36 || Kritis

4.2K 387 18
                                    

[ REMAKE ]

.

.

Ketika Jeno menerima telepon, dia sedang berada ditengah meeting penting. Dia langsung melupakan semuanya dan meluncur secepat kilat ke rumah sakit tempat Renjun dibawa.

Jeno berlari ke ruang gawat darurat dan hampir bertabrakan dengan Jisung. Nafas Jeno terengah dan menatap Jisung yang tampak pucat dan cemas.

Jeno melihat darah, darah di lengan dan baju Jisung yang kebetulan berwarna putih itu, "Kenapa ada darah di bajumu?" suara Jeno bergetar, menahan perasaan cemas yang ingin meledak.

"Ny...Nyonya pendarahan. Saya menggendongnya..."

"Pendarahan?"

Kenapa ada darah?
Mau tak mau ingatan Jeno melayang ke masa bertahun-tahun lalu ketika Injun mengalami keguguran, pendarahan yang sama, dan kesakitan yang sama.

"Di mana Rena!"

"Dokter masih menanganinya, Tuan."

Jeno." suara Jaemin yang lembut mengalihkannya, "Kondisi Renjun kritis,dokter bilang ada yang salah dengan posisi plasentanya, dan mengakibatkan pendarahan. Mereka sedang berusaha mengeluarkan bayinya."

"Bagaimana dengan Rena?" Suara Jeno bagaikan erangan menahan siksaan.

"Renjun tidak sadarkan diri sejak dibawa ke ambulance, Jeno."Jaemin memandang Jeno cemas, "Mereka sedang berusaha di dalamnsana." Jaemin menoleh pada ruangoperasi di sudut dengan lampu merah yang menyala di atasnya, "Yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa."

Berdoa?

Jeno sudah lama tidak berdoa, dia pernah berdoa sebelumnya. Jiwanya yang kelam ini dulunya putih bersih.

Percaya bahwa yang namanya Tuhan itu ada dan selalu tersedia untuk menolongnya. Tetapi Tuhan ternyata tidak ada ketika Injun yang dulu dicintainya meregang nyawa. Tuhan tidak ada. Itulah yang dipercaya Jeno setelah menguburkan Injun, sekaligus menguburkan seluruh kepercayaan yang dulunya pernah dipegangnya.

Jeno membuang hatinya, menjadi manusia berjiwa kelam yang jahat, dan kemudian lama kelamaan wataknya berubah menjadi kejam.

Tidak ada yang bisa menyentuh belas kasihan Jeno, tidak ada lagi. Sampai ayah Renjun datang dan menunjukkan foto anaknya untuk ditawarkan padanya. Jeno menyadari kemiripan itu, meskipun penampilan Renjun di foto berbedadengan Injun, dengan kacamata tebal dan potongan rambut kunonya.

Jeno tidak menampik, ketika membuat perjanjian pernikahan di usia Renjun yang ke dua puluh lima itu murni karena ingin menjadikan Renjun sebagai pengganti Injun. Tetapi kemudian entah kenapa Jeno jatuh cinta kepada Renjun, entah sejak kapan Jeno tidak tahu.

Mungkin sejak dia selalu menerima foto-foto hasil pengintaian dari Jisung yang membuatnya sadar bahwa Renjun telah berkembang menjadi perempuan yang mandiri.

Mungkin setelah percintaan yang dahsyat dimalam pertama itu, atau mungkin juga setelah penikahan mereka, Jeno tidak tahu.

Yang dia tahu pasti, Renjun tersimpan di hatinya. Hati yang dulu sudah dia buang, ternyata selama ini hatinya masih ada di sana, menunggu untuk diisi kembali. Dan sekarang, istri dan anaknya sedang meregang nyawa di ruang operasi.

Yang bisa Jeno lakukan hanyalah menunggu di sini seperti orang bodoh. Bahkan Jeno selalu menutup mata, berpura-pura bahwa dia tidak mengakui keberadaan anak itu, selalu mengalihkan mata ketika menatap perut Renjun yang semakin dan semakin membuncit setiap harinya.

Renjun berjuang sendirian selama masa-masa kehamilannya. Sangat jauh dari yang dilakukannya ketika Injun mengandung, dia merawatnya dan menjaganya di setiap langkahnya. Memastikan Injun sehat dan bahagia di setiap detiknya.

Dan sekarang, kepada Renjun, istrinya yang sesungguhnya sangat dicintainya, Jeno telah berbuat luar biasa jahat. Bagaimana jika nanti tidak ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya? Jika Tuhan benar-benar ada, Jeno rela berdoa di setiap detiknya demi keselamatan Renjun.

"Kalau Renjun tidak dapat diselamatkan..." Suara Jeno tertelan di tenggorokannya, "Aku belum pernah bilang kalau aku mencintainya."

Jisung menundukkan kepalanya, dia tidak tahu bagaimana caranya menghibur Tuannya yang sedangc emas.

Sementara Jaemin diam-diam menyusut air matanya. Jadi Jeno yang katanya begitu kejam dan jahat, ternyata mencintai istrinya, mencintai Renjun.

Dengan sepenuh hatinya Jaemin berdoa.

'Kau harus hidup Renjun, suamimu di sini mencemaskanmu. Dia kelihatan sangat menderita, dulu dia jahat dan kejam dengan hati yang hitam, tetapi kau telah sedikit demi sedikit mengangkatnya ke dalam cahaya. Dankalau kau meninggalkannya, mungkin dia akan terpuruk lagi, dan jatuh ke dalam jurang yang lebih kelam.'

.

.

#tbc

hmm apakah kita akan bertemu dengan noren sad ending again?

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Where stories live. Discover now