37 || Logan Lee

4.7K 407 23
                                    

[ REMAKE ]

.

.

Entah berapa jam proses operasi yang menyiksa itu, sampai Jeno pun
duduk dengan seluruh tubuh menegang dan tersiksa.

Jisung masih setia menungguinya, sementara Jaemin sudah berpamitan karena putrinya sedari tadi
sudah tidak nyaman berada di rumah
sakit. Jaemin bilang dia akan kembali
besok pagi.

Tiba-tiba saja terdengarlah suara tangis bayi. Tangis bayi yang sangat kuat dan keras, seakan memompa seluruh udara yang ada ke dalam paru-parunya.

Jeno terkesiap dan saling
berpandangan dengan Jisung, tubuhnya semakin menegang.

Apakah itu suara
anaknya?

"Tuan Jeno, mari masuk." panggil seorang perawat yang baru saja keluar dari dalam ruang operasi.

Jeno masuk ke ruangan dalam dibagian ruang persiapan operasi, yang menjadi pembatas antara ruang tunggu dengan ruang operasi.

"Ini putra Anda Tuan Jeno, kami
menunjukkannya sebelum dia dibawa ke kamar bayi."

Bayi itu menangis begitu keras,
seolah-olah memprotes kenapa dia direnggut dari kehangatan yang nyaman di perut ibundanya ke dunia yang penuh marabahaya ini.

Jeno mengamati bayi itu dengan
takjub, makhluk kecil tak berdaya itu
yang selama ini tumbuh di perut Renjun, darah dagingnya yang tumbuh dari percintaannya dengan Renjun. Makhluk itu begitu tak berdaya, dan ingatan bahwa Jeno memusuhinya dulu terasa begitu konyol.

Anak laki-laki ini anaknya. Buah cintanya dengan Renjun.

Perawat itu menunjukkan alat kelamin bayi itu, anaknya adalah laki-laki. Dan
wajahnya itu, wajah yang bahkan
sudah menunjukkan kemiripannya
dengan seluruh keturunan keluarga
Lee.

Sejenak Jeno masih tertegun
di sana, lalu teringat kepada Renjun.
Bagaimana kabar istrinya?

"Suster." Jeno memanggil
perawat itu, dan berusaha agar tidak
terdengar panik, " Bagaimana dengan istri saya?"

Suster itu melirik ke ruang operasi,
"Masih belum sadar Tuan, kondisinya cukup stabil meskipun kita tidak tahu apa yang akan terjadi di waktu mendatang, Anda bisa menengoknya nanti ketika dia sudah dipindahkan dari ruang operasi ke ruang ICCU." kemudian perawat itu pergi meninggalkannya, memaksanya menunggu ke dalam ketidakpastian yang menyiksa lagi.

Kalau dulu, Jeno pasti akan membentak, memaksa, dan menggunakan cara kasar agar bisa
dituruti kemauannya. Tapi sekarang
tidak, Jeno yang sekarang sudah
berbeda dari Jeno yang dulu.

Semua ini adalah berkat Renjun. Sekarang Jeno hanya harus menahan dirinya. Karena dia tahu, mereka sedang menyelamatkan Renjun.

Dia tidak boleh mengganggu mereka,
karena nyawa Renjun-lah taruhannya.

•••

Renjun sudah dipindahkan ke ruang
ICCU. Di ruang ICCU sangat sepi, hanya ada Renjun dan suara detak jantungnya yang dimonitor.

Renjun masih belum sadarkan diri, dan menurut penjelasan dokter tadi, kondisinya masih belum
lepas dari kritis.

Jeno duduk di samping ranjang Renjun, sambil mengamati wajah Renjun yang terbaring pucat pasi. Dia pernah mengalami ini sebelumnya dan ternyata Injun tidak pernah terbangun lagi.

Akankah Renjun melakukan hal yang
sama pada dirinya?

"Kau tidak boleh meninggalkanku Renjun."

Jeno menggeram parau, "Kau tidak boleh meninggalkanku sebelum aku mengizinkanmu, putra kita menunggu di sana, dia ingin disusui jadi kau harus bangun dan menyusuinya, juga membantunya tumbuh menjadi anak yang sehat."

Jeno lalu menyentuh jemari Renjun
dan menggenggamnya, "Maafkan aku karena selalu memaksamu, menyakitimu, bahkan ketika kau mengandung anakku, aku tidak
penah memperhatikanmu seperti
seharusnya."

Dengan lembut Jeno mengecup jemari Renjun dan berujar
kembali, "Bangunlah sayang, dan akan kutebus semua kesalahanku."

Hening.

Hanya suara monitor jantung
yang terdengar teratur di ruangan itu, Jeno menggenggam jemariRenjun semakin erat, "Bangun sayang, apakah kau akan tega meninggalkanku dan putra kita? Kau bahkan belum memberinya nama, akan aku panggil apa dia?"

Jeno tidak pernah menangis
sebelumnya, tetapi kebisuan Renjun
yang begitu berbeda dengan kesehariannya yang berapi-api
membuatnya merasakan aliran dingin
merayapi benaknya. Ketika kemudian ada sebuah tetesan hangat yang mengalir di sudut matanya tanpa permisi, "Aku mencintaimu Renjun. Aku bersumpah akan mengabdikan
seluruh kehidupanku kepadamu jika kaumau bangun dari tidur pulasmu yang menakutkan ini. "

Air mata Jeno menetes di jemari
Renjun. Membuat jemari Renjun langsung bergerak-gerak. Bersamaan dengan itu, bulu mata Renjun pun ikut bergerak, dan itu sontak membuat
Jeno terpaku.

Lalu setelah penantian yang sepertinya terasa seumur hidup, mata Renjun terbuka dan langsung menatap mata Jeno yang basah, "Kenapa...kau...menangis... ?"

Pertanyaan Renjun membuat Jeno langsung memasang mukanya sedatar mungkin meskipun perasaannya meluap-luap, "Mataku kemasukan debu."

"Oh." Renjun memejamkan matanya lagi, sepertinya percakapan singkat itumembuatnya lelah, "Anakku?"

"Dia laki-laki kecil yang sehat dan sempurna, tangisannya sangat keras membuat para suster harus menutup telinga dengan kapas ketika mengurusnya."

Renjun tersenyum, dan mencoba membuka matanya lagi, "Namanya"

"Apa Renjun?"

"Aku mempersiapkan namanya" Suara Renjun melemah, "L-Logan.."

"Logan?" Jeno mengerutkan keningnya, dari sekian banyak nama,
kenapa Renjun memilih nama Logan?

Renjun tersenyum lemah, "Seorang p-pemberani.. dia..putra dari...seorang...malaikat..."

'Aku iblis yang jahat, Rena! Bukan
malaikat!' Batin Jeno berteriak
keras.

Setelah semua yang dia lakukan
kepada Renjun, perempuan itu masih
menganggapnya sebagai malaikat?

"Men..cin"

"Apa Rena?" Jeno berusaha mendekatkan telinganya ke bibir Renjun karena suara Renjun semakin lemah.

"Aku...mencintaimu -Jeno."

Lalu Renjun kembali tak sadarkan diri
meninggalkan Jeno kembali dalam
tidur lelapnya.

Air mata mengalir lagi di mata Jeno,
mata seorang iblis yang telah disentuh
oleh sang malaikat.

Renjun salah, Jeno bukanlah malaikat. Renjun adalah malaikatnya. Dan pernyataan cinta Renjun membuat dada Jeno terasa sesak. Sesak oleh perasaan meluap-luap yang tak pernah bisa terungkapkan sebelumnya.

.

.

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Where stories live. Discover now