Part21

91.4K 7.1K 579
                                    

Geby menatap Revan yang berada di depannya dengan malas, ia terus saja bergerak menjauh membuat Revan tersenyum miring. Semakin Geby menjauh maka semakin pula Revan mendekat membuat Geby semakin kesal.

"Masih marah?" Revan menarik pinggang Geby hingga membuat Geby tertarik mendekat. Maya yang berada di belakang Geby hanya mendengus sebal, lihatlah ia sudah seperti obat nyamuk saja.

Maya lebih memilih berjalan menjauh tapi setelahnya ia lebih sungguh menyesal karena bertemu dengan Zidan, demi apapun ia lebih memilih menjadi obat nyamuk saja kalau begini.

Zidan tersenyum miring, berjalan mendekati Maya--sang mantan yang terlihat semakin cantik saja. Sayangnya rasa sayang Maya untuk Zidan telah berubah menjadi kebencian yang tak terhingga.

"Hey, Mantan!" sapa Zidan lembut membuat Maya berdecih, gadis itu membalikan badannya, melangkahkan kakinya kembali berjalan mendekati Geby tapi langsung ditahan oleh Zidan.

Maya memberontak tapi Zidan tak melepaskan Maya sedikitpun, tanganya semakin erat menggenggam tangan Maya kemudian menariknya menjauh sebelum Revan kalap. Ya sedari tadi Revan sudah menatap mereka tajam karena telah berisik, mengganggu saja!

Geby menyentakan tangan Revan dari pinggangnya membuat Revan menyeringai buas dan itu sontak membuat Geby ketakutan, ia lupa dengan sifat Revan yang kasar. Geby memejamkan matanya mengusir rasa takut, ia tak boleh takut dengan Revan, nggak boleh!

"Aku tanya sekali lagi, masih marah?" Suara Revan terdengar begitu mengeringkan sekarang, apa lagi sekolah yang mulai sepi membuat Geby was-was tentunya.

"Iya." Hanya satu kata tapi mampu menjelaskan semuanya. Bagaimana tidak marah, Revan memaksanya untuk cabut hingga berakhir membersihkan gudang yang sangat luas karena mereka ketahuan telah cabut. Jika kalian berpikir bahwa Revan akan membiarkan Geby duduk dan tak ikut membersikan gudang itu, maka kalian salah besar! Revan bahkan tak membantu sedikitpun dan malah berucap, "Itung-itung latihan sebagai ibu rumah tangga." Dan kalimat itu mampu membuat Geby kesal setengah mampus pada Revan.

"Aku ada latihan basket hari ini, kamu pulang sendiri nggak papa?"

Geby menatap Revan dengan tersenyum senang, tentu saja ia senang. Kapan lagi bebas dari Revan, ya walaupun ini hanya berlaku beberapa menit.

"Setiap hari juga aku mau pulang sendiri," ujar Geby membuat wajah Revan mendatar. Sadar akan hal itu Geby segera melenyapkan senyum itu dari wajah cantiknya. Tak baik jika membangunkan singa tidur.

"Mm, jangan natap kayak gitu, aku masih marah loh," ujar Geby membuat Revan tersenyum tipis. Ia sadar betul akan kegelisahan gadisnya, apa ia begitu menyeramkan? Ia rasa tidak!

Revan kembali menarik pinggang Geby kemudian mendaratkan kecupan basah pada pelipis gadisnya membuat Geby mematung di tempat, ingin rasanya ia menampar Revan tapi tubuhnya seolah menolak. Setiap Revan memperlakukannya seperti itu maka tubuhnya akan refleks mematung, lalu bagaimana bisa ia menampar Revan? Ck, refleks yang buruk.

"Jangan marah lama-lama, nanti malam aku ke rumah kamu." Revan kembali mengecup pelipis Geby.

Cup!

Geby mengerjakan matanya kala Revan telah berjalan menjauh. Ia merutuk dirinya sendiri, harusnya tadi ia menampar Revan atau paling tidak memaki laki-laki itu. Geby mengusap wajahnya kasar, Revan benar-benar membuat hidupnya berubah seratus lapan puluh derajat. Geby menggelengkan kepalanya kemudian berjalan dengan lesu hingga berhenti di halte, matanya memincing kala melihat sebuah mobil berhenti di depannya.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Where stories live. Discover now