02 || Balas Dendam

4.8K 516 26
                                    

[ REMAKE ]

.

.

"Lepaskan dia!"

Suara dingin Jeno terdengar di keheningan. Orang-orang masih diam menunggu, memusatkan perhatian kepada apa yang akan dilakukan lelaki yang terkenal luar biasa kejam itu pada perempuan yang berani menamparnya.

Seketika itu juga, bodyguard Jeno
yang berbadan kekar melepaskan
Renjun, membuatnya hampir terjatuh karena kelelahan meronta-ronta.

Mereka berdiri berhadap-hadapan dibawah tatapan mata banyak orang
yang menanti. Jeno yang masih berdiri dengan wajah dingin tak berekspresi sambil mengusap pipinya
yang terdapat bekas tamparan Renjun.

"Berapa hargamu?"

Suara Jeno terdengar tenang dan dingin. Mata Renjun membelalak.

Harga? Apa yang dibicarakan lelaki ini? Matanya melirik ke gelas minuman Jeno yang sudah diracuninya di meja."Sialan. Semuanya berantakan!"

Serunya menahan kekesalan pada
dirinya sendiri. Semua gara-gara dia tidak bisa menahan kebenciannya. Seharusnya ketika Jeno melecehkannya, dia bisa menahan diri dan berpura-pura menjadi perempuan murahan, seharusnya dia mau berkorban menahan perasaannya. Setidaknya ketika dia menurut, Jeno mungkin akan merasa senang dan lengah, lalu meminum minumannya itu dan mati.

Tetapi sekarang semua sudah terlambat, Jeno tampak tidak tertarik lagi pada minumannya dan tertarik sepenuhnya kepada Renjun.
Lagipula Renjun tidak bisa berpura-pura menyukai Jeno, kebenciannya terlalu dalam pada lelaki itu.

Park Siyeon, primadona di bar ini
mendekati Jeno dengan tatapan
merayu. Dialah biasanya yang dipilih
Jeno untuk menemani lelaki itu
minum ketika berkunjung, dan sekarang hatinya dipenuhi kecemburuan karena Jeno tampak begitu tertarik kepada anak baru itu. Padahal kalau dilihat dari kecantikannya, anak baru itu jauh lebih jelek dibandingkan dirinya.

"Sudahlah Jeno.. " tangan Siyeon menyentuh kerah baju Jeno.

"Perempuan jelek itu tidak akan bisa memuaskanmu, lebih baik biarkan aku yang menemani.. aduhhh!"Siyeon mengaduh karena Jeno merenggut tangannya yang meraba kerah baju Jeno. Jemari Jeno mencengkeramnya dengan kekuatan
tak ditahan-tahan lagi, Menyakitinya
hingga terasa menusuk ke tulang.

"Menyingkir." Gumam Jeno dengan tatapan membunuh pada Siyeon, lalu menghempaskan tangan Siyeon dengan kasar sehingga tubuh Siyeon terdorong menjauh.

Sambil meringis menahan sakit dan kesakitan, Siyeon lekas-lekas menjauh.

"Nah." Jeno memusatkan mata
dinginnya kembali ke Renjun, "katakan berapa hargamu, dan aku akan membayarnya."

'Aku harus memiliki perempuan ini.'Jeno memutuskan dalam hati, 'ya.
Aku harus memilikinya segera'.

Tuhan tahu dia sudah berusaha menyelamatkan perempuan ini. Tetapi entah kenapa perempuan satu ini memiliki tekad yang kuat untuk mencelakainya, hingga lupa bahwa dia sudah menantang lelaki paling
berbahaya.

Mata Jeno melirik gelas yang
diletakkan Renjun di mejanya. Dia tahu kalau dia diracuni. Renjun terlalu tidak berpengalaman dalam usaha
pertamanya membunuh orang.
Tangannya gemetaran dan matanya
gugup, berkali-kali melirik ke gelas
minuman itu.

