Part-49

2K 333 265
                                    

Happy Reading Guys!!!

Jangan lupa VOTE and COMMENT YA!!! Aku wajibin lo!!

Follow juga akun wattpad aku ya!

Awas Typo!!!

----------

Ayo bercerai

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi saat Irene menggeret tangan suaminya untuk berjalan cepat memasuki rumah kedua orang tuanya. Sesampainya diruang tengah langkah Irene terhenti saat melihat Sooyoung sepupunya dan Hoseok duduk berhadapan dengan Jimin diruang keluarga. Tapi ia kembali berjalan saat Jin menghampiri dan duduk di samping Jimin.

"Seulgi mana?" Irene yang mendengar pertanyaan sang adik menatap tajam Jimin dan memilih duduk di single sofa di samping Sooyoung.

"Urus saja selingkuhanmu itu, kenapa malah mengurus adik ipar noona huh!"

"Namjoon menjemputnya tadi sebelum kami kemari." Jimin menoleh mendengar suara dingin kakak iparnya.

"Noona tak habis pikir Jim, bagaiman bisa kau melakukannya sampai sejauh ini sih? apa kurangnya Seulgi di matamu? oh atau kau masih mencintai wanita gila itu?." Sooyoung hanya diam mendengar sepupunya tengah memarahi Jimin.

"JAWAB PARK JIMIN!!"

"Eonni tahan jangan terlalu emosi, ingat bayimu." Sooyoung menarik lengan Irene untuk duduk kembali.

Tapi yang ada justru Irene menepis begitu saja tangan Sooyoung dan memilih menghampiri adiknya yang hanya diam. Dan tanpa aba-aba tercetak jelas bekas lima jari Irene di pipi kanan Jimin. Jin yang melihat istrinya hanya diam, sedangkan Sooyoung sudah berdiri untuk melerai kakak sepupunya.

"Itu tamparan yang di rasakan wanita gila itu saat bercerai denganmu lima tahun lalu, tapi kurasa akan lebih keras lagi jika kalian berdua berulah." telunjuk Irene mengacung menunjuk Jimin tajam.

"Kau sedang apa disini Park Chaeyoung?" suara Hoseok membuat Irene menolehkan kepalanya.

Melihat Chaeyoung yang hanya berjarak sepuluh langkah darinya membuat darah dalam diri Irene naik drastis. Dengan cepat langkah wanita itu berjalan menghampiri Chaeyoung yang hanya diam di tempat.

"Masih punya wajah kau datang kesini hah!!!" Jin menghela nafas dan berjalan menghampiri istrinya. Pelan dan hati-hati Jin menuntun Irene untuk duduk kembali.

"Kau diam oppa jangan berusaha menghentikan ku, wanita ini pantas mendapat hinaan dan cacian." Irene langsung mendorong Seokjin suaminya.

"Sayang ingat baby Kim yang ada di perutmu." Irene mengatur nafasnya mendengar ucapan Jin. Benar juga bayinya bisa-bisa ikut darah tinggi jika ia terus marah-marah.

"Sebaiknya kau pulang saja." Jimin menatap datar Chaeyoung.

"UNTUK APA DIA PULANG HAH!!! KAU TAKUT SELINGKUHANMU INI KU CAKAR?!" Jin ingin rasanya hilang saja melihat emosi istrinya saat ini, wanita yang tengah mengandung anaknya itu kini terlihat seperti devil.

"Bahkan malaikat pencabut nyawa saja mungkin takut." bisikan pelan Hoseok langsung di beri delikan tajam oleh Sooyoung.

"Noona kau sedang hamil jan...."

"Makanya karena hamil aku begini, anak ku tak mau dekat dengamu atau dia." Jimin terdiam mendengar suara lantang kakaknya.

Jika sudah begini tak ada yang berani membuka mulutnya. Bahkan Jin saja yang sebagai suami lebih memilih mundur dan duduk di samping Hoseok. Jin sadar jika ia mencegah istrinya bisa ia yang kena, lebih baik mencari aman.

Secretary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang