16 || Kecelakaan

3.5K 421 15
                                    

[ REMAKE ]

.

.

Jeno menggandeng tangan Renjun dengan formal ketika memasuki
restoran itu, sang kepala restoran
sendiri yang menyapa mereka dan
mengantarkan mereka berdua ke meja yang sudah disiapkan.

Jeno tampak akrab dengan
kepala restoran itu, seorang lelaki
Prancis dengan logat Prancis yang
kental. Sesekali Jeno berbicara
dalam bahasa Prancis yang lancar dan tersenyum menanggapi perkataan kepala restoran itu.

Dari informasi yang pernah di dapat Renjun, ayah Jeno adalah orang
Korea dan ibunya keturunan Prancis,
mungkin ini sebabnya Jeno lancar berbahasa Prancis, meskipun itu bukan urusannya.

Renjun cepat-cepat mengalihkan pikirannya dari Jeno.

Ketika kepala restoran itu pergi, Jeno menarikkan kursi untuk Renjun dan duduk di depan Renjun.

"Restoran ini milik ibuku," Jeno
menatap kepergian kepala restoran
itu, "Siwon adalah asisten ibuku sejak lama, dia mencintai restoran ini seperti mencintai hidupnya."

Renjun terdiam menatap Jeno. Orangtua Jeno juga telah meninggal, itu yang dia tahu. Tetapi entah kenapa, informasi tentang orang
tua Jeno itu tersimpan rapat, jauh
sekali hingga tidak ada seorangpun
yang bisa menggalinya.

Seorang pelayan datang dan Jeno memesan dalam bahasa Prancis yang fasih.

Ketika hidangan pembuka datang, Renjun terpesona dengan tampilannya. Jeno menjelaskan bahwa makanan itu adalah L'imperial de saumon marine yang ternyata adalah filet salmon asap. Ditemani dengan creme, potongan jeruk citrus dan roti baggue. Penyajiannya begitu indah, seperti hamparan padang
pasir di atas piring lengkap dengan
suasana eksotisnya.

Renjun menyuap pertama kalinya dan mendesah, merasakan creme itu meleleh dimulutnya dan menciptakan
cita rasa yang bercampur baur antara kemanisan dan kelembutan yang niknmat.

Tak disadarinya bahwa Jeno menatap ekspresinya itu dengan tatapan kelaparan. Suasana hati.Jeno luar biasa buruknya, hasratnya yang tidak terlampiaskan membuatnya
frustrasi luar biasa. Dia amat sangat
ingin meledak di dalam tubuh Renjun.

Jeno memesan anggur Chardonnay
sebagai teman makan mereka, sambil
berharap malam ini Renjun sedikit mabuk sehingga mengendorkan pertahanannya. Tetapi pikiran bercinta dengan Renjun dalam kondisi perempuan itu mabuk sama sekali tidak menyenangkannya, dia ingin perempuan itu sukarela melingkarkan
pahanya ketika tubuh mereka bersatu.

Saat itu akan datang pada akhirnya,
kalau Jeno mau bersabar dan menundukkan perempuan keras ini pelan-pelan.

Hidangan utama datang, yakni Parmentier de canard et son bouquetde verdure, hidangan daging bebek yang dipanggang hingga cokelat muda dan berminyak bersama dengan kentang lembut yang dihancurkan, dan disajikan bersama semangkuk salad.

Rasanya luar biasa lezat dengan paduan bumbu-bumbu yang tidak biasa dan khas, membuat Renjun terpesona akan cita rasa masakan khas Prancis ini.

'Pantas saja restoran ini dianugerahi lima bintang.'

"Kau menyukainya?" dalam cahaya
lampu yang temaram, Jeno tampak
lebih lembut. Garis kejam di bibirnya
tampak memudar dan itu membuatnya tampak lebih santai.

Renjun ingin membantah, tetapi tidak ingin merusak suasana indah ini. Terkurung selama berminggu-minggu didalam kamar terkutuk itu dan sekarang entah kenapa Jeno berbaik hati membawanya keluar -meskipun dengan pengawalan ketat- Renjun sempat melirik ke arah bodyguard-bodyguard Jeno yang berdiri seperti biasa diakses pintu keluar.

Renjun menganggukkan kepalanya.
Dia memang sangat menikmati semua ini, bukan hanya makanan -meskipun makanan di rumah Jeno tidak kalah nikmatnya- tetapi bisa makan dengan pemandangan bebas, bukan pintu kamar dan ruangan yang selalu terkuncisetiap hari.

"Bagus," Jeno bergumam
puas, lalu memanggil pelayan untuk
menghidangkan hidangan penutup, dan kopi, "Aku ingin gencatan senjata."

Renjun mengalihkan pandangan
tertariknya pada hidangan penutup
yang baru datang itu. Itu adalah crème brülée, hidangan cantik dari krim yang dibakar di permukaan atasnya sehingga membentuk lapisan karamel renyah tapi lembut dibagian bawahnya.

"Gencatan senjata?" ketika menyadari
arti dari kata-kata Jeno, Renjun
waspada sepenuhnya.

"Aku akan memperlakukanmu dengan baik. Bukan sebagai tawanan, tetapi
sebagai kekasihku. Menurutku kita bisa menjalin hubungan kerjasama yang Cukup baik."

Renjun tergoda.

Bukan, bukan tergoda menjadi kekasih Jeno, tetapi tergoda akan janji itu, bahwa Jeno tidak akan memperlakukannya sebagai tawanan, yang berarti akan melonggarkan keamanan ketat yang selama ini menjaganya.

Itu berarti kesempatannya untuk melarikan diri akan...

Jeno sepertinya bisa membaca
pikiran Renjun dari raut wajahnya,
bibirnya mengetat marah dan lelaki itu menggeram.

"Lupakan saja!" dengan Marah Jeno
melempar serbetnya, lalu berdiri,

"Jisung!"

Dengan cepat Jisung menyiapkan
mobil Jeno, dan Renjun mendapati
dirinya ditarik pergi meninggalkan rumah makan itu.

Ketika mereka dalam perjalanan pulang suasana hati Jeno tampaknya
lebih buruk dari sebelumnya, Renjun
mengernyit menatapnya. Apakah
Jeno selalu melalui hari-harinya
dengan marah-marah seperti ini?

Perjalanan itu berlangsung sedikit lama dan Renjun sudah mulai mengantuk, mungkin karena pengaruh anggur dan makanan tadi.

Renjun mulai memejamkan mata dan godaan untuk tidur terasa sangat nikmat.

"Rena!l" teriakan itu mengejutkan
Renjun dan membuatnya terperanjat
kaget, ketika sadar dia merasakan dirinya ada dalam dekapan Jeno,
didekap dengan begitu kuat hingga
merasa sakit.

Seluruh tubuh Jeno melingkupinya seolah melindunginya.

Melindunginya dari apa?

Sekejap kemudian, mereka berguling
dan benturan keras mengenai
kepalanya, membuat semuanya gelap
dan Renjun tidak ingat apa-apa lagi.

.

.

#to be continue

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Where stories live. Discover now