertutup rapat kini terbuka kala Geby memutar kenop pintu dan mendorongnya.

Ranjang berse-prai warna hitam itu berderit kala Geby duduk di atasnya. Sebuah bingkai foto yang terletak di atas nakas kini berpindah di tangan Geby. Hingga dalam hitungan detik tangis gadis itu pecah, mengisi kesunyian di dalam kamar Kevin yang tengah ditinggalkan sang pemilik untuk sementara waktu.

"Kenapa mama jahat?!" teriak Geby membanting foto itu di atas ranjang. Senyum yang terpancar dari bibir seorang wanita yang berada di salam foto itu membuat hati Geby sakit.

Geby terisak dengan hebat. Bohong jika ia tak merindukan sosok wanita yang melahirkannya itu. Geby rindu, sangat, tapi rasa benci datang lebih besar.

"Sini sama mama! Mama pengen gendong putri mama yang udah besar ini."

"Udah, jangan nangis! Biar nanti Alga mama yang marahin."

"Mama jahat!" Geby memukul kepala ranjang dengan kuat, melampiaskan semua emosi pada benda mati itu. Jika saja wanita itu tak pergi dari hidupnya, hidupnya tak akan serumit ini.

***

Revan mengusap wajahnya kasar, ia bangkit dari duduk santainya bersama sang kakek. Mengambil kunci mobil tanpa ada kelembutan membuat sang kakek menautkan kedua alisnya.

"Mau ke mana?"

Revan menatap wajah sang kakek yang telah keriput itu untuk sebentar. Ia meraih tangan kakeknya kemudian mencium punggung tangan laki-laki itu dengan hormat.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Where stories live. Discover now