08 || Belum Saatnya

3.9K 450 7
                                    

[ REMAKE ]

.

.

Jeno keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kuyup. Dan seluruh
pakaiannya yang basah teronggok di
lantai.

Sebuah gerakan di sudut kamar
membuatnya menoleh, Jisung berdiri di sana, bekas-bekas pukulan Jeno masih menimbulkan memar-memar di sana sini, tetapi lelaki itu sepertinya sudah diobati.

"Bagaimana dia?" tanya Jeno
dingin.

"Dokter sedang menanganinya,
paru-parunya kemasukan cairan. Anda sendiri Tuan Jeno, apakah anda
tidak apa-apa? Terjun dari lantai dua seperti itu hanya untuk menyelamatka nperempuan itu?." Jeno melirik pada Jisung dengan tatapan tajam, lalu meraih handuk untuk menggosok rambutnya yang basah,

"Tadinya aku berniat membunuhnya."

"Kalau begitu, kenapa Anda
menyelamatkannya?"

Jeno membalikkan tubuhnya
dan menatap Jisung dengan mata
menyala-nyala, "Karena aku memutuskan, belum saatnya dia
mati," mata cokelat Jeno
bagaikan berbinar di kegelapan,

"dan kau, kenapa kau sengaja membiarkannya lolos?"

Jisung menatap Jeno, tampak
ada keterkejutan di matanya meskipun sekejap kemudian dia langsung memasang wajah datar.

"Saya tidak sengaja membiarkannya lolos."

"Kau pikir aku bodoh?" suara
Jeno menajam, setajam tatapannya
pada Jisung.

"Kau adalah bodyguardku yang paling berpengalaman, tak mungkin
kau bisa diperdaya gadis itu, kecuali
kau memang membiarkan dirimu diperdaya."

Jisung menelan ludahnya, "Saya ingin
membebaskannya, saya takut dia akan membawa masalah untuk kita."

Jeno melempar handuknya dengan marah ke sofa,

"Dalam dua hari ini kau sudah dua kali mengambil keputusan sendiri dan menentangku,-

-dengarkan ini baik-baik Jisung.."
Tatapan Jeno dalam dan mengancam,

"Sekali lagi kau membuat kebodohan
yang merepotkanku, bukan hanya
pukulan yang kau dapat, aku akan segera menghabisimu secepat yang aku bisa!"

Suara ancaman itu masih menggema
di kegelapan, bagaikan janji lblis yang
memanggil-manggil meminta nyawa.

•••

Ketika Renjun terbangun, yang dirasakannya pertama kali adalah
rasa sesak di dadanya, dia menggeliat
panik, mencoba menarik napas sekuat-kuatnya, dalam usahanya mencari oksigen sebanyak-banyaknya.

"Tenang, kau sudah ada di daratan,kau bisa bernafas secara normal."

Suara Jeno membawa Renjun
kembali pada kesadarannya. Dengan waspada dia menoleh dan
mendapati Jeno sedang duduk di
tepi ranjangnya, Renjun beringsut sejauh mungkin dari Jeno dan tingkahnya itu memunculkan secercah cahaya geli di mata Jeno.

"Apakah kau takut padaku setelah kejadian tadi?" nada gelipun tersamar
dalam suara Jeno.

'Kurang ajar!' Batin Renjun dalam hati.

Dia berjuang meregang nyawa,dan lelaki ini malah duduk disini menertawainya.

Tetapi, apakah benar Jeno yang terjun ke kolam waktu itu dan menyelamatkannya?

Kenapa? Bukankah jelas-jelas dalam kemarahannya Jeno sudah
memutuskan untuk membunuhnya?
Kenapa lelaki itu berubah pikiran?

"Ya aku memang menyelamatkanmu." Jeno bergumam seolah-olah bisa membaca pikiran Renjun, "tetapi itu bukan demi dirimu, itu demi kepuasanku."

Renjun menatap Jeno geram, "Apa maksudmu?"

Dengan tenang lelaki itu melepas dasinya, gerakannya pelan tetapi mengancam hingga tanpa sadar Renjun bergidik dan beringsut menjauh.

"Aku tidak suka bercinta dengan mayat."

Senyum di bibir Jeno tampak kejam, "kau lebih nikmat kalau hidup dan bernafas."

Ketika Renjun menyadari maksud
Jeno, sudah terlambat. Lelaki
itu mencengkeram kedua lengannya
dengan satu tangan. Kekuatan Renjun
tidak sebanding dengan kekuatan
tubuh Jeno yang besar dan kuat
di atasnya, dengan mudahnya lelaki itu mengikat kedua pergelangan tangannya dengan ikatan mati yang sangat rapi, lalu menalikannya di kepala ranjang.

"Kau... Kau mau apa?!" Renjun mulai
panik ketika Jeno yang setengah
duduk di atasnya membuka kancing
kemejanya.

Senyum Jeno tampak penuh kepuasan melihat kondisi Renjun yang
tidak berdaya, Lelaki itu membuka
seluruh kancing kemejanya sehingga
dada dan perutnya yang berotot terlihat.

Sejenak, Renjun terpana melihat kulit berwarna perungggu yang berkilauan bagai satin itu, tetapi kemudian dia sadar bahwa dia ada dalam kondisi genting,

Dengan panik Renjun mulai meronta dan menendang, sedapat mungkin bergerak untuk melepaskan diri. Tapi percuma, ikatan Jeno ke tangannya sangat kuat, dan dalam kondisi terikat seperti itu, Renjun benar-benar tak berdaya.

"Semalam kau bercinta denganku, panas dan memabukkan...tapi kau mungkin tak bisa mengingat dengan jelas dan aku tak suka itu-"

Suara Jeno merendah, penuh gairah.

"-Malam ini, akan kubuat kau mengingat setiap detiknya."

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Where stories live. Discover now