01 || Penyamaran

5.7K 541 23
                                    

[ REMAKE ]

.

.

Lee Jeno merasa muram malam
ini. Entah kenapa dia sedang ingin
menghajar seseorang, atau kalau
perlu membunuh seseorang.

Malam ini dia datang ke klub bukan untuk bersenang-senang., tetapi untuk mencari masalah. Dengan dikelilingi para bodyguard nya yang selalu siap menjaganya, meskipun sebenarnya tidak perlu karena Jeno menguasai beberapa keahlian bela diri.

Tetapi ketika kau punya banyak uang, memang lebih baik jika kau membiarkan orang lain melakukan segala sesuatunya untukmu. Pemilik klub sendiri yang menyambutnya. Tentu saja, mengingat betapa besar hutangnya kepada Jeno.

Dengan tergopoh-gopoh lelaki gendut itu menggiringnya ke kursi VIP terbaik.

"Anda bisa memilih siapapun untuk
menemani anda." Gumam si pemilik klub dengan nada menjilat.

Jeno menatap ke sekeliling dengan tak berminat. Menatap semua perempuan disana yang hampir-hampir seperti semut mengelilinginya. Dengan tatapan berharap untuk dipilih.

Terlalu murahan, semua manusia didunia ini murahan dan penjilat.

Jeno memutuskan untuk tidak
memilih siapapun. Ketika tatapan matanya terpaku pada perempuan itu. Perempuan yang tampak salah tempat diklub malam mewah ini. Mengenakan baju luar biasa sexy tetapi tampak tidak nyaman didalamnya. Tanpa sadar seulas senyum jahat muncul dibibirnya.

"Aku mau dia."

Gumamnya sambil menunjuk perempuan itu. "Aku mau dia."

Kalimat itu diucapkan dengan nada
malas yang tenang, tetapi gaungnya
terdengar keseluruh ruangan. Entah
kenapa suasana hiruk pikuk itu menjadi hening. Dan Renjun merasakan semua tatapan tertuju padanya. Pada dia yang
sedang bersandar di meja bar, sibuk
dengan pikirannya sendiri.

Dengan gugup Renjun menegakkan tubuhnya, berusaha membalas tatapan mata semua orang, lalu matanya terpaku pada mata itu, mata hitam sehingga nyaris bening, menyebabkan pupil matanya tampak begitu tajam.

"Cepat kesana, dia menginginkanmu!"

Sang bartender yang berdiri di
belakangnya berbisik kepadanya, seolah takut kalau Renjun tidak cepat-cepat menuruti keinginan Jeno, akan berakibat fatal. Renjun mengernyit pada Jeno,mencoba menantang mata laki-laki itu,
yang masih menatapnya dengan begitu tajam tanpa ekspresi.

"Ap..apakah.hmm." Renjun berdehem karena suaranya begitu serak. "Apakah anda ingin dibawakan minuman?" Jeno hanya menatapnya beberapa saat yang menegangkan, lalu menganggukan kepalanya.

"Bawakan satu minumanku yang biasa."

Secepat kilat sang bartender meracik
minuman kesukaan Jeno, minuman
biasa yang dia maksud. Tangan Renjun gemetar ketika menerima nampan minuman itu. "Sedikit lagi Renjun." gumamnya
mencoba menyemangati dirinya sendiri.

".. Sedikit lagi semua dendammu akan
terbalaskan. sedikit lagi." Renjun
mengucapkan kata-kata itu bagaikan
doa, dengan langkah gemetar dia
mendekati Jeno yang duduk
menungguinya bagaikan sang raja.

Diletakkannya gelas itu di meja
depan Jeno, 'semoga kau lekas
meminumnya dan lekas mati'. Doa Renjun dalam hati.

Tetapi sepertinya Tuhan masih
menginginkan Jeno hidup, karena lelaki itu terlihat tidak tertarik untuk menyentuh minumannya. Matanya
malahan tertuju pada Renjun dan memandangnya tajam."Duduk!" Jeno menjentikkan jarinya.

Melirik tempat disebelahnya.Sekujur tubuh Renjun mengejang menerima perintah yang begitu arogan, tanpa sadar matanya memancarkan kebencian, siapa lelaki ini berani-beraninya memerintahnya seperti ini? Ketika Renjun termenung, seorang waitress lain dengan gugup mendorongnya supaya duduk, dan
menuruti permintaan Jeno,
sehingga dengan terpaksa Renjun
duduk disebelah Jeno.