Dan juga nama palsu yang menggelikan itu. Renjun bahkan tidak
menyadari bahwa penyamarannya
sudah terbongkar dari awal.

Sebenarnya tadi Jeno memutuskan untuk menertawakan Renjun diam-diam, dengan pura-pura akan meminum minuman beracun itu. Tapi
bibir ranum itu, dan penampilan Renjun yang luar biasa seksi memunculkan sisi iblis dalam dirinya, sisi iblis yang kehausan.

Mungkin sudah waktunya
perempuan yang satu ini menerima
pelajaran atas kenekatannya.

Renjun tertegun marah mendengar pelecehan Jeno atas dirinya.

Berapa harganya? Hah! Dia pikir dia
raja yang bisa membeli apa saja yang
dia mau? Lelaki iblis ini harus diajari,bahwa meskipun banyak perempuan yang bertekuk lutut dikakinya dan memohon-mohon untuk dimilikinya, ada satu perempuan yang tidak sudi disentuh oleh dirinya.

"Yaitu aku!"

Dengan marah Renjun mendongakkan dagunya menantang Jeno. "Saya lebih memilih mati daripada menjual diri
kepada anda." Gumamnya kasar.

Suara diseluruh klub itu langsung dipenuhi degungan gelisah menanti reaksi Jeno. Tidak disangka-sangka Jeno tersenyum. Lalu melirik ke arah
bodyguardnya. "Tidak ada sesuatupun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya." Gumamnya datar dan memberikan isyarat tangannya kepada para bodyguardnya.

Semuanya berlangsung cepat, Renjun tidak sempat lari ataupun panik, karena tiba-tiba bodyguard Jeno yang berbadan paling besar, mengangkatnya kasar lalu
membantingnya dipundaknya seperti
sekarung beras. Sekejap dipenuhi
rasa pusing karena posisi kepalanya dibalik mendadak.

Renjun tersadar bahwa dia sudah diangkat keluar dari klub itu. Sekuat tenaga Renjun mencoba memberontak, tangannya
memukul-mukul punggung bodyguard itu dan kakinya menendang-nendang keras sambil berteriak-teriak menahan marah dan frustasi. Tetapi tubuh bodyguard itu sekeras batu, tidak bereaksi atas pemberontakan Renjun.

Percuma meminta tolong, karena
Renjun yakin tidak akan ada yang berani menolongnya. Semua pengunjung klub yang pengecut itu hanya menatap kejadian di depan mereka dengan muka bodohnya.

Sang pemilik klub masih memandang takjub Jeno yang melenggang dengan santai meninggalkan ruangan dengan Renjun yang meronta-ronta dan menjerit-jerit dalam gendongan bodyguardnya.

Sesampainya di tempat parkir Renjun diturunkan, sedetik setelah dia diturunkan, Renjun hendak berlari sekuat tenaga berusaha menjauh, tetapi baru beberapa langkah, tangan sekeras batu itu menangkapnya lagi.

Renjun meronta tapi tak bisa berontak. Dia frustasi. Akhirnya munculah ide cemerlang di otaknya. Dia menggigit sekuat tenaga tangan yang mendekapnya itu.

Sang bodyguard mengaduh sambil mengumpat-umpat, sedangkan Jeno hanya menatap kegaduhan di depannya sambil terkekeh
geli.

Renjun mencoba berontak, menggigit, dan menendang sampai kelelahan. Dia menatap Jeno terengah -engah dengan pandangan penuh kebencian, masih dalam cengkeraman kuat tangan bodyguard jeno.

Jeno membalas tatapannya dengan
senyum manis yang jahat. "Kalau kau
berjanji mau bersikap baik, mungkin
aku akan menawarimu tempat yang
nyaman, di sebelahku di dalam mobil."

"Mati saja kau!" Sembur Renjun penuh kemarahan.

Jeno terkekeh lagi. "Oke, kau
yang minta."

Dengan isyarat anggukan
kepala Jeno memerintahkan para
bodyguardnya.

"Masukkan dia ke bagasi!"

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Where stories live. Discover now