Part27

71.7K 4.9K 350
                                    

~Terserah

Geby berjalan menyusuri jalan dengan terburu-buru, ia kabur dari rumah sebelum Revan menjemputnya. Ia takut dihukum, padahal Revan juga tidak akan menghukum terlalu sadis. Sebagian wajahnya tertutup masker, ia tak ingin bertemu Revan hari ini.

Geby memincingkan matanya, ketika melihat ayahnya yang baru saja keluar dari minimarket dengan wajah babak belur. Apa yang terjadi dengan ayahnya? Ingin rasanya ia melangkahkan kaki mendekati ayahnya. Namun, ia urungkan ketika mengingat sang ayah begitu membencinya. Setetes air mata jatuh ketika melihat ayahnya merangkul bahu Lita dengan sesekali mengusap kepala gadis itu dengan sayang.

"Lo kuat, Geb!" Geby menyemangati dirinya sendiri, tersenyum di balik maskernya. Ia kembali melangkahkan kakinya, berjalan menuju halte bus. Sebenarnya apa yang dilakukan Lita di sini? Bukannya harusnya gadis itu sekolah?

Geby menatap kosong jalanan yang dilintasi oleh para pengendara roda dua maupun roda empat.

Ting!

Ponselnya sedari tadi tak berhenti berdeting dan berdering, tapi itu tak membuatnya bergerak untuk mengecek ponselnya. Pasti Revan!

"Pagi udah bengong aja."

Geby mendongak dan mendapati seorang pemuda yang berada di atas motor sport berwarna hijau. Laki-laki itu menatapnya dengan tersenyum.

"Gua capek," ujar Geby lirih seraya kembali menunduk membuat seuntai senyum terbit dari bibir laki-laki itu.

Laki-laki dengan balutan jaket bomber itu mengulurkan tangannya, mengangkat dagu Geby ke atas. "Jangan nunduk! Nanti mahkota princess jatuh." Tangan laki-laki itu kini bergerak menghapus air mata Geby yang entah sejak kapan jatuh. "Gua bakal jaga lo untuk nepati janji gua sama Farel, dan juga buat jaga princes-nya agar nggak pernah patah semangat dan ngelakuin hal bodoh kayak yang pernah dia lakuin."

Geby menatap laki-laki di depannya dengan tersenyum. "Tadi malam dia datang ke mimpi gua."

***

Revan menendang ban mobilnya kuat membuat para sahabatnya yang berada di dalam mobil langsung keluar.

Mereka menuruni mobil dan langsung menarik Revan yang hendak memberikan bogeman pada mobilnya sendiri.

"Jangan, Van! Kasian mobilnya," ujar Kenzo mendorong tubuh Revan ke belakang kemudian mengelus bagian mobil yang ingin Revan pukul. "Kalo tangan lo bonyok sih, kagak papa, asal jangan mobilnya."

Revan menendang bokong Kenzo dengan kuat membuat laki-laki itu langsung terjatuh dan memeluk mobil. Revan mengepalkan tangannya kuat, ingin rasanya ia menjadikan Kenzo sebagai samsak. "Shit!" Revan mengacak rambutnya kasar. Kemana lagi gadisnya?

"Anjir, sadisnya kau, Bambank," ujar Kenzo dengan tampang disedih sedihkan. "Hiks hiks hiks, adek nangis nih." Kenzo mempout bibirnya kala Revan sama sekali tak menanggapi ucapannya.

"Uluh-uluh, dedek abang nangis nih? Mending lihat yang bening-bening aja ya? Soalnya abang nggak punya permen," ujar Zidan merangkul bahu Kenzo kemudian membawanya ke tikungan untuk melihat para cewek yang sedang lalu lalang.

"Kuy, itu-tu montok!" seru Kenzo heboh kemudian langsung menarik tangan Zidan mendekati seorang perempuan yang tengah menyiram tanaman.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