"Siapa namamu?" Jeno menatap tajam ke arah Renjun, Sama sekali tidak melirik gelas minuman di mejanya.

Renjun sudah siap dengan pertanyaan ini. Bahkan dia sudah menyiapkan nama samarannya.

"Isthar." Jawabnya kaku.

Jeno mengernyit menatapnya
dengan seksama, lalu jemari panjang
itu tiba-tiba terulur dan menarik dagu
Renjun mendekat, supaya dia bisa
mengamati wajah Renjun dengan
cermat.

"Aku tidak pernah melihat wajahmu sebelumnya disini."

"Eh..dia..dia pegawai baru
kami tuan Jeno, maafkan
ketidak-sopanannya, saya belum
pernah mengajarinya bagaimana membawakan minuman untuk tamu sepenting anda."

Sang pemilik klub menyela dengan gugup, wajahnya tampak cemas melihat Renjun melayani tamu pentingnya dengan setengah hati.

Dengan pandangan memarahi,dia memperingatkan Renjun. "Ayo
Star, perkenalkan dirimu kepada Tuan Jeno. Tuan Jeno telah memilihmu untuk menjadi pelayan minumannya, itu merupakan suatu kehormatan untukmu. Harusnya kau berterima kasih kepadanya."Perintah itu membuat Renjun menegakkan dagunya dengan angkuh.

"Saya sudah memperkenalkan diri
saya, dan saya sudah membawakan minuman untuk Tuan Jeno yang terhormat, karena itu saya akan pergi."

Jawab Renjun angkuh, sambil beranjak dari tempat duduknya, toh misinya sudah tercapai. Gelas minuman beracun itu sudah ada di meja Jeno, dan sebentar lagi Jeno akan mati karena sesak nafas.

Tetapi sebelum Renjun sempat berdiri, Jeno meraih jemarinya dan menariknya kencang, supaya terduduk lagi. Kali ini dipangkuan Jeno.

"Apa..apaan in- -hmptth!!" Suaranya
terhenti ketika bibir yang keras dan
dingin itu tiba-tiba melumat bibirnya,
Renjun memberontak ketika menyadari bahwa Jeno sedang memagut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas.

Ciuman itu sungguh tak sopan
karena bibir dingin Jeno tanpa
permisi langsung memagut bibirnya, melumathya tanpa ditahan-tahan, lidahnya langsung menyeruak masuk merasakan keseluruhan diri Renjun.

Menghisapnya, menikmatinya, dan
menggilasnya tanpa ampun.

Sekujur tubuh Renjun terasa terbakar. Panas karena amarah, dan demam karena gairah. Lelaki ini sudah jelas-jelas sangat ahli ketika mencumbu perempuan. Sehingga Renjun yang belum berpengalaman pun terbawa oleh gairahnya, mengalahkan kebencian yang ia pendam sedari tadi.

Tetapi pikiran bahwa lelaki ini telah memanfaatkan begitu banyak wanita demi memuaskan rasa arogan dan kekuasaannya membuat Renjun merasa muak. Tiba-tiba saja muncul kekuatan dari dalam dirinya untuk mendorong laki-laki itu menjauh, dan menamparnya sekuat tenaga.

Plakkkk!!

Suasana di klub itu menjadi sangat
hening. Luar biasa hening. Bahkan
musik yang hiruk pikuk itupun terhenti
karena semua orang berhenti
melakukan aktivitasnya dan menatap
ke arah Renjun yang berdiri dengan
terengah-engah berhadapan dengan
Jeno yang membatu duduk di sofa
VIP nya.

Sedetik kemudian, sebuah tangan kasar mencengkeram lengan Renjun, begitu menyakitkan hingga membuat Renjun
menjerit.

"Kurang ajar kau! Berani-beraninya
menampar Tuan Jeno!" Teriak suara berat dan kasar. Renjun menoleh dan mendapati dirinya ditelikung oleh
lelaki berbadan besar yang sepertinya
salah satu bodyguard Jeno. Lengan lelaki itu yang besar dan kuat menahannya sampai tangannya
terasa kaku dan sakit.

Tetapi Renjun tidak menyerah, dia meronta sekuat tenaga, mencakar, hingga menggigitlengan yang tetap terasa sekeras batuitu. Nafasnya terengah-engah dan wajahnya merah padam menahan amarah dan rasa malu karena sebagai perempuan kekuatannya begitu tak berdaya menahan dominasi kekuatanlaki-laki.

"Lepaskan dia!"

.

.

[ Tbc ]

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Where stories live. Discover now