Part-56

1.7K 311 76
                                    

Happy Reading Guys!!!

Jangan lupa VOTE and COMMENT YA!!! Aku wajibin lo!!

Follow juga akun wattpad aku ya!

Awas Typo!!!

----------

Seulgi menatap sedih satu set rajutan syal yang berada di dalam kotak di pangkuannya. Hadiah yang seharusnya ia berikan pada anak perempuan beberapa hari yang lalu. Tapi sepertinya hadiah yang sudah Seulgi rajut itu harus ia simpan selamanya, tanpa sempat dilihat oleh orang yang ingin diberi.

"Seul." kepala Seulgi menoleh menatap kearah pintu kamarnya. Menatap wanita yang juga tengah berbadan dua sepertinya.

"Kita berangkat sekarang?" senyum Seulgi merekah dan mengangguk. Tangannya meraih tutup kotak yang berada diatas meja dan menutup kotak yang dipandangnya sedari tadi.

Tentu saja apa yang dilakukan Seulgi tak lepas dari tatapan wanita itu. Dengan pelan wanita yang tengah hamil 6 bulan itu menghampiri Seulgi. Ia sudah tahu apa yang membuat Seulgi seperti sekarang.

"Tak mungkin selamanya kita bisa membohongi mereka semua dengan merekayasa kematianmu." Seulgi mengangguk membenarkan.

"Tapi aku belum siap Jen." Seulgi menatap Jennie dengan tatapan sendunya.

Tangan Jennie terjulur mengusap lembut kedua bahu Seulgi. Memberikan semangat dan dukungan. Jennie tahu ada luka yang akan kembali tertoreh setelah ini. Tapi bagaimanpun juga, sahabatnya tak selamanya akan seperti ini terus, hidup manjadi orang lain dengan identitas baru. Kim Seulgi.

"Mungkin ini saatnya, mereka harus tahu semuanya." Seulgi terdiam dan memegang lembut tangan Jennie.

"Terimakasih kau selalu menemaniku, aku tak tahu seperti apa aku jika tanpamu dan yang lain." Seulgi benar-benar bersyukur memiliki Jennie disisinya.

"Dan terimakasih juga sudah rela membagi Namjoon oppa denganku." air mata Jennie menetes mendengar suara bergetar Seulgi.

Apeni???? Apeni???? Astaga gue ngetik apaan cobak😑

"Kau sudah kuanggap saudaraku Seulgi, apapun akan kulakukan untuk saudaraku."

Senyum hangat terbit dari bibir keduanya. Tak pelak banyak perempuan yang iri dengan dua wanita cantik yang selalu menempel bak perangko itu. Jennie dan Seulgi selalu ada disaat saling membutuhkan dan berbagi luka dalam pilu.

"Cha sekarang kita harus berangkat, kasian murid-murid kecilmu jika harus menunggu guru mereka terlalu lama." kepala Seulgi mengangguk mengiyakan ucapan Jennie. Tangannya mulai menggerakkan roda dari kursi yang di dudukinya dibantu dengan Jennie yang sedikit mendorongnya pelan.

.

.

.

.

"Jika terjadi apa-apa langsung telpon aku dan Jennie ya?" Jennie tersenyum lembut melihat kepala Seulgi yang mengangguk mendengar ucapan Namjoon.

"Nanti sepulang kau mengajar mau langsung pulang atau ke café dulu?" pertanyaan Jennie membuat Seulgi terdiam sebentar.

"Mungkin aku akan ke café sebentar, sudah seminggu ini aku tak berkunjung ke sana. Entah apa yang sudah di perbuat Yeri, Jungkook, dan Mark pada café itu." jawaban Seulgi membuat kepala Namjoon mengangguk dan tersenyum senang.

"Kalau begitu nanti ku jemput." secepat kilat kepala Seulgi menggeleng mendengar ucapan Jennie.

"Aku bisa kesana sendiri Jen. jarak TK ini ke café tidak jauh dan aku tak perlu menyebrang jalan." ucapan tegas Seulgi membuat mulut Jennie mengerucut lucu.

Secretary Where stories live. Discover now