Part39

49.9K 4K 674
                                    

© Shintia Monica 2020

Assalamualaikum warahmatullahi wr.wb.
Kali ini pendek jadi bacanya pelan-pelan aja jangan ngebut!

Selamat membaca


Revan menendang ban motornya dengan kesal. "Percuma gua beli mahal-mahal kalo mogok'an kayak gini!" kesalnya membanting helm-nya di trotoar jalan membuat mata Geby melotot kaget.

Helm itu rusak parah setelah di tendang oleh Revan karena dibanting tidak hancur. Geby menghela napas panjang, yang salahkan motornya kenapa helm-nya yang dihancurkan?

"Udah, ya, ampun! Kasian helm-nya," ujar Geby menghentikan Revan yang terus menendang helm itu.

"Hm ...." Revan mengusap wajahnya gusar, takut emosinya malah terluapkan kepada Geby.

"Kamu tunggu sini dulu! Aku mau nyari bengkel, sekalian kalo ada tempat penjualan motor aku jual sekalian," ujar Revan kembali kesal membuat Geby kembali membolakan matanya.

Lihat saja, setelah ini bukan hanya motor yang Revan jual, tapi juga pembantu yang bertugas merawat kendaraannya. Bisa-bisanya motor yang ia gunakan mogok di tengah jalan, mana hari sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. Mau mengantarkan anak gadis orang pulang jam berapa?!

"Ck, jangan main jual. Emang kamu kira beli nggak pake uang?!" Geby ikutan kesal dengan sikap Revan.

"Lah, kalo aku jual kan bisa dapat uang," jawab Revan sembari mendorong motornya diikuti dengan Geby di belakangnya.

Revan berhenti kemudian menatap Geby tajam, tak bisakah Geby menurut padanya untuk kali ini saja? Apa susahnya tinggal menunggu di sana? Kenapa malah ikut?

"Aku bilang, kamu duduk di sana aja!" tegas Revan membuat Geby meneguk ludah kasar.

Ia memutar otak untuk mencari alasan agar bisa ikut Revan mencari bengkel. Malas sekali rasanya jika ia harus menunggu di sana sendirian apalagi tadi ia sempat melihat ibu tirinya berada tak jauh dari sana.

Geby tersenyum dalam hati kala menemukan alasan yang pasti sangat mampu membuat Revan mengubah perintahnya.

"Nanti kalo banyak laki-laki di sana gimana? Emang kamu rela kalo aku dilihatin nanti? Secara aku kan can--"

"Aa ...!"

Revan mengangkat tubuh Geby dan mendudukkannya di atas motor, perkataan Geby mampu membuatnya cemburu hanya dengan membayangkannya. Ia tak akan rela jika itu terjadi.

"Revan ih ...." Geby ingin turun tapi Revan lebih dulu mendorong motornya dengan sedikit berlari membuat Geby langsung berpegang pada lengan laki-laki itu.

"Nggak usah banyak bacot, Sayang," ujar Revan mengecup pipi Geby sekilas kemudian kembali melanjutkan larinya. Untung saja yang ia bawa motor KLX jika tidak mungkin ia akan kesusahan.

***

Geby mengusap peluh yang membanjiri wajah Revan menggunakan sapu tangannya membuat senyum Revan mengembang. Tangan Revan merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya.

"Minum dulu!" Geby menyerahkan satu botol air mineral yang sudah ia beli tadi saat Revan mengantarkan motornya di bengkel.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Où les histoires vivent. Découvrez maintenant