32 || Malam Pertama

6.7K 404 1
                                    

[ REMAKE ]

Warn : Mature Content

.

.

"Aku masih punya satu syarat lagi."
gumam Renjun dan tanpa sadar melangkah menjauhi Jeno, "Akuningin tinggal di kamar putih yang dulu, kau bisa mengunjungiku kalau kau perlu sesuatu.."

"Cukup! Sekarang giliranku memberi
peraturan untuk pernikahan kita!" kesabaran Jeno tampaknya sudah habis, lelaki itu meraih pinggang Renjun dan merapatkan tubuhnya, membuat Renjun merasakan tubuh Jeno yang mengeras di sana.

"Kau rasakan itu?" Jeno menatap Renjun marah sekaligus bergairah, "Aku berniat untuk menjadikanmu istriku yang sesungguhnya. Bukan
kekasih yang kukunjungi jika aku perlu
bercinta."

Jemari Jeno menuruni sisi lengan Renjun dengan sensual dan kemudian berhenti di sisi payudaranya, lalu meremasnya lembut, "Dan jika kita melakukan itu, kita tidak akan tidur dikamar yang terpisah"

Hening.

"Kenapa? Kau tidak suka dengan syarat dariku?" Jeno terus menahan payudara Renjun dengan posesif. Renjun adalah istrinya, sekarang dia harus menerima seluruh dirinya, dia tidak boleh lagi berusaha menentang semu hendak hatinya.

Pilhannya adalah mereka suami istri atau tidak sama sekali, "Jika kau tidak menyukainya, lebih baik kita
berhenti di sini sekarang juga."

Sambil berusaha menahan keposesifannya, Jeno memperlembut tuntutannya. "Malam ini cukup sampai di sini kalau kau tidak siap."

Satu-satunya yang mendesak saat
ini adalah tubuhnya yang berhasrat,
tetapi Jeno masih mampu mengendalikannya jika Renjun tidak
mau melanjutkan. Perempuan ini telah menunjukkan keberanian besar dengan mengemukakan persyaratannya di depan Jeno, dan Jeno menghargainya, karena itulah dia bersedia memberikan waktu sebanyak yang dinginkan Renjun.

Renjun hanya terdiam di sana, menatap Jeno dengan tatapan kosong.

'Astaga, apa sebenarnya yang ada
di dalam kepala mungil itu?' Gumam
Jeno dalam hati.

Renjun pasti sudah larut dalam persepsi dan pemikirannya sendiri. Apalagi setelah dia mengetahui kisah tentang Injun. Jeno sendiri tidak bisa menjelaskan perasaannya.

Memang pada mulanya dia menginginkan Renjun karena kemiripannya dengan Injun. Tetapi sekarang, dia merasa Tuhan telah memberikannya kesempatan kedua,
dalam wujud perempuan yang sangat
mirip dengan Injun.

Jeno tidak pernah membayangkan
Injun. Tidak pernah lagi. Setelah malam-malam kelam yang menghancurkan hatinya, yang dia lalui karena kenmatian Injun dulu. Injun
telah berubah menjadi bayang-bayang samar yang kadang hadir dalam bentuk kenangan masa lalu yang indah.

Jeno bahkan sudah berhasil tidak memikirkan Injun lagi sejak bertahun-tahun lalu.

Renjun terasa berbeda, tetapi bagaimana dia bisa menjelaskannya kepada Renjun? Perempuan itu tidak akan percaya bahwa gairah yang meluap-luap ini memang murni untuk dirrinya sendiri.

Jeno menyadari bahwa dia menginginkan pernikahan yang nyata bersama Renjun. Karena menurutnya Renjun bagaikan malaikat yang menariknya dari kegelapan malam. Hatinya yang kelam telah tersentuh secercah Matahari sejak kehadiran
Renjun. Dan Jeno tidak ingin melepaskannya.

"Baikiah." Suara pelan terdengar
dari bibir Renjun, namun dengan nada
Seolah-olah Renjun tidak benar-benar dalam keadaan yang bisa membuat Jeno senang, seorang istri yang selalu setuju dengan pendapat suaminya sama sekali tidak menyenangkan.

Di dalam kehidupan pernikahan yang nyata, terdapat banyak ketidaksepakatan, sebanyak kasih sayang, tawa, maupun kesetiaan.

Jeno tersenyum dan menatap Renjun dengan penun bergairah, "Apakah kau sudan siap untukku Rena" jemar Jeno mengusap ujung payudara Renjun dengan lembut.

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Where stories live. Discover now