29 || Surat-Surat

2.9K 383 13
                                    

[ REMAKE ]

.

.

Renjun luar biasa menikmati hari pertama dalam kebebasannya.

Rumah mungil yang dikontraknya masih tertata rapi seolah-olah tidak pernah ditinggalkan sebelumnya.

'Mungkinkah Jeno mengirimka norang-orangnya untuk membersihkan rumah ini?'

Renjun menggelengkan kepalanya dan mencoba menghapus bayangan Jeno dari pikirannya. Dia harus melupakan lelaki itu dan melangkah maju.

Pagi ini yang dilakukan oleh Renjun pertama kali adalah memeriksa kulkasnya. Renjun mengerutkan kening ketika menemukan kulkasnya penuh dengan bahan makanan.

"Ini pasti pekerjaan lelaki itu." gumam  Renjun tanpa menyebut nama Jeno demi usahanya utuk meupakannya.

Diambilnya sayuran, daging sapi, dan telur. Lalu dia membuat tumis daging
dengan sayuran dan telur yang berbau harum. Setelah menuang masakan harum itu dari wajan, Renjun menuang teh hangat yang sudah diseduhnya tadi pagi ke cangkir berwarna putih, dan meletakkan semuanya di meja.

Sambil menyantap makanannya, Renjun menyalakan Komputer. Hal pertama yang narus dilakukannya adalah mencari pekerjaan, karena Renjun harus bertahan hidup seperti semula.

Seingat Renjun, dirinya masih punya tabungan di rekeningnya, tidak banyak.memang dan hanya cukup untuk bertahan hidup selama satu sampai dengan dua bulan, itu pun setelah dikurangi pembayaran kontrak rumah kecil ini secara bulanan.

Setelah itu, Renjun harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri sekaligus membayar tempat tinggalnya. Kalau Renjun tidak
bisa melakukannya, dia akan menjadi gelandangan.

Jadi, waktunya untuk mencari pekerjaan sangatlah sempit. Hal
kedua yang harus dilakukannya adalah mengambil uang tabungannya, mungkin nanti slang dia akan ke bank.

Renjun menghirup teh nya yang terasa harum dan meneguknya dengan tegukan panas yang nikmat. Lalu mulai menyantap sarapannya sambil membuka situs pencari pekerjaan di Komputernya.

Mata Renjun bergerak cepat dan mencatat dengan pena ketika menemukan sesuatu sembari menghabiskan sarapannya.

Ketika Renjun selesai melakukan kegiatannya, waktu sudah hampir jam dua belas siang. Renjun teringat bahwa dia harus pergi ke bank.

Dengan bergegas, Renjun mengambiI tas kecinya dan hendak keluar rumah sebelum akhirnya ada yang mengetuk pintunya. Seketika Renjun waspada. Dia tak pernah punya teman sebelumnya. Jadi, itu tidak mungkin teman yang bertamu.

Lagipula, dalam penyamarannya waktu itu karena berencana membalas dendam kepada Jeno, tidak banyak yang tahu kalau
Renjun tinggal di rumah mungil ini.

'Apakah itu musuh Jeno yang ingin
mencelakaiku?'

Renjun bergidik ngeri. Kemudian menggelengkan kepalanya,
berusaha menenangkan diri. "Tidak, Jeno pasti sudah mengurus masalah itu sebelum memutuskan melepaskanku."

Jadi, siapa yang sedang mengetuk pintunya saat ini?

Dengan hati-hati, Renjun mengintip melalui jendela sebelah dan menemukan seorang lelaki dengan setelan jas mahal dan resmi berdiri di depan pintunya. Dari penampilannya, tampaknya lelaki itu lelaki baik-baik.

Tetapi penampilan bisa menipu bukan?

Renjun masih tidak bisa percaya bahwa lelaki yang begitu baik adalah psikopat berjiwa kejam.

Renjun meraih pisau dapur dan
membuka pintu dengan hati-hati, membiarkan rantai tetap menahan pintu itu.

"Siapa?" Renjun menatap pria tampan dalam balutan jas rapi itu sambil mengerutkan keningnya.

"Selamat siang, Anda Nona Renjun?Saya Seo Haechan, pengacara yang dikirim kemari."

"Pengacara? Pengacara untuk apa?Saya tidak berkaitan dengan masalah hukum apapun." Renjun masih mengintip dari pintu sambil menatap Haechan dengan curiga. Renjun
masih belum mau membukanya, dia takut kalau kejadian waktu itu terulang kembali.

"Saya dikirim untuk menyerahkan
dokumen-dokumen kepada Anda." Haechan tampak berdehem
memikirkan sesuatu, "Anda mungkin tidak mengenal saya, tapi saya teman Mark dan Jaemin."

Renjun tertarik, "Apakah Jaemin yang
mengirimmu kemari?"

"Sayangnya bukan, meski Jaemin
menitip salam dan berharap kalian bisa bertemu di lain kesempatan." Haechan mengangkat bahu, "Saya
dikirim oleh Tuan Jeno."

Renjun mengernyitkan kening. Setelah
berpikir sejenak, dia berpendapat
bahwa lelaki yang mengaku pengacara ini tampak meyakinkan.

Dia meletakkan pisaunya dan masih dengan waspada dia membuka pintunya.

"Boleh saya masuk? Anda tenang saja, saya bukan orang jahat." Haechan tersenyum dengan gaya profesional.

Renjun mempersilahkannya masuk,
dan dia duduk menatap lelaki itu yang
sedang mengeluarkan berkas-berkas
yang tampak penting dari tas kerjanya.

"Ini adalah surat kepemilikan rumah ini, Tuan Jeno telah membelinya atas nama Anda. Dan ini nomor rekening yang dibukakan Tuan Jeno atas nama Anda, seluruh kelengkapannya ada di dalam amplop, Anda tinggal menggunakannya saja."

Haechan meletakkan berkas-berkas itu dalam map yang terbuka di atas meja lalu tersenyum lagi, "Saya
hanya diperintahkan menyerahkan
berkas-berkas ini kepada Anda. Kalau semua sudah lengkap, saya akan
berpamitan." Lelaki itu beranjak dari duduknya meninggalkan Renjun yang
masih menatap kertas-kertas di meja itu dengan kaget.

'Surat rumah? Rekening tabungan?'

Matanya melirik sekilas pada
kertas-kertas itu. Memang benar kalau semua benda yang ada di atas meja itu  atas namanya.

"Tunggu dulu! Saya tidak
tahu sebelumnya tentang surat-surat ini! Saya tidak bisa menerimanya!"

"Nona." Haechan menyela, dia
sudah siap pergi dari rumah itu, "Saya
hanya menyampaikan apa yang
ditugaskan kepada saya. Kalau Anda
ada pertanyaan, mungkin Anda bisa
menghubungi langsung Tuan Jeno."

Haechan pun pergi meninggalkan
Renjun yang masih tercenung dan
bingung menatap berkas-berkas di
depannya.

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang