Part 01: Awal mula

1.6K 140 9
                                    

Jessy melangkah hampa dengan pandangan kosong, kaki jenjangnya menapak jalan raya tak tentu arah. Tanpa tujuan ia terus melangkah maju.

"Sayang besok Mama dan Papa bakal pulang, buat ngerayain hari ulang tahun kamu."

Setetes demi tetes buliran bening meluncur dari mata indahnya, kedua tangannya mengepal kuat menahan sesak di dalam dada.

"Kamu mau dibeliin apa? Pasti Mama beliin."

Jessy tersenyum kecut, tangisan kencangnya tanpa diduga mengundang hujan deras yang ikut menemaninya malam ini. Tanpa alas kaki Jessy terus melangkah gontai, sudah tak memperhatikan kanan kiri lagi.

"Aduh maaf sayang, hari ini Mama dan Papa gak jadi pulang. Adik kamu keadaannya belum membaik."

Jessy seketika terjatuh lemas di tengah jalan raya yang sepi, tubuhnya ditopang kedua tangan yang sudah lecet tergores kasarnya jalanan aspal. Setelah tiga jam dirinya menunggu di depan rumah, ternyata orang tuanya tidak jadi pulang menemaninya?

Jessy terkekeh miris, selalu selalu dan selalu dirinya dilupakan. Adiknya memang butuh perhatian lebih, tapi bukankah seharusnya sebagai orang tua mereka bisa memperlakukannya dengan lebih adil.

Sudah lima tahun dirinya tinggal dirumah bersama pembantunya, Mama dan Papanya hanya fokus pada pengobatan Adiknya yang sedang dirawat di Amerika. Seolah belum cukup, setiap hari dirinya selalu melihat postingan Mamanya yang selalu mengunggah foto kebersamaan tanpa dirinya.

Seolah dia bukan anggota keluarga mereka.

"Gue egois gak sih kalo minta mereka dikiiit aja perhatiin gue?" lirihnya serak, tubuhnya sudah basah kuyup terkena air hujan yang dingin menusuk tulang. Jessy sudah tak peduli kalau nantinya dia akan sakit.

"Kalo mereka emang gak ingin gue, tolong buat gue hilang dari kehidupan mereka!" teriak Jessy penuh luka, bersamaan dengan itu sebuah petir yang kencang langsung menggelegar hebat di langit gelap seolah permintaannya sedang direstui Sang Pencipta.

Jessy dengan sempoyongan berdiri, tak ada gunanya juga dirinya mengutuk diri sendiri di tengah hujan seperti ini. Namun saat dirinya hendak berbalik, tanpa disangka sebuah lampu menyilaukan datang secepat kilat menyambarnya.

TIIIINNNN!!!

BRAK!

Tubuh gadis itu langsung terlempar beberapa meter, disela batuk darahnya Jessy tersenyum miring.

Sepertinya .... Tuhan memberkati permintaannya.

***

"Princes..."

Sebuah suara sayup-sayup terdengar, namun entah kenapa tubuhnya sama sekali tak bisa merespon.

"Princes bangun!"

"Mas, pasien sudah meninggal dunia."

"DIAM KAMU!!"

Suara-suara yang terdengar makin kencang bersahutan, bahkan sekarang sudah terdengar suara bantingan benda-benda pecah.

"Tap-"

"RUMAH SAKIT INI AKAN SAYA TUNTUT KALO KALIAN GAK BISA SEMBUHIN ANAK SAYA!!"

Suara bariton berat lain yang baru terdengar memekik membuat Jessy makin berusaha keras menggerakkan anggota tubuhnya.

"PRINCES BANGUN NAAAK!"

Suara lengkingan tangisan barusan ia prediksi kalau itu adalah suara perempuan paruh baya.

Jessy di tempat yang serba putih hanya bisa memutar-mutar tubuhnya kebingungan, apakah dirinya berada di alam akhirat sekarang? Tapi ... kenapa suara-suara yang terdengar menyebutkan nama Princes.

PrincesWhere stories live. Discover now