05 || Pagi Hari

6K 464 14
                                    

[ REMAKE ]

Warn : Little bit mature

.

.

"Sakit!"

Renjun menjerit, lalu berusaha mendorong tubuh Jeno.

Tubuhnya berteriak antara kesakitan dan keinginan untuk dipenuhi gairahnya. Sebutir air mata menetes dari sudut matanya, sisa-sisa dari kesadarannya yang tertinggal.

Jeno mendesakkan dirinya
sedalam mungkin, hingga akhirnya
berhasil menembus penghalang itu, dan mengabaikan jeritan kesakitan Renjun.

Ketika akhirnya jeritan Renjun mereda.
Jeno mengangkat kepalanya,
dan mengecup lembut bibir Renjun
yang terbuka dan terengah-engah.

"Setelah ini, aku akan mengajarkanmu
bagaimana memuaskanku." Ucapan itu menggema didalam ruangan, bagaikan janji dari sang kegelapan.

Dan Renjun sudah benar-benar kehilangan kesadarannya. Tubuhnya
menggeliat merasakan kenikmatan
yang menggelenyar ketika rasa sakit itu akhirnya menghilang berganti dengan kenikmatan panas yang membagikan gelenyar menyiksa ke seluruh tubuhnya.

Jeno merasakan gerakan pinggul
Renjun, merasakan denyutan membara tubuhnya yang tertanam jauh didalam tubuh Renjun, mendesak dengan berani, menarik Jeno lebih dan lebih dekat lagi.

Jeno menggertakan gigi, menahan diri, membiarkan Renjun menggerakkan pinggulnya untuk mencari kenikmatannya sendiri dengan sesuka hati, dan tidak butuh waktu lama ketika akhirnya perempuan itu mencapai pemenuhan kepuasannya.

"Oh. oh..astaga." Renjun memejamkan mata ketika kenikmatan itu meledak dan membanjiri tubuhnya dengan rasa panas yang tak tertahankan.

Dan walaupun Jeno bisa memperpanjang kenikmatannya sendiri. Pemandangan akan orgasme Renjun dan denyutan Renjun yang meremas dirinya, jauh didalam sana, membuatnya tidak bisa menahan diri lagi.

Detik itu pula, Jeno meledakkan gairahnya bergabung dengan Renjun dalam gairah yang melemahkan.

•••

Entah apa yang membuat Renjun terbangun dari tidurnya yang lelap, rasa sakit yang aneh dibadannya, ataukah cahaya terang yang mendadak muncul entah darimana.

Renjun membuka matanya. Sekilas pandangannya terasa kabur, dan Renjun mencoba untuk memfokuskan dirinya.

"Kamar ini.. dengan nuansa putih yang feminim.."

Kilasan-kilasan ingatan berkelebat di
benaknya, dia masih disekap disini, di
dalam kamar iblis jalhat itu. Dengan panik Renjun terduduk dari ranjangnya, tiba-tiba selimutnya melorot hampir jatuh menutupi dadanya. Lalu Renjun menundukkan kepalanya, dan menyadari kalau dia telanjang bulat dibalik selimutnya.

"Apa yang dia lak--"

"Selamat pagi."

Suara maskulin itu terdengar dekat sekali. Refleks Renjun menolehkan kepalanya hingga dia kaget dengan seseorang yang berbaring disampingnya.

Pemandangan disampingnya membuat jantungnya bergejolak. Jeno ada disini, di ranjangnya. Mereka ada didalam selimut yang sama. Renjun menilik selimut Jeno yang hampir saja melorot dipinggulnya, mereka sama-sama telanjang bulat.

"Tidak mungkin.."

Renjun masih terperangah menatap pemandangan di depannya.

Jeno berbaring dengan angkuhnya sambil menatap Renjun dengan tatapan berhasrat yang memiliki. Dengan panik Renjun menarik selimutnya untuk menutupi seluruh dadanya, tetapi gerakannya itu malahan membuat selimut Jeno melorot dan hampir memperlihatkan kejantanannya.

Dengan malu Renjun memalingkan
kepalanya dan disambut dengan senyuman jahil Jeno.

Keberanian dan kemarahan Renjun langsung muncul ketika menyadari rasa perih diantara kedua pahanya. Entah apa yang Renjun lakukan semalam hingga dia tidak ingat sama sekali apa yang terjadi.

Tapi yang pasti, dia hanya tahu bahwa dia sudah dinodai oleh Lee Jeno.

"Kau sungguh iblis yang tidak bermoral, mengambil keuntungan dari perempuan yang sangat membencimu!" Desis Renjun menahan marah tanpa menatap wajah Jeno.

Jeno terkekeh mendengar suara geram Renjun. "Membenciku?"

Dengan santai Jeno berdiri, tak
peduli dengan tubuh telanjangnya
yang berotot. "Lihat aku Rena, kau
meninggalkan tanda-tanda di tubuhku. Dan kau sangat bergairah semalam, seperti kucing betina yang mencakar disana sini agar dipuaskan. Atas gairahmu semalam, aku tidak yakin kalau kau membenciku."

Renjun melirik sekilas ke tubuh telanjang Jeno yang berdiri di samping ranjang.

Wajahnya merah padam karena malu.

Bekas-bekas itu ada. Tanda-tanda merah di dada, dipinggul, bahkan di dekat kejantanannya pun ada.

"Apakah benar aku yang melakukannya?"

"Ya, kau yang melakukannya." Jeno
tersenyum, "dengan sangat bergairah
dan lapar, aku hanya berbaring disana
dan kau menyantapku bulat-bulat sepanjang malam."

Puing-puing ingatan akan percintaan
yang panas muncul diingatan
Renjun, dia teringat minuman yang diberikan Jisung semalam, dan rasa muaknya memuncak ketika dia menyadari ada sesuatu yang dicampurkan di minumannya.

Dengan mata menyala-nyala, dikuasai oleh kemarahan yang campur aduk menjadi satu, Renjun menantang tatapan mata Jeno, mencoba tidak memperdulikan tubuh telanjang Jeno.

"Aku selalu mendengar kau jahat dan
licik, tapi aku sungguh tak menyangka
kau serendah itu. Menggunakan obat
untuk memaksa perempuan yang jijik
kepadamu supaya mau melayanimu!"

Sepertinya kata-kata Renjun cukup
menyinggung perasaan Jeno.
Rahang lelaki itu tampak mengeras. Menatap tajam tatapan Renjun, berbeda dengan tatapan angkuhnya tadi.

Dengan kasar Jeno menyambar
jubah satin hitam dan memakainya. Lalu dengan gerakan tiba-tiba, naik ke atas ranjang dan mencengkeram rahang Renjun dengan sebelah tangannya.

Cengkeraman itu terasa keras
dan menyakitkan sehingga Renjun
mengernyit. Tetapi Renjun menahan diri untuk tidak mengaduh, dia tidak mau memberikan kepuasan kepada lelaki itu.

"Apapun yang kau coba katakan, satu
hal yang pasti, kau sudah menjadi
milikku. Dan seperti yang sudah
kubilang, segala sesuatu yang menjadi milik Lee Jeno tidak akan pernah bisa lepas. Kecuali aku melepaskanmu...atau membunuhmu!"

Dengan kasar, Jeno melepaskan
cengkeramannya di rahang Renjun,
membuat tubuh Renjun terdorong
lagi ke ranjang, lalu dengan langkah
tegas, Jeno melangkah keluar kamar sambil membanting pintu dibelakangnya.





[ To Be Continue ]

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang