14 || Harus Menyerah

3.5K 421 9
                                    

[ REMAKE ]

.

.

Jeno merasa dirinya hampir gila.
Dia tidak berhubungan seks dengan
wanita manapun akhir-akhir ini. Dia Sudah tidak tertarik sama sekali. Gairahnya terpusat kepada Renjun, perempuan ini membuatnya ingin
menundukkannya, menaklukkannya
dan mendominasinya dengan posesif.

Jeno ingin Renjun tunduk di kakinya,
memujanya seperti yang dilakukan banyak orang kepadanya.

Well, itu mungkin butuh waktu lama.

Jeno mengernyit melihat ekspresi Renjun, perempuan ini harus selalu dipaksa, harus selalu dilkat, dan Jeno sebenarnya tidak suka menyakiti perempuan yang akan ditidurinya.

Bukti gairahnya terlihat jelas, dan
Renjun menolak untuk melihatnya.

Jeno mendorong tubuh Renjun yang setengah telanjang ke pancuran, membiarkan air hangat membasahi mereka berdua.

Ketika Renjun sekali lagi mencoba memberontak, Jeno mencengkeram kedua tangannya erat-erat ke dinding dan merapatkan tubuhnya, menempelkan bukti gairahnya ke pusat tubuh Renjun, membuat mukaal Renjun merah padam.

"Hati-hati Rena, aku tidak ingin menyakitimu, aku cuma ingin mandi."

Renjun mengerjap, "Mandi?"

Ada sinar geli di mata Jeno, "Ya, mandi. Kau pikir aku mau apa?"

Pipi Renjun makin memerah, apalagi
ketika matanya tersapu pada kejantanan Jeno yang mengeras, terlihat jelas laki-laki itu sudah amat sangat terangsang.

Jeno mengikuti arah tatapan Renjun dan tersenyum, "Aku cuma ingin mandi, tetapi sepertinya kau lebih tertarik ke yang lain."

Renjun menatap marah ke mata Jeno, tetapi lelaki itu hanya terkekeh.

"Terserah kau, kau mandi di sini bersamaku. Atau kalau kau lebih memilih menantangku, kita bisa berakhirdengan hubungan seks yang hebat dikamar mandi, sekarang tolong gosok punggungku dengan sabun."

Jeno melepaskan celananya, terkekeh lagi ketika Renjun langsung memalingkan mukanya.

"Ayo, gosok punggungku." Jeno
membalikkan tubuhnya, membiarkan
pundak dan bahunya diterpa air hangat dari shower yang mengalir menuruni punggung berototnya dan turun kepantatnya yang kencang.

Renjun terpana dan mengerjapkan matanya ketika menyadari bahwa
matanya terpaku pada keindahan tubuh Jeno yang berotot dan keras.

Ramping tapi jantan, dan semua begitu proposional pada tempatnya. SeolahTuhan menciptakan laki-laki ini sambil tersenyum.

Jeno menolehkan kepalanya dan menangkap basah Renjun yang
sedang mengamati tubuhnya. Tatapan sensualnya memancarkan panas dan bergairah. Tetapi kemudian dia mendapati mata Renjun yang berputar ke seluruh penjuru kamar mandi.

Perempuan ini masih belum menyerah
dalam usahanya untuk melukai
Jeno.

Jeno berani bertaruh bahwa Renjun sedang mencari-cari senjata, sesuatu -mungkin untuk dipukulkan ke kepala Jeno yang sedang lengah, "Rena."

Suara Jeno terdengar rendah dan mengancam, meskipun sebenarnya lelaki tu sangat menikmati mengucapkan nama Renjun lambat-lambat di mulutnya, "Kalau
kau tidak melakukan perintahku dan sibuk mencari cara untuk melakukan entah rencana apa yang ada di dalam
kepalamu yang cantik itu, maka mungkin saja aku akan berubah pikiran dan langsung menyetubuhimu saja."

Renjun terlonjak, dan langsung meraih
sabun cair, lalu mengusapkannya ke
punggung Jeno yang keras dan berotot itu.

Sentuhan itu membuat keduanya sama-sama terkesiap, Jeno bahkan tidak bisa menahan erangannya. Kejantanannya Sudah begitu keras, seperti batu di bawah sana hingga terasa menyakitkan, memprotes untuk dipuaskan.

Sentuhan tangan lembut Renjun di punggungnya semakin memperburuk keadaan, membuatnya terangsang sampai ditingkat dia tak dapat menanggungnya.

Renjun mengernyit mendengar suara
erangan Jeno, dia tidak dapat
melihat ekspresi Jeno, hanya
bisa melihat rambut belakangnya
yang kecoklatan dan sekarang basah
menempel di tengkuknya.

"Kenapa?" pada akhirnya Renjun
bertanya ketika Jeno mengerang
lagi. Jemarinya menggosok lembut bahu dan punggung Jeno yang sekarang licin karena sabun, guyuran air hangat membasahi mereka berdua, membuat kaca-kaca kamar mandi itu berembun karena uapnya.

Jeno menggertakkan giginya, mencoba menahan gairahnya. "Tidak apa-apa." suaranya berupa erangan
yang dalam, mencoba menahan
dirinya ketika tangan lembut Renjun yang berlumuran sabun itu menyentuh pinggangnya.

Dia ingin merenggut tangan Renjun itu, menyentuhkan ke kejantanannya yang sangat menginginkannya, dan kemudian memuaskan dirinya di dalam tubuh Renjun.

Tetapi dia tidak bisa. Jeno ingin
membuat Renjun menyerah dengan
sukarela. Dua percintaan mereka yang terakhir tidak dilakukan dengan
sukarela. Meskipun pada akhirnya
Jeno bisa membuat Renjun
merasakan kenikmatan.

Lee Jeno tidak pernah memaksa perempuan jatuh ke dalam pelukannya. Para perempuanlah yang berebut untuk dipeluk olehnya. Dan itu harus terjadi pada Renjun.

Renjun-lah yang harus menyerah dalam pelukannya. Jeno memejamkan matanya, membayangkan bagaimana nikmatnya nanti ketika Renjun pada akhirnya menyerah ke dalam pelukannya dan memohon kepadanya.

Jeno melirik kepada Renjun, dia
masih memakai pakaian lengkap. Dan
yang membuat semuanya lebih buruk
adalah Renjun memakai rok panjang
tipis berwarna putih. Ketika baju itu basah kuyup malahan membuat
tubuh Renjun begitu sexy, tercermin
samar-samar di balik pakaian putih yang membuatnya tampak misterius.

Jeno menggertakkan giginya. Dia
tidak tahan lagi bermain-main seperti
ini. Ada di dekat Renjun, telanjang dan
siap seperti ini membuatnya merasa
hampir gila.

Perempuan ini harus menyerah padaku. Harus!

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang