43. Dekapan hangat dari Daniel

58.8K 4.4K 899
                                    

Aku mau emot 💙 di sini dong!

Masih mau baca cerita ini nggak?

Spam komen pokoknya!

Maaf kalo gaje, dan feel nya nggak dapat sama sekali, soalnya idenya udah lama muncul dari hari-hari kemarin tapi nggak ada waktu buat ngetik
.
.
.

"Baju kamu kenapa sobek?!"

Revan menarik tangan Geby menuju belakang sekolah. Rahangnya mengeras dengan emosi yang tak bisa lagi di bendung. Ia bahkan tak menyadari jika pegangan pada tangan Geby begitu kuat hingga membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Rel!"

"Astagfirullah!" Farel yang tengah asik memainkan gitarnya terperanjat kaget ketika Revan tiba-tiba membentaknya.

"Pinjam jaket lo!"

"Gua pinjamin tapi lepasin tangannya Geby. Dia kesakitan, Begok!"

Revan menoleh pada Geby yang hanya menunduk memperhatikan tangannya yang dicengkram oleh Revan dengan buliran bening mengalir di pipinya.

Revan segera melepaskan cekalannya yang mungkin menyakitkan bagi Geby. "Maaf ...." Revan berujar lirih mengusap rambut Geby dengan lembut. Ia tak sengaja, sungguh! Ia tak punya niat menyakiti Geby.

"Gapapa," jawab Geby dengan memperlihatkan senyumnya yang begitu menyakitkan di mata Revan.

"Ini." Farel melemparkan jaketnya pada Revan setelah melepasnya.

Farel kembali fokus pada gitarnya dengan tatapan kosong menerawang jauh ingatannya. Sesak membelenggu jiwanya. Ekor matanya melirik Revan yang tengah memeluk Geby dengan sekilas. Ia kembali fokus pada gitar dengan tersenyum kecut.

Farel tak sadar jika semua yang ia lakukan diperhatikan dengan seksama oleh Kenzo dan Zidan. Keduanya saling pandang dengan tatapan penuh tanya. Apa Farel tega merebut Geby dari Revan? Itu yang ada dipikiran mereka.

"Farel cemburuan apa nggak sih?" Zidan meninju pohon dengan pelan.

"Mana gua tau. Tu anak susah banget buat ditebak." Kenzo mengalihkan pandangannya. Ia kembali menikmati kripik singkongnya.

Tanpa kata, Zidan melangkah mendekati Farel dan juga Revan membuat Kenzo ikut melangkah mendekati kedua sahabatnya.

"Udah, jangan nangis!" Revan membawa Geby duduk di samping Farel.

"Kenapa?" Farel memiringkan tubuhnya menghadap Geby dan juga Revan. Mengabaikan Zidan dan Kenzo yang baru saja datang dan duduk di depannya.

Diam. Revan hanya diam tak menjawab, rahangnya kembali mengeras. Tanpa kata ia bangkit meninggalkan Geby dan sahabatnya.

"Mau ke mana, Van?" Kenzo bertanya dengan sedikit berteriak tapi sama sekali tak dihiraukan oleh Revan membuat Zidan tertawa.

"Makan tu cuek ...." Zidan tertawa kecil sementara Kenzo langsung menarik tangan laki-laki itu dan menggigitnya gemas.

"Makan cuek nggak bakal kenyang, mending makan daging elo aja."

"Anjir, sakit begok!" Zidan menarik tangannya. "Mau jadi kanibal lo?" tanya Zidan menendang Kenzo hingga laki-laki itu tersungkur ke tanah.

"Babi!" maki Kenzo sembari berdiri seraya membersihkan tanah yang mencium pipinya. "Gara-gara elo keperjakaan pipi gua jadi hilang!"

Kenzo misuh-misuh mengusap pipinya kasar. Menyayangkan pipinya yang dicium tanah tanpa permisi. Tasya yang imut saja ia larang mencium pipinya, lah, ini tanah dengan tidak ada kelembutan mencium pipinya.

REVANO [END] |SEGERA TERBIT|Where stories live. Discover now